Masalah Rohingya diketahui juga menjadi bahan
diskusi KTT ASEAN-Australia di Sydney, Minggu (18/3), namun tanpa
menghasilkan aksi solusi nyata. (AFP PHOTO / FRED DUFOUR)
Dalam pertemuan tiga hari tersebut, sebelumnya para pemimpin negara sepakat untuk bekerja lebih erat untuk mengatasi ancaman ekstremisme dan radikalisasi.
Namun di antara bahasan mengenai perlindungan hak asasi manusia dalam KTT tersebut, para pemimpin negara tidak menunjukkan keputusan tegas mengenai masalah Rohingya yang juga ikut dibahas.
Rohingya yang awalnya masalah konflik dalam internal Myanmar merembet menjadi problem kemanusiaan lintas negara setelah 700 ribu warga minoritas itu melarikan diri.
Mereka melarikan diri dari Rakhine ke sejumlah negara di sekitar Myanmar setelah sejumlah pihak melakukan kekerasan dan pembantaian pada enam bulan lalu. PBB juga menyebut insiden Rohingya sebagai "pemusnahan etnis".
Pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi tercatat juga hadir dalam pertemuan KTT ASEAN-Australia di Sydney.
"Kami mendiskusikan situasi yang terjadi di Rakhine cukup lama pada hari ini," kata Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull dalam konferensi pers penutupan KTT ASEAN-Australia.
"Aung San Suu Kyi menangani masalah ini secara komprehensif, ia berusaha keras menanganinya," lanjut Turnbull.
"Ini masalah yang amat kompleks. Semua orang berusaha mengakhiri penderitaan yang telah terjadi karena kejadian konflik ini." katanya.
Masalah Rohingya juga diakui Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong menjadi salah satu bahasan utama dalam pertemuan tersebut.
"[Rohingya] jadi sebuah kepedulian untuk seluruh negara ASEAN, dan ASEAN masih belum berhasil melakukan intervensi memaksakan sebuah hasil tertentu." kata Lee.
Credit cnnindonesia.com