Photo : Tasnim News Agency/Handout via REUTERS
CB – Kecurigaan Amerika Serikat, seperti yang disampaikan Presiden Donald Trump soal Kesepakatan Nuklir Iran, kini di tangan Kongres AS. Berbicara di hadapan Kongres beberapa waktu lalu, Trump mengatakan bahwa Iran tak sepenuhnya patuh pada kesepakatan yang diteken bersama Rusia, China, Inggris, Prancis, Jerman dan Uni Eropa itu.
Dilansir Reuters, Trump bahkan berencana akan mendesertifikasi Perjanjian Nuklir itu dan menjadi negara satu-satunya yang menganggap Iran masih menutup-nutupi program nuklirnya. Implikasinya, AS bisa kembali melakukan embargo ekonomi terhadap Iran yang sempat dicabut pada saat perjanjian itu sudah disepakati.
Trump karena itu menyerahkan kepada Kongres AS dalam dua bulan atau 60 hari untuk memberi keputusan soal perlu tidaknya melanjutkan kesepakatan multinegara tersebut. Dia juga menuntut alasan yang relevan.
Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, mengatakan bahwa AS bukan ingin cari masalah dengan menekan Iran. Namun AS ingin agar Iran benar-benar transparan dengan program nuklir dan senjatanya.
"Tujuannya ya cuma satu, agar Iran benar-benar transparan," kata Haley.
Sementara negara-negara lainnya yang turut dalam Kesepakatan Nuklir menyayangkan sikap Trump yang dinilai berbahaya. Uni Eropa menilai bahwa tanpa Kesepakatan Nuklir maka potensi pengayaan nuklir negara itu justru
tak akan bisa diprediksi.
Sementara PBB menilai bahwa Iran sudah mengikuti langkah-langkah yang harus dilakukan sesuai dengan kesepakatan.
"Yang ingin kami tekankan, jangan sampai Iran akan menjadi Korea Utara selanjutnya," kata Haley lagi.
Sementara Presiden Iran, Hassan Rouhani juga menilai bahwa kecurigaan AS terhadap Iran sangat berlebihan.
Credit viva.co.id