WASHINGTON
- Misil SM-3 Block IIA Amerika Serikat (AS), dalam sebuah uji coba,
berhasil menembak jatuh sasaran rudal balistik jarak menengah yang
berada di luar angkasa. Misil yang jatuhkan target itu ditembakkan dari
fasilitas Aegis Ashore yang berbasis di Hawaii, pada hari Selasa.
Tes ini menandai kesuksesan yang kedua setelah Oktober lalu. Keberhasilan ini juga menebus dua kegagalan uji coba misil secara berturut-turut akibat kesalahan pelaut dan motor roket.
Juru bicara Badan Pertahanan Rudal (MDA), Mark Wright, mengatakan misil yang diluncurkan dari Hawaii menembak lintasan dari sebuah sensor yang jaraknya cukup jauh dari Aegis Ashore Missile Defence Test Complex di Pacific Missile Rang Facility yang berada di Kauai.
Menurut Wrighet, Aegis Ashore tidak pernah memiliki jalur asli, yang berarti misil yang ditembakkan dari fasilitas itu berhasil mengunci target yang sepenuhnya dilacak oleh sensor. Sensor itulah yang menyampaikan data pelacakannya.
Tes misil pencegat ini dirancang untuk menguji kemampuan dalam penerapannya pada sistem tempur Aegis Atago.
Sekadar diketahui, SM-3 Block IIA adalah misil pengembangan bersama antara AS dan Jepang. Senjata ini diharapkan melengkapi kedua stasiun Aegis Ashore AS di Rumania dan Polandia serta stasiun Aegis Ashore masa depan di Jepang.
Misil tersebut akan menjadi kunci bagi strategi pertahanan rudal jarak pendek dan menengah AS.
Situs Aegis Ashore di Eropa telah menjadi sumber ketegangan yang signifikan antara Rusia dan AS, di mana Presiden Rusia Vladimir Putin rutin mengkritik platform tersebut dan menuduh AS mencoba untuk mengganggu keseimbangan strategis.
Dalam rilisnya, MDA mengatakan rudal yang jadi target ditembakkan oleh pesawat C-17 Angkatan Udara AS. "(Jaraknya) ribuan mil sebelah barat daya dari situs uji Aegis Ashore yang meluncurkan misil pencegat SM-3 Block IIA," kata MDA.
Kepala MDA Letnan Jenderal Sam Greaves mengatakan tes membuktikan teknologi yang masuk ke kemampuan pertahanan rudal di Eropa telah berada di jalurnya.
Tes ini menandai kesuksesan yang kedua setelah Oktober lalu. Keberhasilan ini juga menebus dua kegagalan uji coba misil secara berturut-turut akibat kesalahan pelaut dan motor roket.
Juru bicara Badan Pertahanan Rudal (MDA), Mark Wright, mengatakan misil yang diluncurkan dari Hawaii menembak lintasan dari sebuah sensor yang jaraknya cukup jauh dari Aegis Ashore Missile Defence Test Complex di Pacific Missile Rang Facility yang berada di Kauai.
Menurut Wrighet, Aegis Ashore tidak pernah memiliki jalur asli, yang berarti misil yang ditembakkan dari fasilitas itu berhasil mengunci target yang sepenuhnya dilacak oleh sensor. Sensor itulah yang menyampaikan data pelacakannya.
Tes misil pencegat ini dirancang untuk menguji kemampuan dalam penerapannya pada sistem tempur Aegis Atago.
Sekadar diketahui, SM-3 Block IIA adalah misil pengembangan bersama antara AS dan Jepang. Senjata ini diharapkan melengkapi kedua stasiun Aegis Ashore AS di Rumania dan Polandia serta stasiun Aegis Ashore masa depan di Jepang.
Misil tersebut akan menjadi kunci bagi strategi pertahanan rudal jarak pendek dan menengah AS.
Situs Aegis Ashore di Eropa telah menjadi sumber ketegangan yang signifikan antara Rusia dan AS, di mana Presiden Rusia Vladimir Putin rutin mengkritik platform tersebut dan menuduh AS mencoba untuk mengganggu keseimbangan strategis.
Dalam rilisnya, MDA mengatakan rudal yang jadi target ditembakkan oleh pesawat C-17 Angkatan Udara AS. "(Jaraknya) ribuan mil sebelah barat daya dari situs uji Aegis Ashore yang meluncurkan misil pencegat SM-3 Block IIA," kata MDA.
Kepala MDA Letnan Jenderal Sam Greaves mengatakan tes membuktikan teknologi yang masuk ke kemampuan pertahanan rudal di Eropa telah berada di jalurnya.
"Tes penerbangan yang sukses hari ini menunjukkan keefektifan dari arsitektur European Phased Adaptive Approach Phase 3," kata Greaves, seperti dikutip Defense News, Rabu (12/12/2018).
"Ini juga sangat penting bagi masa depan operasi pertahanan rudal multi-domain dan mendukung tonggak untuk program rudal SM-3 Block IIA," ujarnya.
“Sistem ini dirancang untuk membela Amerika Serikat, pasukan yang dikerahkan, sekutu, dan teman-teman dari ancaman rudal balistik yang nyata dan terus berkembang. Saya mengucapkan selamat kepada semua anggota tim, militer, sipil, kontraktor, dan sekutu yang membantu mewujudkan hal ini."
"Ini juga sangat penting bagi masa depan operasi pertahanan rudal multi-domain dan mendukung tonggak untuk program rudal SM-3 Block IIA," ujarnya.
“Sistem ini dirancang untuk membela Amerika Serikat, pasukan yang dikerahkan, sekutu, dan teman-teman dari ancaman rudal balistik yang nyata dan terus berkembang. Saya mengucapkan selamat kepada semua anggota tim, militer, sipil, kontraktor, dan sekutu yang membantu mewujudkan hal ini."
Credit sindonews.com