Jakarta, CNN Indonesia -- Ribuan orang melakukan Aksi Bela Palestina di kawasan Monas dan depan Kedubes AS. Aksi 1712 ini diikuti berbagai elemen dan ormas untuk mendukung Palestina.
Massa Aksi Bela Palestina atau aksi 1712 melakukan aksi di Monas, Jakarta Pusat. Sejak pagi sampai siang, para peserta terus berdatangan. (CNN Indonesia/Andry Novelino).
Dari kejauhan, terlihat massa Aksi Bela Palestina tampak memenuhi pelataran Monas. Aksi ini ditujukan untuk mendukung Palestina usai pernyataan Donald Trump bahwa Yerusalem ibu kota Israel. (CNN Indonesia/Andry Novelino
Credit cnnindonesia.com
Umat Bersatu untuk Palestina
Lautan massa menyesaki Monumen Nasional, Jakarta Pusat, untuk memprotes pengakuan sepihak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel, Ahad (17/12). Dalam aksi unjuk rasa terbesar di Jakarta terkait keputusan AS itu, para tokoh agama menyerukan perlunya aksi nyata sebagai bentuk penolakan.
"Hari ini kami bersama pemerintah dan dunia untuk membebaskan Palestina. Melalui jalur diplomatik, politik, ekonomi, dan semua jalur akan kita lakukan demi kemerdekaan Palestina," ujar Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin, sebagai pimpinan aksi di hadapan para pengunjuk rasa.
Dalam kesempatan tersebut, Kiai Ma'ruf yang juga menjabat rais aam PB Nahdlatul Ulama (NU) itu juga menyerukan boikot produk Amerika dan Israel. Warga dari Jakarta dan sekitarnya serta daerah-daerah lain mulai tiba di Ibu Kota sejak dini hari. Mereka sempat mengikuti shalat Subuh berjamah di Masjid Istiqlal sebelum bertolak ke kompleks Monumen Nasional.
Ratusan ribu massa yang kebanyakan berpakaian putih-putih tersebut kemudian menuju Monumen Nasional sembari mengibarkan bendera Palestina, bendera Merah Putih, dan panji tauhid berwarna hijau. Mereka meneriakkan yel-yel mengutuk AS dan Israel serta menyanyikan lagu pembelaan Palestina.
Menjelang siang, lautan massa telah berkumpul di sekitar Monas sembari mendengarkan orasi yang disampaikan para tokoh. Peserta aksi perlahan mulai bubar dengan tertib menjelang tengah hari.
Dalam aksi kemarin, hadir delegasi dari MUI, Muhammadiyah, NU, Persis, Al Washliyah, Mathaul Anwar, FPI, dan organisasi massa Islam lainnya. Hal itu, kata Kiai Ma'ruf, menunjukkan bahwa umat Islam Indonesia tidak terpecah belah. Mereka siap bersatu memperjuangkan kemerdekaan Palestina.
Aksi tersebut diikuti penyampaian petisi kepada AS melalui Kedutaan Besar AS di Indonesia dengan harapan Trump akan mencabut pernyataannya. "Kita minta pengakuan Trump terhadap Yerusalem dicabut," kata Kiai Ma'ruf menegaskan.
Ketua MPR Zulkifli Hasan yang mengikuti aksi kemarin juga meminta rakyat Indonesia satu suara membela Palestina. "Kalau kita bersatu maka kekuatan yang ada bisa kita konversi menjadi kekuatan ekonomi dan politik. Bila umat Islam kuat maka kita tak akan diabaikan," ujar Zulkifli.
Menurut Zulkifli, pembelaan terhadap Palestina merupakan amanat konstitusi. Ia mengutip klausul dalam Pembukaan UUD Tahun 1945, yaitu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan. "Untuk itu, siapkah kita melawan Trump?" tanya Ketua Umum DPP PAN itu. Pertanyaan itu dijawab secara serempak oleh peserta aksi, "Siap!"
Ketua Umum Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama Ustaz Bachtiar Nasir juga menilai aksi bela Palestina membuat umat Islam memiliki rasa kebersamaan. “Dalam aksi ini, yang tadinya ormas Islam beda pendapat menjadi satu. Keberagamaan bukan hanya tingkat ormas, tetapi peserta aksi ini mulai pemuda milenial hingga selebritas,” ujarnya, kemarin.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, pemerintah telah berupaya memperjuangkan Palestina menjadi negara merdeka. “Kami hadir di sini, seluruh warga bangsa Indonesia melihat konsisten membela Palestina, bahwa apa yang dikatakan Pak Jokowi (Presiden Joko Widodo), setiap tarikan napas Indonesia selalu Palestina,” ujarnya di hadapan peserta aksi.
Ketua PBNU KH Marsudi Syuhud mengajak seluruh bangsa di dunia bersama-sama membantu mewujudkan kemerdekaan dan kedaulatan Palestina. "Hidup sesuai dan sama hak-haknya dengan bangsa lain, Allahuakbar! Allahuakbar!" teriak Kiai Marsudi dari atas panggung,.
Pengurus PP Muhammadiyah KH Muhyiddin Junaidi juga mengajak seluruh umat Islam mendukung upaya diplomasi Pemerintah Indonesia membebaskan Palestina dari penjajahan. Ia yakin Palestina akan merdeka jika umat Islam juga mendukung upaya pemerintah. "Sebentar lagi Palestina akan merdeka kalau Indonesia tampil maksimal,\" ujar Kiai Muhyiddin dalam orasinya.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri itu menegaskan, Indonesia tidak akan berhenti berjuang membebaskan Masjid al-Aqsha. "Oleh karena itu, seluruh Ormas siap mati syahid dengan shalat dan doa," kata Kiai Muhyiddin. (novita intan/fuji ep, Pengolah: fitriyan zamzami).
Tujuh Petisi Aksi 1712
- Keputusan Trump harus dibatalkan dan dicabut secepatnya.
- Mendesak semua negara menolak keputusan Trump.
- Mendesak negara-negara memutus hubungan diplomatik dengan Israel.
- Mendukung OKI mengakui Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina.
- Mendesak PBB menggelar sidang istimewa terkait sanksi AS.
- Mendesak DPR meninjau investasi dan bisnis AS di Indonesia.
- Mengimbau masyarakat memboikot produk perusahaan.
Credit REPUBLIKA.CO.ID
Ketua Umum MUI: Umat Islam Wajib Boikot Amerika
"Hari ini, kita membuat pernyataan sikap boikot Amerika. Membuat petisi terhadap Amerika melalui Kedutaan Besar Amerika di Jakarta," kata Kiai Ma'ruf di Kawasan Monas, Jakarta, Ahad (17/12).
Kiai Ma'ruf menyerukan, penolakan Yerusalem di Palestina sebagai Ibu Kota Israel di hadapan massa aksi bela Palestina yang berkumpul di Monumen Nasional. "Islam bersatu, bela Palestina. Indonesia bersatu, bela Palestina," ucapnya.
Sekira 10 menit, Kiai Ma'ruf Amin menyampaikan orasinya di hadapan massa aksi bela Palestina. Dia menyerukan, agar umat islam terus membela Palestina dalam bentuk apapun. "Membela Palestina saudara kita, dan suarakan seluruh dunia, bangsa Indonesia wajib mendukung upaya itu," ucapnya.
Adapun aksi bela Palestina di Monas untuk memprotes pengakuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap Yerusalem sebagai Ibukota Israel.
Credit republika.co.id
Media Israel Soroti Seruan Ulama Indonesia Boikot Produk AS
Para demonstran mengenakan jubah putih dan membawa spanduk bertuliskan "Indonesia bersatu untuk Palestina." Diperkirakan 80 ribu massa berkumpul pada Ahad (17/12), di ibu kota negara Muslim terbesar di dunia tersebut, yang diselenggarakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Anwar Abbas, seorang ulama terkemuka, membaca sebuah petisi yang meminta masyarakat Indonesia untuk berhenti membeli produk-produk Amerika, hingga Trump mencabut keputusannya untuk memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem.
"Jangan mengandalkan produk mereka," kata Anwar kepada kerumunan massa, termasuk pria, wanita dan anak-anak yang menanggapinya dengan melambaikan bendera Indonesia dan Palestina dan meneriakkan "boikot!"
Protes anti-Amerika sebelumnya tidak berhasil melobi untuk memboikot barang-barang AS, berdasarkan laporan The Times of Israel, Ahad (17/12).
Juru bicara kepolisian Jakarta Argo Yuwono mengatakan, para pemrotes bergerak dengan damai sekitar 3 kilometer dari Taman Monumen Nasional ke Kedutaan Besar AS. Beberapa media lokal juga melaporkan jumlah demonstran tersebut, dua kali lipat dari perkiraan polisi. Sekitar 20 ribu pasukan keamanan dikerahkan untuk mengamankan demonstrasi tersebut.
Dalam petisi tersebut, para ulama mendesak Trump untuk segera mencabut pengakuannya atas Yerusalem sebagai ibukota Israel. Dengan mengatakan, hal tersebut telah merugikan keadilan internasional, melanggar hak asasi manusia rakyat Palestina dan merusak usaha perdamaian.
Para Ulama juga menuntut, agar negara-negara lain tidak mengikuti langkah AS untuk memindahkan kedutaan mereka dari Tel Aviv ke Yerusalem dan mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengadakan sidang darurat, guna membahas deklarasi Trump. Ketua dewan ulama, Ma'ruf Amin, mengatakan,
"Mari bersama dengan pemerintah dan dunia untuk kebebasan Palestina melalui cara-cara politik, diplomatik dan ekonomi," kata Ma'ruf.
Presiden Indonesia Joko Widodo juga mengecam keras langkah Trump, yang dia sebut sebagai pelanggaran terhadap resolusi PBB. Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel dan telah lama menjadi pendukung kuat aspirasi Palestina untuk menjadi sebuah negara bagian.
Dalam sebuah pidato pada awal bulan ini dari Gedung Putih, Trump menentang peringatan di seluruh dunia dan bersikeras bahwa hal tersebut dilakukan untuk mencapai perdamaian,yang ia sebut sebagai sebuah pendekatan baru yang telah lama tidak dilakukan. Dimana hal tersebut menggambarkan keputusannya untuk mengakui Yerusalem sebagai Ibukota Israel, yang menurutnya berdasarkan kenyataan.
Langkah tersebut dipuji oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan beberapa pemimpin di sebagian besar spektrum politik Israel. Dan, hal tersebut mendapat tanggapan yang sebaliknya dari negara-negara Palestina dan Arab. Namun, The Times of Israel melaporkan, Trump menekankan, ia tidak menentukan batas-batas kedaulatan Israel di kota tersebut, dan meminta agar tidak terjadi perubahan status quo di tempat-tempat suci di kota tersebut.
Credit republika.co.id