PM Scott Morrison akui Yerusalem Barat sebagai ibu kota Israel.
CB,
TEHERAN -- Iran mengecam tindakan Australia yang mengakui Yerusalem
Barat sebagai ibu kota Israel. Seperti dilansir
Anadolu, Rabu
(19/12), Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Bahram Qasimi
mengatakan keputusan Australia tersebut merupakan pelanggaran terhadap
resolusi internasional.
Dalam wawancaranya kepada Kantor Berita Azad, Qasimi memperingatkan
bahwa keputusan Australia akan dilihat sebagai pelanggaran terhadap
semua resolusi internasional yang terkait dengan Palestina dan wilayah
pendudukan Israel.
"Langkah seperti itu tidak akan membantu
menyelesaikan masalah Palestina dan Timur Tengah yang lebih luas. Itu
hanya akan meningkatkan ketegangan di kawasan ini," ujar
Qasimi.
Pada
Sabtu, Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengumumkan keputusan
negaranya untuk secara resmi mengakui Yerusalem Barat sebagai ibu kota
Israel.
Morrison mengatakan, Australia belum akan merelokasi
kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem Barat sampai perdamaian Palestina
Israel tercapai.
Pada
November, Presiden terpilih Brasil Jair Bolsonaro juga mengumumkan
niatnya untuk memindahkan kedutaan negaranya dari Tel Aviv ke Yerusalem
sesuai dengan janji kampanyenya.
Namun, beberapa hari kemudian, Bolsonaro mengatakan keputusan akhir terkait masalah itu belum diambil.
Akhir
tahun lalu, Presiden Amerika Serikat(AS) Donald Trump menjadi pemimpin
pertama yang mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel. Ini menimbulkan
kecaman dan protes dari seluruh dunia. Khususnya negara muslim.
Pada
Mei, AS memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem. Guatemala
yang mengikuti jejak Washington, juga memindahkan kedutaannya ke
Yerusalem.