Rusia sukses menguji
coba senjata radio-elektronik baru mereka. Pakar militer menyebutkan
bahwa sistem baru ini akan bertugas menghancurkan perangkat yang
dimiliki pesawat dan pesawat tanpa awak, sekaligus perangkat elektronik
dalam senjata berpresisi tingi.
Sebanyak 70 persen armada
senjata radio-elektronik akan dilengkapi dengan berbagai model baru
sistem persenjataan pada 2020.
Sumber: Pavel Lisitsyn/RIA Novosti
Saat ini, model-model senjata baru diklasifikasikan sebagai ‘sangat rahasia’ dan hanya komando tertinggi Rusia yang sudah melihat mereka dalam pameran tertutup pada Forum Army 2016 dan Forum eknis-Militer Internasional Army High-Tech 2016.
Perusahaan Rostec hanya membocorkan sebagian potensi yang dimiliki senjata model baru mereka. Humas Rostec Leonid Khozin menyatakan bahwa senjata baru ini terdiri dari perangkat elektronik yang bekerja dengan prinsip panjang gelombang.
“Ia bisa melumpuhkan perangkat elektronik dan lainnya pada pesawat, pesawat tanpa awak, serta senjata berpresisi tinggi milik musuh. Ini adalah senjata darat. Di saat yang sama, ia dapat melakukan serangan darat, laut, dan udara,” terang Khozin.
Ia menyebutkan bahwa perangkat ini mampu ‘menyerang’ target yang berada beberapa kilometer jauhnya. Namun, ia menolak untuk berkomentar lebih lanjut mengenai rahasia negara tersebut.
Siapa yang Akan Menggunakan Senjata Radio-Elektronik?
Menurut pengamat militer dari Gazeta.ru Mikhail Khodarenko, sistem semacam ini digunakan oleh pasukan senjata radio-elektronik. Kemampuan untuk ‘mematikan misil’ dari jarak jauh sebelum peluncurannya merupakan salah satu faktor penentu kemenangan dalam perang senjata modern.“Perangkat tempur elektronik dapat memenangkan pertempuran bahkan sebelum perang dimulai secara ‘resmi’. Mereka dapat menyalakan sistem yang secara elektronik memojokkan sistem komunikasi, radar, pemanduan, serta penargetan musuh, dan tak akan ada satu unit tempur pun yang bisa bergerak dari tempat ia berada. Unit itu tak akan bisa bereaksi terhadap tembakan dan akan dihancurkan pada menit-menit pertama pertempuran,” terang sang pakar.
Di ranah militer, baik di Rusia maupun negara lain, kekuatan semacam ini biasanya tak dibicarakan di publik. Dalam militer, pasukan ini masuk dalam subunit komunikasi.
Alasannya, mereka perlu melakukan fungsinya secara tersembunyi dari mata musuh.
Pengalaman di Suriah
Sistem senjata radio-elektronik tak hanya digunakan sebagai perangkat ‘penyerang’, tapi juga berfungsi untuk menyembunyikan pasukan dari misil dan pesawat musuh dalam pertempuran.Sebagai contoh, helikopter tempur Ka-52, yang pertama kali ‘dibaptis’ di langit Suriah, dilengkapi oleh sistem perlindungan individu Vitebsk dan President.
“Mereka menciptakan gangguan bagi misil dengan hulu ledak optikal dan inframerah bergerak, menciptakan ‘jebakan’ elektronik khusus di area gangguan. Mereka juga menginformasikan pilot yang mendekati misil musuh. Tergantung pada tipe hulu ledak, mereka bisa mematikannya dari lintasan hulu ledak tersebut saat ia terbang menuju target,” terang Pemimpin Redaksi Majalah Arsenal Otechestva (Gudang Senjata Tanah Air) Victor Murakhovsky.
Potensi sistem senjata radio-elektronik yang terpasang di helikopter dapat digambarkan seperti sistem radar serupa yang digunakan untuk melindungi perangkat dari misil pendeteksi panas.
Pernah ada insiden di pinggiran Aleppo yang terekam oleh pasukan Asala wa-al-Tanmiya — salah satu kelompok “oposisi moderat” yang didukung AS. Pasukan antipemerintah tersebut meletuskan tembakan dari sistem misil antipesawat Igla-1 pada helikopter angkut militer Suriah Mi-17.
Terlihat jelas bagaimana sistem elektronik mereka bereaksi.
Selain itu, menurut Murakhovsky, sistem senjata radio-elektronik Krasukha-4 ditempatkan di sekitar markas Hmeimim untuk melumpuhkan penyadapan dan senjata musuh yang mengarah pada sistem. Krasukha-4 “menjangkau” semua sistem pelacak musuh sejauh 250 kilometer.
“Di Rusia, sistem senjata radio-elektronik selalu dikembangkan dengan giat. Masalah utama terletak pada ‘elemen dasar’. Sebagaimana yang diketahui, Rusia tak bisa memproduksi model teknologi tinggi terbaik karena peraturan internasional. Namun, terkait sistem senjata radio-elektronik (frekuensi supertinggi, gallium arsenide, dan komponen energi), Rusia melakukannya dengan sangat baik,” kata Murakhovsky menyimpulkan.
Para pakar yakin bahwa sebanyak 70 persen armada senjata radio-elektronik akan dilengkapi dengan berbagai model baru sistem persenjataan pada 2020.
Credit RBTH Indonesia