WASHINGTON
- Ketika kapal induk Amerika Serikat (AS), USS Theodore Roosevelt,
berlayar melewati Laut China Selatan pekan lalu, seorang pilot jet
tempur Angkatan Laut AS menghadapi gangguan elektronik. Gangguan yang
dikenal dengan istilah jamming itu membuat peralatan jet tempur tersebut tak berfungsi.
"Fakta bahwa (bila) beberapa peralatan Anda tidak berfungsi sudah merupakan indikasi bahwa seseorang sedang mencoba untuk menjatuhkan Anda," kata seorang pilot jet tempur EA-18G Growler kepada GMA News.
"Kami memiliki jawaban untuk itu," kata pilot yang berbicara dalam kondisi anonim itu mengonfirmasi gangguan elektronik tersebut. Growler adalah varian dari jet tempur F/A-18 Super Hornet yang diangkut kapal induk USS Theodore Roosevelt.
Menurut Omar Lamrani, seorang analis pertahanan di perusahaan konsultan Stratfor, menilai serangan jammers terhadap jet tempur tidak wajar. Gangguan elektronik seperti itu pada umumnya menyasar pada pesawat nirawak atau drone.
"Ini bukan sesuatu yang AS akan terlihat baik," katanya seperti dikutip Business Insider pada Rabu (18/4/2018).
Sumber-sumber intelijen AS mengungkap bahwa jamming dilakukan oleh militer China. Sumber tersebut kepada Wall Street Journal melaporkan bahwa para jammer militer telah dikerahkan di pos-pos China di Kepulauan Spratly yang disengketakan di Laut China Selatan. Para jammer itu mampu mengganggu sistem komunikasi musuh.
Dalam patroli di Laut China Selatan, kapal USS Roosevelt berlabuh di Manila. Selama kunjungan tersebut jet-jet tempur AS bermanuver selama 20 menit di atas kapal induk tersebut.
Pemerintah maupun militer China belum berkomentar atas laporan serangan elektronik terhadap peralatan jet tempur AS. Komandan kapal induk AS saat itu membenarkan bahwa pihaknya melihat Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China berada tak jauh dari lokasi patroli kapal USS Roosevelt. Namun, komandan tersebut mengklaim militer Beijing saat itu bertindak profesional.
"Fakta bahwa (bila) beberapa peralatan Anda tidak berfungsi sudah merupakan indikasi bahwa seseorang sedang mencoba untuk menjatuhkan Anda," kata seorang pilot jet tempur EA-18G Growler kepada GMA News.
"Kami memiliki jawaban untuk itu," kata pilot yang berbicara dalam kondisi anonim itu mengonfirmasi gangguan elektronik tersebut. Growler adalah varian dari jet tempur F/A-18 Super Hornet yang diangkut kapal induk USS Theodore Roosevelt.
Menurut Omar Lamrani, seorang analis pertahanan di perusahaan konsultan Stratfor, menilai serangan jammers terhadap jet tempur tidak wajar. Gangguan elektronik seperti itu pada umumnya menyasar pada pesawat nirawak atau drone.
"Ini bukan sesuatu yang AS akan terlihat baik," katanya seperti dikutip Business Insider pada Rabu (18/4/2018).
Sumber-sumber intelijen AS mengungkap bahwa jamming dilakukan oleh militer China. Sumber tersebut kepada Wall Street Journal melaporkan bahwa para jammer militer telah dikerahkan di pos-pos China di Kepulauan Spratly yang disengketakan di Laut China Selatan. Para jammer itu mampu mengganggu sistem komunikasi musuh.
Dalam patroli di Laut China Selatan, kapal USS Roosevelt berlabuh di Manila. Selama kunjungan tersebut jet-jet tempur AS bermanuver selama 20 menit di atas kapal induk tersebut.
Pemerintah maupun militer China belum berkomentar atas laporan serangan elektronik terhadap peralatan jet tempur AS. Komandan kapal induk AS saat itu membenarkan bahwa pihaknya melihat Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China berada tak jauh dari lokasi patroli kapal USS Roosevelt. Namun, komandan tersebut mengklaim militer Beijing saat itu bertindak profesional.
Credit sindonews.com