JAKARTA- Situs pelacak jarak luar angkasa, Satview, menyatakan bahwa laboratorium antariksa milik Tiongkok, Tiangong-1, yang tidak berfungsi, akan jatuh dari orbit dan memasuki atmosfer Bumi.
Tiongkok meluncurkan Tiangong-1 (yang berarti Istana Surgawi) dengan bobot 8,5 ton pada tahun 2011. Ia memiliki kode Norad No. 87820 dan melayang di ketinggian sekitar 300 km di atas Pasifik Utara, pada pukul 8.32 pagi pada Selasa, 24 Oktober 2017.
Satelit yang memiliki panjang 12 meter dan berdiameter 3,3 meter itu digunakan oleh astronot Cina untuk serangkaian tes docking pesawat luar angkasa dan kunjungan ke luar angkasa.
Pada bulan Maret 2016, laboratorium ruang angkasa itu mogok dan pada bulan Mei 2017 pejabat Cina mengatakan kepada PBB bahwa Tiangong-1 diperkirakan akan masuk kembali ke atmosfer bumi antara bulan Oktober 2017 dan April 2018.
Namun, pada 24 Oktober 2017, satelit tersebut masih mengorbit tinggi di langit. Jaraknya sekitar 300 km, yang bervariasi tergantung dari bagian dunia mana benda itu melayang. Satelit itu diperkirakan tidak akan segera turun, menurut situs pelacakan SatFlare.
Hal ini ditegaskan dalam sebuah tweet oleh astrofisikawan populer, Dr Jonathan McDowell, yang mengatakan bahwa Tiangong-1 tidak menimbulkan ancaman bagi penghuni bumi.
Dr. Jonathan McDowell, yang bekerja di Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, mengatakan bahwa tidak ada yang perlu ditakuti dari stasiun luar angkasa Cina yang akan jatuh. "Benda ini besar, tapi planet kita lebih besar," katanya pada 20 Oktober lalu.
Tiongkok mengatakan akan memantau pecahan Tiangong-1 dan mempublikasikan status orbitnya di situs China Manned Space Agency.
Setelah perkiraan akhir waktu dan wilayah jatuhnya satelit tersebut diperoleh, badan antariksa Cina mengatakan akan mengeluarkan "peringatan dini pada waktu yang tepat" - dengan menginformasikan Kantor Urusan Luar Negeri PBB dan sekretaris jenderal dunia.
Namun, antara 26 Oktober dan 13 November 2017, empat satelit lagi atau sampah luar angkasa yang melayang di atas akan terbakar saat jatuh, menurut satview.com, situs pelacak satelit yang populer.
ISS DEB, yang secara teknis dikenal sebagai 1998-067BA (atau kode Norad 31928), adalah bagian dari perisai yang hilang di ruang angkasa dari Stasiun Ruang Angkasa Internasional pada tanggal 30 Maret 2017.
Astronot NASA di sebuah pesawat ruang angkasa secara tidak sengaja kehilangan perisai yang dibutuhkan untuk stasiun luar angkasa. ISS DEB diperkirakan akan masuk kembali pada pukul 5.20 pagi UTC pada tanggal 26 Oktober.
Sedangkan Firefly (kode Norad: 39404), sebuah satelit yang diluncurkan pada tanggal 20 November 2013, saat ini memiliki orbit paling dekat dengan Bumi, yakni 248,8 km, menurut situs pelacak lainnya. Satview memperkirakan bahwa Firefly akan kembali memasuki atmosfer bumi pada hari Kamis, 2 November di pukul 17.45.
Flock 2E'-4 diperkirakan pada tanggal 13 November, pukul 22.47 dan CZ-4B DEB diperkirakan akan jatuh pada 14 November pada pukul 16.27. Waktu ini tentatif atau belum pasti karena situs biasanya memperbarui data telemetri mereka sesuai kebutuhan.
Apakah risiko kejatuhan itu akan menyebabkan kerusakan atau cedera pada kita atau pesawat terbang? "Sangat rendah," kata Dr. Jonathan, karena sebagian besar benda antariksa tersebut akan terbakar di atmosfer saat jatuh. Dia memastikan bahwa Tiangong-1 telah mulai menurun lebih cepat saat mencapai bagian atmosfer bumi yang lebih padat.
Tiongkok meluncurkan Tiangong-1 (yang berarti Istana Surgawi) dengan bobot 8,5 ton pada tahun 2011. Ia memiliki kode Norad No. 87820 dan melayang di ketinggian sekitar 300 km di atas Pasifik Utara, pada pukul 8.32 pagi pada Selasa, 24 Oktober 2017.
Satelit yang memiliki panjang 12 meter dan berdiameter 3,3 meter itu digunakan oleh astronot Cina untuk serangkaian tes docking pesawat luar angkasa dan kunjungan ke luar angkasa.
Pada bulan Maret 2016, laboratorium ruang angkasa itu mogok dan pada bulan Mei 2017 pejabat Cina mengatakan kepada PBB bahwa Tiangong-1 diperkirakan akan masuk kembali ke atmosfer bumi antara bulan Oktober 2017 dan April 2018.
Namun, pada 24 Oktober 2017, satelit tersebut masih mengorbit tinggi di langit. Jaraknya sekitar 300 km, yang bervariasi tergantung dari bagian dunia mana benda itu melayang. Satelit itu diperkirakan tidak akan segera turun, menurut situs pelacakan SatFlare.
Hal ini ditegaskan dalam sebuah tweet oleh astrofisikawan populer, Dr Jonathan McDowell, yang mengatakan bahwa Tiangong-1 tidak menimbulkan ancaman bagi penghuni bumi.
Dr. Jonathan McDowell, yang bekerja di Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, mengatakan bahwa tidak ada yang perlu ditakuti dari stasiun luar angkasa Cina yang akan jatuh. "Benda ini besar, tapi planet kita lebih besar," katanya pada 20 Oktober lalu.
Tiongkok mengatakan akan memantau pecahan Tiangong-1 dan mempublikasikan status orbitnya di situs China Manned Space Agency.
Setelah perkiraan akhir waktu dan wilayah jatuhnya satelit tersebut diperoleh, badan antariksa Cina mengatakan akan mengeluarkan "peringatan dini pada waktu yang tepat" - dengan menginformasikan Kantor Urusan Luar Negeri PBB dan sekretaris jenderal dunia.
Namun, antara 26 Oktober dan 13 November 2017, empat satelit lagi atau sampah luar angkasa yang melayang di atas akan terbakar saat jatuh, menurut satview.com, situs pelacak satelit yang populer.
ISS DEB, yang secara teknis dikenal sebagai 1998-067BA (atau kode Norad 31928), adalah bagian dari perisai yang hilang di ruang angkasa dari Stasiun Ruang Angkasa Internasional pada tanggal 30 Maret 2017.
Astronot NASA di sebuah pesawat ruang angkasa secara tidak sengaja kehilangan perisai yang dibutuhkan untuk stasiun luar angkasa. ISS DEB diperkirakan akan masuk kembali pada pukul 5.20 pagi UTC pada tanggal 26 Oktober.
Sedangkan Firefly (kode Norad: 39404), sebuah satelit yang diluncurkan pada tanggal 20 November 2013, saat ini memiliki orbit paling dekat dengan Bumi, yakni 248,8 km, menurut situs pelacak lainnya. Satview memperkirakan bahwa Firefly akan kembali memasuki atmosfer bumi pada hari Kamis, 2 November di pukul 17.45.
Flock 2E'-4 diperkirakan pada tanggal 13 November, pukul 22.47 dan CZ-4B DEB diperkirakan akan jatuh pada 14 November pada pukul 16.27. Waktu ini tentatif atau belum pasti karena situs biasanya memperbarui data telemetri mereka sesuai kebutuhan.
Apakah risiko kejatuhan itu akan menyebabkan kerusakan atau cedera pada kita atau pesawat terbang? "Sangat rendah," kata Dr. Jonathan, karena sebagian besar benda antariksa tersebut akan terbakar di atmosfer saat jatuh. Dia memastikan bahwa Tiangong-1 telah mulai menurun lebih cepat saat mencapai bagian atmosfer bumi yang lebih padat.
Credit tempo.co
Stasiun Antariksa 8,5 Ton Milik Cina Jatuh ke Bumi Oktober-April
TEMPO.CO, San Francisco - Badan antariksa Cina telah menginformasikan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwa mereka memperkirakan stasiun antariksa Tiangong 1 seberat 8,5 ton akan menabrak bumi dalam beberapa bulan ke depan.
Guardian melaporkan bahwa stasiun tersebut diperkirakan akan kembali ke Bumi dengan kondisi berapi-api antara bulan ini dan April 2018. Sementara pada musim gugur 2016, pejabat Cina mengkonfirmasi bahwa stasiun tersebut akan menabrak Bumi pada akhir 2017 atau awal 2018.
Guardian melaporkan bahwa dalam beberapa bulan terakhir orbit stasiun tersebut telah mengalami kerusakan dan masuk ke atmosfer planet kita lebih dalam lagi. Seorang juru bicara pemerintah Cina mengatakan pada saat itu bahwa "sebagian besar lab ruang angkasa itu akan terbakar saat jatuh."
"Sekarang posisinya di bawah 300km dan berada di atmosfer yang lebih padat, tingkat kerusakannya semakin jauh," kata Jonathan McDowell, ahli astrofisika Harvard University, kepada The Guardian. "Saya memperkirakan akan turun beberapa bulan dari sekarang - (masuk) akhir 2017 atau awal 2018."
Mayoritas pesawat antariksa diperkirakan akan terbakar saat masuk kembali ke atmosfer bumi, namun beberapa benda seberat 220 pound bisa menyentuh permukaan. Memprediksi di mana puing-puing jatuh adalah hal yang tidak mungkin, kata McDowell.
Tiangong-1, atau "Istana Surgawi", pada awalnya diluncurkan pada bulan September 2011 dan merupakan langkah besar bagi badan antariksa Cina dalam usaha membangun stasiun antariksa pada tahun 2020. NASA menjelaskan bahwa stasiun luar angkasa tersebut sebagian besar berfungsi sebagai demonstrasi "teknologi docking penting yang dibutuhkan untuk stasiun ruang angkasa masa depan."
Guardian melaporkan bahwa stasiun tersebut diperkirakan akan kembali ke Bumi dengan kondisi berapi-api antara bulan ini dan April 2018. Sementara pada musim gugur 2016, pejabat Cina mengkonfirmasi bahwa stasiun tersebut akan menabrak Bumi pada akhir 2017 atau awal 2018.
Guardian melaporkan bahwa dalam beberapa bulan terakhir orbit stasiun tersebut telah mengalami kerusakan dan masuk ke atmosfer planet kita lebih dalam lagi. Seorang juru bicara pemerintah Cina mengatakan pada saat itu bahwa "sebagian besar lab ruang angkasa itu akan terbakar saat jatuh."
"Sekarang posisinya di bawah 300km dan berada di atmosfer yang lebih padat, tingkat kerusakannya semakin jauh," kata Jonathan McDowell, ahli astrofisika Harvard University, kepada The Guardian. "Saya memperkirakan akan turun beberapa bulan dari sekarang - (masuk) akhir 2017 atau awal 2018."
Mayoritas pesawat antariksa diperkirakan akan terbakar saat masuk kembali ke atmosfer bumi, namun beberapa benda seberat 220 pound bisa menyentuh permukaan. Memprediksi di mana puing-puing jatuh adalah hal yang tidak mungkin, kata McDowell.
Tiangong-1, atau "Istana Surgawi", pada awalnya diluncurkan pada bulan September 2011 dan merupakan langkah besar bagi badan antariksa Cina dalam usaha membangun stasiun antariksa pada tahun 2020. NASA menjelaskan bahwa stasiun luar angkasa tersebut sebagian besar berfungsi sebagai demonstrasi "teknologi docking penting yang dibutuhkan untuk stasiun ruang angkasa masa depan."
Credit tempo.co