Jumat, 22 September 2017

Militer Iran Ancam Israel, Bikin Tel Aviv dan Haifa Jadi Debu



Militer Iran Ancam Israel, Bikin Tel Aviv dan Haifa Jadi Debu
Para personel Garda Revolusi Republik Islam Iran saat mengikuti parade militer. Foto/REUTERS



TEHERAN - Militer Iran mengancam Israel dengan akan membuat Tel Aviv dan Haifa hancur menjadi debu. Ancaman dibuat menjelang pertemuan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di sela-sela sidang ke-72 Majelis Umum PBB.

Ancaman dilontarkan Panglima Tertinggi Angkatan Darat Republik Islam Iran, Seyyed Abdolrahim Mousavi.

”Kami akan menghancurkan entitas Zionis (Israel) secepat kilat, dan dengan demikian mempersingkat 25 tahun yang masih tersisa,” kata Mousavi. Waktu 25 tahun tersebut mengacu pada ancaman yang pernah disampaikan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei bahwa Israel akan runtuh dalam waktu seperempat abad ke depan.

”Saya memperingatkan entitas (Zionis Israel) untuk tidak melakukan tindakan bodoh terhadap Republik Islam Iran,” katanya. ”Setiap tindakan bodoh akan membuat Tel Aviv dan Haifa menjadi debu,” lanjut Mousavi, seperti dikutip The Jerusalem Post, semalam (20/9/2017).

Mousavi mengatakan bahwa dunia tidak akan melupakan kejahatan yang dilakukan oleh Israel yang dia sebut sebagai rezim Zionis yang arogan. Ancaman Mousavi yang pertama kali dipublikasikan kantor berita Iran, Tasnim, itu dibuat setelah seorang pejabat Israel membuat pernyataan mengenai kehadiran militer Iran di Suriah.

”Dia (pejabat Israel) harus menundukkan kepala dan menghitung berapa lama lagi dia harus hidup. Setiap kesalahan yang dibuat oleh entitas (Zionis) ini akan membuatnya bertahan kurang dari 25 tahun yang telah berlalu, dan Iran akan menghancurkan entitas ini dengan kecepatan cahaya,” ujar Mousavi tanpa menyebut nama pejabat Israel yang dia maksud.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu diperkirakan akan menyampaikan kepada pemerintah Trump tentang kekhawatiran Israel soal ancaman dari aktivitas program nuklir Iran. Netanyahu telah secara vokal melakukan advokasi untuk menentang kesepakatan nuklir antara Iran dengan enam kekuatan dunia (Amerika Serikat, Rusia, China, Jerman, Inggris dan Prancis) pada tahun 2015 silam.

Presiden Trump sendiri juga membenci kesepakatan nuklir Iran yang tercapai di era pemerintahan Barack Obama.

”Gagasan (kesepakatan nuklir) Iran adalah salah satu transaksi terburuk yang pernah saya lihat, setidaknya semaksimal mungkin kesepakatan itu terus berlanjut,” kata Trump kepada wartawan di pesawat Air Force One pada pekan lalu. 






Credit  sindonews.com