Rabu, 14 Maret 2018

Mahathir Akui Membui Anwar Ibrahim Adalah Sebuah Kesalahan


Mahathir Akui Membui Anwar Ibrahim Adalah Sebuah Kesalahan
Mahathir Mohamad mengakui keputusannya membui Anwar Ibrahim sebagai wakilnya ketika masih menjabat sebagai orang nomor satu di negara itu adalah kesalahan. (AFP Photo/Manan Vatsyayana)



Jakarta, CB -- Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, mengakui bahwa keputusannya untuk memenjarakan Anwar Ibrahim saat menjadi wakilnya ketika masih menjabat sebagai orang nomor satu di negara itu adalah sebuah kesalahan.

"Dari sudut pandang politik, saya tidak akan melakukan itu. Ketika saya menjadi perdana menteri, saya berjanji kepada diri sendiri tidak akan melakukan sesuatu yang membuat orang benci kepada saya," ujar Mahathir dalam wawancara khusus dengan Sin Chew Daily.

Mahathir menjelaskan bahwa saat harus mengambil keputusan itu, dia tidak punya pilihan lain karena polisi sudah memaparkan semua bukti atas kasus dugaan sodomi Anwar Ibrahim.


Dalam kesempatan tersebut, Mahathir pun menolak julukan diktator yang selama ini selalu dilekatkan padanya. Menurutnya, jika ia seorang diktator, Anwar akan langsung dijebloskan ke penjara tanpa proses hukum.


"Saya marah kepada polisi. Saya bertanya mengapa mereka tidak mengadili dia. Mereka tidak menjawab, tapi kemudian mengatakan bahwa dia sudah memiliki reputasi buru. Namun, saya memaksa dia harus diadili terlebih dulu," ucap Mahathir, sebagaimana dikutip The Straits Times.

Saat itu, Mahathir sebenarnya hanya memiliki kewenangan untuk memecat Anwar dari jabatan wakil perdana menteri dan menteri keuangan.


Namun kemudian, UMNO memutuskan untuk melucuti jabatan Anwar sebagai wakil presiden partai berkuasa tersebut.

"Kami menggelar rapat dewan tinggi hingga jam 4.00. Semua orang berhak berbicara. Mereka tidak hanya tak ingin dia menjadi wakil presiden, mereka juga tidak mau dia di dalam partai. Itu bukan keputusan saya," tutur Mahathir.

Kini, Anwar berada dalam masa tahanan pemerintah rezim Najib Razak atas tuduhan kasus sodomi kontroversial dan disebut-sebut sarat politik, tudingan serupa yang digunakan Mahathir untuk menjebloskan mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia itu ke penjara pada 1998.

Hidup di balik jeruji besi selama enam tahun, Anwar akhirnya bebas. Setelah Mahathir lengser dan digantikan oleh Najib Razak, Anwar sempat menjadi pemimpin oposisi yang kuat dan mendapat sokongan dari masyarakat luas sebelum akhirnya dipenjarakan kembali oleh rezim berkuasa.





Credit  cnnindonesia.com