Di Jakarta, ribuan simpatisan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) serta keluarga mereka menggelar Aksi Bela Palestina di depan Kedutaan Besar (Kedubes) AS untuk Indonesia di Jakarta Pusat, kemarin. Aksi itu serangkaian dengan aksi serupa yang diikuti ribuan kader PKS di berbagai kota sejak Jumat (8/12).
Ribuan massa berpakaian putih dan mengenakan atribut Palestina hadir sejak sekitar pukul 07.00 WIB. Ribuan massa terus berdatangan sampai sekitar pukul 09.00 WIB sebelum acara dimulai.
Mereka membawa spanduk yang bertuliskan "Kami Bersama Palestina" serta spanduk lain yang mendukung kebebasan negara tersebut. Aksi tersebut berlangsung tertib. Kebanyakan massa hadir bersama keluarganya, bahkan tidak sedikit yang membawa anak-anak mereka.
"Inilah bentuk kesaksian kami, PKS bersama-sama rakyat dan seluruh komponen elemen, agama, dan suku bangsa," kata Sekjen PKS Mustafa Kamal dalam orasi Aksi Bela Palestina di depan Kedubes AS, Ahad (10/12).
Mustafa berujar, Aksi Bela Palestina digelar PKS sejak akhir pekan lalu di berbagai daerah seperti Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga Kalimantan Barat. Aksi serupa serentak digelar di Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Riau, Bengkulu, Kalimantan Utara, Jambi, dan Lampung.
Ketua Umum Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) Soeripto yang juga hadir pada aksi itu mengatakan, keputusan Trump tidak mengindahkan resolusi PBB. Menurut dia, hal ini pasti menimbulkan reaksi dan bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi.
Ia juga mendesak Pemerintah Indonesia melayangkan ultimatum kepada Pemerintah AS. "Jika tujuh hari tidak digubris, harus ada sanksi. Pulangkan dubes AS dan tarik dubes RI dari AS," papar Soeripto dalam orasinya di depan Kedubes AS, kemarin.
Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman juga menuntut keras Pemerintah AS untuk segera membatalkan pernyataan sepihaknya terkait Yerusalem. Menurut dia, pengakuan sepihak AS tersebut telah mengabaikan tiga Resolusi Tingkat Tinggi Dewan Keamanan PBB.
"Oleh karena itu, PKS terus mendorong agar Pemerintah Republik Indonesia lebih proaktif mendesak negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan Dewan Keamanan (DK) PBB serta masyarakat internasional untuk segera meresponsnya dengan tindakan politik dan diplomatik yang lebih tegas," papar Sohibul.
Kelompok Solidaritas Masyarakat Banten juga menggelar Aksi Bela Yerusalem di Lapangan Ahmad Yani, alun-alun Kota Tangerang. "Pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel telah merenggut hak kemerdekaan Palestina," ujar koordinator aksi sekaligus Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kota Tangerang Abdul Muhyi saat melakukan orasi di Lapangan Ahmad Yani, kemarin.
Aksi yang dimulai pukul 07.00 WIB tersebut diikuti kurang lebih 300 masa dari berbagai organisasi kemasyarakatan dan organisasi mahasiswa. Aksi diisi dengan pembacaan puisi untuk al-Aqsha dan orasi tokoh-tokoh ormas.
Ratusan warga Kota Batam, Kepulauan Riau, yang tergabung dalam berbagai organisasi masyarakat juga menggelar aksi memprotes kebijakan Presiden Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Dalam aksi yang juga diikuti perwakilan NU, Muhammadiyah, dan Front Pembela Islam (FPI) itu, aktivis juga mengumpulkan dana yang akan diserahkan kepada Komisi Nasional untuk Rakyat Palestina.
Sekitar 1.000 umat Islam dari puluhan ormas Islam yang tergabung dalam Aliansi Solidaritas Dunia Islam (SDI) Nusa Tenggara Barat (NTB) melakukan aksi penolakan dengan melakukan long march dari Masjid Hubbul Wathan Islamic Center menuju ke Jalan Udayana, Kota Mataram, NTB, kemarin.
Aksi serupa di Jalan Udayana juga dilaksanakan oleh puluhan santri Madrasah Aman Sayang Ibu Lingsar Kabupaten Lombok Barat. Mereka menyampaikan penolakan secara keras terhadap keputusan Presiden Amerika Serikat.
Credit REPUBLIKA.CO.ID
'Pernyataan Trump Sakiti Umat Islam Dunia'
"Pertama, sikap Presiden Amerika telah menyakiti hati umat Islam di dunia dan hanya akan membuat kekacauan perdamaian dunia. Klaim sepihak tersebut hanya akan memperpanjang konflik yang terjadi," kata dia di Lapangan Ahmad Yani, Kota Tangerang, Ahad.
Sikap kedua, Solidaritas Masyarakat Banten untuk Palestina menolak keputusan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Pernyataan tersebut, kata Muhyi, bertentangan dengan resolusi yang ditetapkan Dewan Keamanan PBB.
"Ketiga, mendorong Pemerintah Indonesia untuk segera pro-aktif dalam membantu dan memediasi permasalahan yang terjadi di Palestina, serta senantiasa berkomitmen dalam upaya kemerdekaan Palestina," ujar dia.
Tidak hanya itu, pernyataan sikap keempat juga meminta Pemerintah Indonesia untuk mengusulkan sanksi terhadap Amerika Serikat ke PBB. Sebab, kata dia, pernyataan sikap nyeleneh dari Trump sudah sangat jelas melanggar apa yang disepakati PBB.
Terakhir, seruan untuk umat Islam seluruh dunia agar bisa memberikan bantuan dan mendoakan Palestina. "Agar senantiasa diberikan perlindungan Allah Subhanahu Wata'ala," kata dia lagi.
Aksi yang dimulai pukul 07.00 WIB tersebut diikuti kurang lebih 300 masa dari berbagai organisasi kemasyarakatan dan organisasi mahasiswa. Aksi diisi dengan aksi pembacaan puisi untuk Al Aqsha dan orasi tokoh-tokoh ormas.
Credit REPUBLIKA.CO.ID