Kamis, 20 September 2018

AS Bakal Negosiasikan Perjanjian Nuklir Baru dengan Iran

AS Bakal Negosiasikan Perjanjian Nuklir Baru dengan Iran
Foto/Ilustrasi/SINDOnews/Ian

WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) sedang berusaha untuk menegosiasikan sebuah perjanjian dengan Iran untuk memasukkan program rudal balistik Teheran dan perilaku regionalnya. Demikian yang dikatakan utusan khusus AS untuk Iran jelang pertemuan PBB di New York minggu depan.

Iran telah menolak upaya AS untuk mengadakan pembicaraan tingkat tinggi sejak Presiden Donald Trump merobek kesepakatan nuklir antara Teheran dan enam kekuatan dunia awal tahun ini.

Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mendaftarkan selusin tuntutan pada bulan Mei lalu yang katanya dapat membuat perjanjian baru, meskipun referensi Brian Hook untuk sebuah perjanjian, yang harus disetujui oleh Senat AS, tampaknya menjadi fokus baru.

"Kesepakatan baru yang kami harap bisa ditandatangani dengan Iran, dan itu tidak akan menjadi perjanjian pribadi antara dua pemerintah seperti yang terakhir, kami mengusahakan sebuah perjanjian," kata Hook kepada hadirin di lembaga think tank Hudson Institute seperti dikutip dari Reuters, Kamis (20/9/2018).

Di antara tuntutan Pompeo adalah pembebasan warga Amerika yang dipenjara Teheran, mengakhiri program nuklir dan misilnya serta menarik pasukannya dan mengakhiri dukungan keuangan bagi pihak-pihak dalam konflik di Suriah dan Yaman.

Namun Hook mengakui para pemimpin Iran belum tertarik dalam pembicaraan meskipun ada pernyataan Trump tahun ini bahwa pemerintah AS bersedia untuk bertemu.

Kesepakatan 2015 adalah perjanjian eksekutif yang tidak diratifikasi oleh Senat AS dan hanya mencakup program nuklir Iran. Sebuah perjanjian akan membutuhkan persetujuan dari Senat.

Beberapa penentang perjanjian nuklir berpendapat bahwa kegagalan Obama untuk mendapatkan persetujuan Senat atas kesepakatan itu memungkinkan Trump mundur secara sepihak.

“Mereka tidak memiliki suara di Senat AS sehingga mereka menemukan suara di Dewan Keamanan PBB. Itu tidak cukup dalam sistem pemerintahan kami jika Anda ingin memiliki sesuatu yang abadi dan berkelanjutan,” kata Hook, seraya menambahkan bahwa Washington berharap sanksi AS akan memaksa Teheran bernegosiasi.

Iran memandang AS bertindak dengan itikad buruk dengan menarik diri dari kesepakatan dan telah lama menuduh Washington telah memicu ketidakstabilan di Timur Tengah. Teheran mengatakan tawaran Trump untuk bernegosiasi bertentangan dengan tindakannya dan menuduh Washington mencoba untuk menggerakkan perubahan rezim.

Trump akan memimpin sesi tentang Iran selama pertemuan Majelis Umum PBB di New York minggu depan. Pada bulan Juli, Trump mengatakan dia bersedia bertemu dengan para pemimpin Iran "kapan saja mereka mau" mendorong spekulasi bahwa pertemuan mungkin terjadi di pertemuan PBB minggu depan.

"Ayatollah, presiden dan menteri luar negeri semuanya telah mengindikasikan bahwa mereka tidak tertarik untuk berbicara," kata Hook, mengacu pada Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei, Presiden Hassan Rouhani dan Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif. 

“Kami menghormati itu meskipun itu tidak mengubah rencana kami. Kami memiliki rezim sanksi yang sedang berlangsung, langkah-langkah yang lebih kuat belum datang,” tambahnya.

Hook mengatakan pemerintah AS sedang memperluas upaya diplomatiknya untuk memastikan bahwa pembelian minyak Iran secara drastis berkurang pada 4 November ketika Washington menerapkan kembali sanksi minyak terhadap Teheran.

Hook mengatakan Iran menimbulkan ancaman internasional untuk perdamaian dan keamanan yang melampaui enam kekuatan utama yang menandatangani kesepakatan nuklir awal. Negara-negara Eropa dan Asia telah berusaha menyelamatkan kesepakatan nuklir meskipun ada sanksi baru AS terhadap Teheran.

"Jika kita ingin memiliki Timur Tengah yang stabil dan makmur dimulai dengan membatasi Iran," kata Hook.



Credit  sindonews.com