Selasa, 05 Desember 2017

Mantan Presiden Yaman yang 'Menari di Atas Kepala Ular'


Mantan Presiden Yaman yang 'Menari di Atas Kepala Ular'
Mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh. Saleh dipastikan tewas dibunuh pemberontak Houthi di Sanaa, Senin (3/12) (REUTERS/Khaled Abdullah/File Photo)


Jakarta, CB -- Mendiang mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, yang tewas dibunuh pemberontak Houthi, Senin (3/12 pernah memerintah negeri di Semenanjung Arab itu selama lebih dari tiga dekade. Saleh tetap berpengaruh dan berperan penting di Yaman meski telah mengundurkan diri pada 2012.

Dia telah akrab dengan politik Yaman yang rumit. Selamat dari perang saudara, pemberontakan di wilayah utara, gempuran Al-Qaeda di selatan, serta lolos dari maut meski sempat luka parah dalam serangan bom di Istana Kepresidenan pada Juni 2011.

Pada 2014, Saleh beraliansi dengan bekas musuhnya, pemberontak Houthi yang beraliran Syiah dari wilayah utara Yaman. Tujuannya membalas dendam terhadap orang-orang yang mendepaknya dari kekuasaan.


Runtuhnya aliansi Saleh dengan Houthi berakibat fatal, Senin (3/12).

Bermata tajam dengan kumis yang khas, Saleh telah bertahun-tahun menjadi orang terkuat di Yaman.

Pada 2015, panel Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menuding Saleh melakukan korupsi. Dia diduga mengumpulkan US$ 60 miliar selama berkuasa hingga rakyat Yaman terpuruk dalam kemiskinan selama 33 tahun pemerintahannya.

Berasal dari suku minoritas Zaidi, Saleh bergabung ke militer sejak berusia 20 tahun. Dia ikut dalam kudeta terhadap Imam Zaidi Yaman pada 1962.

Perang sipil yang menyertainya enam tahun kemudian berakhir dengan kemenangan kaum nasionalis yang didukung Mesir pada 1968. Mereka membentuk Republik Arab Yaman, yang dikenal sebagai Yaman Utara.

Beberapa bulan sebelumnya, penarikan pasukan Inggris di Yaman Selatan telah membentuk Republik Demokratik Rakyat Yaman yang beraliran komunis.




Reunifikasi

Saleh menunjukkan kepemimpinannya sejak dini. Kariernya sebagai pemimpin militer dan politik di Yaman Utara terus menanjak.

Pasca pembunuhan Presiden Ahmad al-Shashmi pada Juni 1978, Majelis Konstituen memilih Saleh, saat itu berpangkat Kolonel, menjadi Presiden Yaman Utara.

Dia memilih orang-orang terdekatnya, terutama saudara-saudaranya untuk menempati pos-pos militer dan keamanan yang penting. Saleh pun berhasil menyatukan Yaman Utara dan Selatan pada 1994.

Pada pemilu 1999, Saleh berhasil menjadi presiden terpilih pertama Yaman dengan memenangkan lebih dari 96 persen suara. Namun masa pemerintahannya mendapat kecaman luas. Saleh dituduh membungkam para pemberontak dan kalangan oposisi yang mengkritik pemerintahannya.

Dalam perang melawan Al-Qaeda, Saleh bersekutu dengan Amerika Serikat. Atas restu Saleh, Amerika Serikat menggelar serangan drone pertama yang membunuh pemimpin Al-Qaeda Yaman, Qaed Salim Sinan Al-Harithi.

Kekuasaannya goyah oleh aksi menyusul gerakan Arab Spring dari Tunisia yang menular ke Yaman pada 2011. Saleh dilarikan ke Arab Saudi setela menderita luka bakar yang parah dalam serangan bom di Istana Kepresidenan, Juni 2011. Dia mundur pada Februari 2012 di bawah kesepakatan yang membebaskannya dari segala tuntutan hukum.

Sementara lawan-lawannya menyebut dia sebagai tiran, Saleh menggambarkan dirinya sebagai 'penyelamat' tak lama setelah dia mengundurkan diri pada Februari 2012. Saleh juga pernah menggambarkan bahwa memerintah Yaman seperti "menari di atas kepala ular-ular."



Credit  cnnindonesia.com