Presiden AS Donald Trump bakal menarik seluruh pasukan AS dari Suriah. (REUTERS/Carlos Barria)
Rencana Amerika itu disebut memiliki konsekuensi geopolitik yang luar biasa, termasuk membuat nasib pejuang Kurdi yang dibekingi AS tak menentu. Selama ini Kurdi telah membantu AS di Suriah dalam memerangi kelompok jihadis ISIS.
"Kami telah mengalahkan ISIS, yang menjadi satu-satunya alasan untuk berada di sana (Suriah) selama pemerintahan saya," kata Trump di akun twitter.
Pejabat tinggi Amerika mengatakan kepada AFP bahwa rencana Trump menarik pasukan sudah diputuskan sejak Selasa.
"Penarikan penuh. Berarti semuanya," kata pejabat itu saat ditanya apakah AS akan menarik semua pasukan di seluruh penjuru Suriah.
Saat ini ada sekitar 2.000 pasukan AS ditempatkan di Suriah. Kebanyakan dari mereka ditugaskan untuk melatih dan memberi masukan untuk mendukung kekuatan lokal memerangi ISIS.
Mayoritas pasukan AS itu ditempatkan di Suriah bagian utara. Ada juga sebagian kecil yang diplot di garnisun yang berada di Al-Tanaf, dekat perbatasan Yordania dan Irak.
Trump sendiri sudah sejak lama menyuarakan skeptisismenya atas keberadaan pasukan AS di Suriah.
Pada Maret lalu dia juga sempat menyatakan bakal memulangkan pasukan dari Suriah secepatnya. Namun penasihat presiden dan sekutu internasional AS mengingatkan dia untuk tidak melakukan itu. Misi pasukan AS di Suriah pun berlanjut.
Menguatkan rencana terbaru Trump di Suriah, juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan ISIS telah dikalahkan secara teritorial, namun koalisi internasional yang dipimpin AS akan melanjutkan perang melawan jihadis.
"Kemenangan atas ISIS di Suriah bukan tanda berakhirnya koalisi global ataupun kampanyenya," kata Sanders.
"Kami telah memulai memulangkan pasukan AS dan kami akan beralih ke fase selanjutnya dalam kampanye ini," ujarnya menambahkan.
Credit cnnindonesia.com