WASHINGTON
- Koalisi internasional yang dipimpin Amerika Serikat (AS) angkat
bicara setelah dituduh menembakkan sejumlah rudal terhadap posisi
pasukan Suriah, semalam. Koalisi pimpinan Amerika mengklaim serangan
ditargetkan pada seorang komandan teroris ternama ISIS, Abu al-Umarayn.
"Pasukan koalisi melakukan serangan presisi terhadap anggota senior ISIS (Islamic State, IS), Abu al-Umarayn, dan beberapa anggota ISIS lainnya pada 2 Desember di Gurun Badiyah," kata pihak Operation Inherent Resolve yang dipimpin AS dalam sebuah pernyataan tertulis kepada Russia Today, Senin (3/12/2018).
"Setelah menentukan ancaman yang akan segera terjadi dari sel (teror)," lanjut pihak koalisi tersebut tanpa merinci keberhasilan misi.
"Pasukan koalisi melakukan serangan presisi terhadap anggota senior ISIS (Islamic State, IS), Abu al-Umarayn, dan beberapa anggota ISIS lainnya pada 2 Desember di Gurun Badiyah," kata pihak Operation Inherent Resolve yang dipimpin AS dalam sebuah pernyataan tertulis kepada Russia Today, Senin (3/12/2018).
"Setelah menentukan ancaman yang akan segera terjadi dari sel (teror)," lanjut pihak koalisi tersebut tanpa merinci keberhasilan misi.
Seperti diberitakan sebelumnya, Sumber militer Damaskus kepada kantor berita SANA melaporkan serangan sejumlah rudal itu menyebabkan kerusakan material secara terbatas. Beberapa rudal menghantam posisi pasukan Damaskus di selatan Al-Sukhnah, Suriah timur.
"Pasukan koalisi pimpinan AS menembakkan beberapa rudal ke arah posisi unit kami di wilayah Al-Ghurab, selatan kota Al-Sukhnah sekitar pukul 20.00 malam," kata sumber militer Suriah kepada saluran televisi Al-Ikhbariya.
Kolonel Sean Ryan, juru bicara koalisi pimpinan AS, mengatakan kepada Fox News bahwa Umarayn tewas dalam serangan pesawat tak berawak di Suriah pada hari Minggu. Menurutnya, serangan di Gurun Badiyah itu juga menewaskan beberapa anggota ISIS lainnya.
"Al-Umarayn telah memberikan indikasi untuk membuat ancaman terhadap Pasukan Koalisi dan dia terlibat dalam pembunuhan warga negara Amerika dan mantan Pasukan Ranger Angkatan Darat AS, Peter Kassig," kata Ryan dalam sebuah pernyataan, yang dilansir Senin (3/12/2018).
"Dia telah dikaitkan dan terlibat langsung dengan mengeksekusi beberapa tahanan lain sebagai anggota senior ISIS," lanjut dia.
"Serangan udara koalisi terus mengganggu komando dan kontrol ISIS di medan perang saat kami melenyapkan tokoh-tokoh kunci dari barisan mereka," imbuh Ryan.
Pada Oktober 2014, ISIS merilis video pemenggalan pekerja bantuan Inggris Alan Henning, di mana dikatakan bahwa Kassig akan dibunuh selanjutnya.
Bulan berikutnya, pada November 2014, sebuah video yang dirilis oleh ISIS menunjukkan "Jihadi John", algojo ISIS asal London; Mohammed Emwazi, 27, berdiri di atas kepala Kassig yang terpenggal. Dalam video itu al-Umarayn juga terlihat.
Pada tahun-tahun sejak itu, sejumlah tokoh ISIS atas tewas dalam serangan udara oleh negara-negara Barat. Kelompok itu telah dipaksa keluar dari benteng-bentengnya di Suriah dan Irak setelah serangan besar-besaran.
Emwazi tewas dalam serangan pesawat tak berawak di Raqqa, Suriah, pada akhir 2015.
Dia
telah muncul di sejumlah video di mana tawanan, termasuk pekerja
bantuan Inggris David Haines dan Henning serta jurnalis AS James Foley
dan Steven Sotloff, tewas dieksekusi.
Emwazi adalah salah satu dari empat pria yang meninggalkan Inggris untuk bergabung dengan ISIS di Suriah. Mereka kemudian dijuluki sebagai "The Beatles" dengan nama masing-masing; John, Paul, George dan Ringo.
Anggota lainnya adalah Alexanda Kotey, 34, El Shafee Elsheikh, 30, dan Aine Davis, 34. Kotey dan Elsheikh ditangkap oleh pasukan oposisi yang didukung AS di Suriah pada bulan Januari tahun ini.
Davis dihukum karena menjadi anggota organisasi teroris dan dipenjara selama 7,5 tahun oleh pengadilan di Silivri, Turki, pada Mei 2017.
Emwazi adalah salah satu dari empat pria yang meninggalkan Inggris untuk bergabung dengan ISIS di Suriah. Mereka kemudian dijuluki sebagai "The Beatles" dengan nama masing-masing; John, Paul, George dan Ringo.
Anggota lainnya adalah Alexanda Kotey, 34, El Shafee Elsheikh, 30, dan Aine Davis, 34. Kotey dan Elsheikh ditangkap oleh pasukan oposisi yang didukung AS di Suriah pada bulan Januari tahun ini.
Davis dihukum karena menjadi anggota organisasi teroris dan dipenjara selama 7,5 tahun oleh pengadilan di Silivri, Turki, pada Mei 2017.
Credit sindonews.com