Senin, 26 Maret 2018

Bom Meledak Jelang Pilpres Mesir, Dua Polisi Tewas


Bom Meledak Jelang Pilpres Mesir, Dua Polisi Tewas
Bom mobil di Mesir (Foto: AFP PHOTO / STRINGER)


Jakarta, CB -- Sebuah bom mobil meledak di Kota Alexandria, Mesir, Sabtu (24/3), dua hari menjelang pemilihan presiden Mesir. Bom ini diduga ditujukan untuk menyerang kepala kepolisian Jenderal Mostafa el-Nemr dan diledakkan di dekat konvoi yang membawa sang jenderal.

Akibatnya, dua polisi tewas. Dilansir dari AFP, satu tewas di tempat, sementara satu lagi adalah polisi baru, yang sempat dilarikan ke rumah sakit, namun tewas karena luka-lukanya yang parah. Lima lainnya terluka akibat ledakan itu. Mereka dievakuasi ke rumah sakit militer di Kota Alexandria.

Jenderal el-Nemr sendiri dilaporkan selamat, begitu keterangan dari markas besar kepolisian, seperti dikutip koran milik pemerintah, Al-Ahram. Sang jenderal muncul di tayangan televisi, mengunjungi lokasi kejadian tak lama setelah ledakan.


Foto-foto yang beredar di Internet memperlihatkan asap hitam membubung dari lokasi serangan, yang dekat ke kantor polisi di jalan Al-Moaskar Al-Romani. Koresponden AFP melaporkan, polisi dan tentara sudah memblokade lokasi kejadian dan petugas forensik mengumpulkan berbagai bukti.

Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

Serangan ini terjadi hanya dua hari menjelang pilpres, di mana petahana Abdel Fattah al-Sisi yakin bisa kembali berkuasa untuk periode kedua. Al-Sisi memenangi pilpres 2014 setelah mengalahkan Muhamad Mursi.

Angkatan bersenjata Mesir menyatakan akan melakukan persiapan intensif untuk mengamankan pilpres yang bakal digelar pada 26-28 Maret mendatang.
Sejak pemilihan 2014, angkatan bersenjata dan polisi Mesir kerap menjadi sasaran serangan kelompok radikal. Kelompok Ansar Beit al-Maqdis yang berafiliasi ke ISIS, diduga berada di balik tewasnya ratusan tentara, polisi, dan warga sipil di Sinai Utara dan beberapa tempat di Mesir.

ISIS juga mengklaim bertanggung jawab atas pengeboman pesawat Rusia yang membawa turis dari resor Sharm el-Sheikh di Sinai Selatan, yang menewaskan 224 penumpangnya, pada 2015.

ISIS juga mengaku membunuh sejumlah jemaat Kristen Koptik Mesir dalam ledakan dan penembakan di gereja. Pada April 2017, bom bunuh diri menewaskan 45 jemaat di gereja di Alexandria dan Tanta. Sejak itu pemerintah memberlakukan status darurat negara.

Sisi mengeluarkan ultimatum tiga bulan deadline kepada polisi dan tentara untuk menumpas kelompok radikal. Ultimatum ini keluar setelah penembakan di masjid di Sinai, yang menewaskan 300 jamaah Sufi di masjid itu.





Credit  cnnindonesia.com