Kedutaan Besar AS di Sanaa, Yaman, dijaga
tentara. Kedubes AS, inggris dan Perancis menghentikan operasi di Yaman
karena situasi keamanan yang memburuk. (Reuters/Khaled Abdullah)
Langkah ini diambil ketiga negara tersebut seiring situasi politik dan keamanan yang mencekam di Yaman. Pemberontak Syiah al-Houthi kian kuat dengan menguasai pemerintahan, sementara Presiden Abdu Rabu Mansour Hadi mengundurkan diri, membuat negara itu kini tanpa pemimpin yang sah.
Kedutaan Besar AS sendiri sejak Januari lalu telah mengurangi jumlah staf mereka akibat konflik bersenjata di ibukota Sanaa. Kedubes Perancis juga menyatakan tidak beroperasi mulai Jumat besok.
"Tingkat ketidakstabilan dan ancaman yang terus terjadi di Yaman sangat mengkhawatirkan," tulis peringatan berkunjung Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.
Dalam peringatan tersebut, Deplu AS mewanti-wanti soal "kemungkinan risiko penculikan" dan serangan teroris terhadap warga Amerika serta fasilitas-fasilitas Barat.
Namun belum ada rencana evakuasi bagi warga Amerika hingga saat ini. "Evakuasi yang difasilitasi pemerintah AS hanya dilakukan jika tidak ada alternatif komersial yang tersedia," tulis situs Deplu AS.
Seperti AS, Inggris juga meminta warganya segera meninggalkan Yaman.
Sementara Kementerian Luar Negeri Perancis mengeluarkan pernyataannya kepada warganya di Yaman.
"Melihat perkembangan politik saat ini, dan demi alasan keamanan, Kedutaan meminta anda untuk sementara meninggalkan Yaman, secepatnya, menggunakan penerbangan komersial pilihan anda. Kedutaan akan ditutup sementara pada Jumat, 13 Februari 2015, hingga pemberitahuan berikutnya," ujar Kemlu Perancis.
Kendati Kedutaan Besar ditutup, namun Departemen Pertahanan AS mengatakan bahwa militer mereka masih aktif di Yaman dalam upaya memberantas kelompok teroris.
"Mereka masih bisa melakukan operasi kontra terorisme di Yaman dan sejujurnya saat ini sedang berlangsung latihan pemberantasan teroris," kata juru bicara Pentagon, John Kirby.
Credit CNN Indonesia