Kamis, 10 November 2016

Menakar Kebijakan AS di Tangan Donald Trump

 
Menakar Kebijakan AS di Tangan Donald Trump  
Pakar menilai bahwa akan ada perubahan menarik dalam pemerintahan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump dan wakilnya, Mike Pence. (Reuters/Mike Segar)
 
Jakarta, CB -- Taipan real-estate Donald Trump telah berhasil menunjukan kepada publik Amerika Serikat, bahkan dunia, bahwa dirinya mampu keluar sebagai pemenang dalam pemilu dan terpilih sebagai Presiden AS ke-45.

Hasil perhitungan cepat menunjukkan Trump memperoleh 288 electoral votes di 29 negara bagian AS, jauh meninggalkan rival, Hillary Clinton, yang hanya mampu meraup 215 electoral votes. Dibutuhkan minimal 270 electoral votes untuk mampu melenggang ke Gedung Putih.

Meski masih ada satu tahapan lagi sebelum meresmikan Trump sebagai presiden, yakni electoral college, namun nampaknya posisi Trump saat ini tak tergoyahkan.

"Jika dalam popular vote sudah menang, biasanya kandidat tersebut dalam tahap electoral college sudah pasti menang," ucap Diandra Dewi, pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Parahyangan Bandung saat dihubungi CNN Indonesia.com, Rabu (9/11).

Dosen pengajar matakuliah Politik Global Amerika Serikat itu menuturkan, kemenangan Trump dalam pemilu popular jelas memperbesar kesempatan pria berusia 70 tahun itu untuk resmi menjadi presiden AS setelah tahapan electoral college pada Desember mendatang.

"Pada electoral college biasanya jika tidak terjadi hal-hal besar, tidak akan mempengaruhi hasil pemilu popular," kata Diandra.

Hal serupa turut diutarakan oleh peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siswanto yang mengatakan, hasil electoral college biasanya berbanding lurus dengan hasil pemilu popular.

Siswanto menyatakan, kemenangan dalam pemilu biasanya turut menghantarkan seorang capres meraih kemenangan di tahap electoral college nanti, walaupun, tidak selalu mutlak.

Siswanto menyatakan, akan ada perubahan menarik dalam pemerintahan AS di tangan Trump. Taipan real-estate itu, tutur Siswanto, akan lebih berfokus pada politik dalam negeri AS.

Ia berujar, khusus mengenai kebijakan ekonomi AS, Trump dinilai akan menekankan beberapa kebijakan ekonomi yang terfokus pada penguatan iklim pengusaha dan pebisnis dalam negeri.

"Merujuk pada kampanye Trump, kebijakan ekonomi Trump nampaknya lebih berpihak pada kalangan menengah atas seperti dalam permasalahan pajak dan juga memperkuat para pengusaha lokal di sana," kata Siswanto.

Hal ini senada dengan peryataan Trump dalam pidato kemenangan pemilu dihadapan para pendukungnya di Hotel Hilton Midtown, Manhattan, pada Rabu (9/11).

Dengan bangga dan lantang, Trump berjanji akan memulai pemerintahannya dengan sebuah proyek pembangunan yang dapat memperluas dan meningkatkan pertumbuhan serta pembaharuan nasional.

Selain itu, Trump juga berjanji terus memperbaiki infrastrukur publik dan memberi pekerjaan bagi jutaan warga AS.

"Saya akan memanfaatkan orang-orang kreatif, berbakat, dan cerdas untuk dimanfaatkan dalam membangun bangsa ini bagi kebaikan dan manfaat bagi semua warga AS," kata Trump.

Politik Inward Looking

Siswanto berujar, akan ada perbedaan yang cukup signifikan dalam politik luar negeri AS di tangan Trump yang notabene merupakan seorang Republik.

Ahli Politik Amerika ini menyatakan, politik luar negeri AS dibawah seorang pemimpin Republik akan cenderung lebih terfokus pada penguatan kendali AS secara global.

Hal ini, tuturnya, dapat menimbulkan beberapa perubahan yang cukup signifikan dalam pendekatan AS untuk menjalin dan menangani permasalahan dengan komunitas internasional.

Siswanto mengatakan, terpilihnya Trump dapat membuat pendekatan AS terhadap negara lain menjadi lebih tegas dan keras dibandingan dengan pemerintahan sebelumnya, khususnya dalam hal menangani situasi konflik.

"Biasanya pendekatan AS dengan pemimpin seorang Republik cenderung mengedapnkan kekuatan daripada melalui negosiasi. (Terpilihnya Trump) bisa jadi meningkatkan ketegangan hubungan AS, misalnya dengan China, karena AS akan lebih mengedepankan kekuatan daripada negosiasi," ucap Siswanto.

Siswanto juga memprediksi kebijakan luar AS di tangan Trump akan terkesan lebih inward looking. Trump akan menerapkan kebijakan luar negeri yang tidak terlalu ekspansif saat dipimpin oleh Barrack Obama.

"Dari segi ekonomi, akan ada semacam rasionalisasi kebijakan luar negeri yang disesuaikan dengan kebijakan internal sehingga tidak akan terlalu ekspansif. (Kebijakan AS) akan cenderung lebih tertutup atau introvert," katanya.



Credit  CNN Indonesia