KABUL
- Kelompok sempalan Taliban yang dipimpin oleh Mullah Muhammad Rasul
mengumumkan dukungannya untuk konferensi ulama di Indonesia untuk proses
perdamaian Afghanistan yang digelar akhir bulan ini. Sikap ini berbeda
dengan kelompok Taliban Afghanistan yang menyerukan pemboikotan
konferensi tersebut.
Dalam sebuah pernyataan, kelompok pimpinan Mullah Rasul mengatakan bahwa realisasi perdamaian hanya dimungkinkan melalui mediasi ulama dan cendekiawan agama.
Kelompok Mullah Rasul, sebagaimana dikutip Pajhwok, Senin (19/3/2018), juga mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Indonesia karena mengatur dan menyelenggarakan pertemuan mengenai proses perdamaian Afghanistan.
Pernyataan tersebut "membungkam" Mullah Habbatullah yang memimpin Taliban karena menolak dan menyerukan pemboikotan konferensi. Menurut kelompok Taliban konferensi ulama di Indonesia ilegal.
Hibatullah menolak konferensi para ulama di Jakarta untuk perdamaian Afghanistan dengan alasan dirancang oleh Amerika Serikat (AS).
"Bangsa Afghanistan hidup dalam kesulitan, kemiskinan dan perdamaian dimungkinkan di Afghanistan setelah penarikan pasukan asing," kata Taliban Afghanistan dalam sebuah pernyataan ketika menyerukan pemboikotan konferensi tersebut.
Konferensi ini tak lepas dari peran Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi). Jokowi yang berkunjung ke Kabul beberapa waktu lalu menawarkan untuk menyelenggarakan sebuah konferensi global di mana para ulama dari Afghanistan dan Pakistan akan ambil bagian untuk merumuskan proses perdamaian di Afghanistan.
Pemerintah Kabul menyambut baik tawaran Indonesia, sedangkan pemerintah Pakistan belum bersikap.
Mulvi Abdul Rahman Niazai, anggota Dewan Perdamaian Tinggi (HPC) di Afghanistan, mengatakan bahwa pihaknya menyambut baik konferensi dan kerja sama untuk penyelesaian konflik serta memfasilitasi penarikan tentara asing.
Dia mengatakan bahwa orang Afghanistan telah menderita terlalu banyak karena konflik yang panjang selama satu dekade dan korban jiwa sudah sangat banyak.
Dalam sebuah pernyataan, kelompok pimpinan Mullah Rasul mengatakan bahwa realisasi perdamaian hanya dimungkinkan melalui mediasi ulama dan cendekiawan agama.
Kelompok Mullah Rasul, sebagaimana dikutip Pajhwok, Senin (19/3/2018), juga mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Indonesia karena mengatur dan menyelenggarakan pertemuan mengenai proses perdamaian Afghanistan.
Pernyataan tersebut "membungkam" Mullah Habbatullah yang memimpin Taliban karena menolak dan menyerukan pemboikotan konferensi. Menurut kelompok Taliban konferensi ulama di Indonesia ilegal.
Hibatullah menolak konferensi para ulama di Jakarta untuk perdamaian Afghanistan dengan alasan dirancang oleh Amerika Serikat (AS).
"Bangsa Afghanistan hidup dalam kesulitan, kemiskinan dan perdamaian dimungkinkan di Afghanistan setelah penarikan pasukan asing," kata Taliban Afghanistan dalam sebuah pernyataan ketika menyerukan pemboikotan konferensi tersebut.
Konferensi ini tak lepas dari peran Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi). Jokowi yang berkunjung ke Kabul beberapa waktu lalu menawarkan untuk menyelenggarakan sebuah konferensi global di mana para ulama dari Afghanistan dan Pakistan akan ambil bagian untuk merumuskan proses perdamaian di Afghanistan.
Pemerintah Kabul menyambut baik tawaran Indonesia, sedangkan pemerintah Pakistan belum bersikap.
Mulvi Abdul Rahman Niazai, anggota Dewan Perdamaian Tinggi (HPC) di Afghanistan, mengatakan bahwa pihaknya menyambut baik konferensi dan kerja sama untuk penyelesaian konflik serta memfasilitasi penarikan tentara asing.
Dia mengatakan bahwa orang Afghanistan telah menderita terlalu banyak karena konflik yang panjang selama satu dekade dan korban jiwa sudah sangat banyak.
Credit sindonews.com