TEHERAN
- Amerika Serikat (AS) bekerja sama dengan Arab Saudi untuk memulihkan
kekuatannya di Timur Tengah. Hal itu dikatakan oleh Wakil Kepala
kelompok militan yang berbasis di Lebanon, Hizbullah.
"AS, bekerja sama dengan Arab Saudi, sedang berusaha memulihkan kekuatannya di kawasan Timur Tengah," kata Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah Sheikh Naim Qassem selama kunjungannya ke Teheran.
"Namun, kami mengatakan kepada mereka bahwa Anda akan mati sebelum mewujudkan impian Anda," imbuhnya seperti dikutip Sputnik dari jaringan media Iran PressTV, Jumat (30/11/2018).
Sheikh Qassem menambahkan bahwa AS terus mengancam stabilitas kawasan dengan menjual rudal dengan dalih melayani kepentingan strategis Washington dan mempromosikan stabilitas regional.
"Ini terjadi ketika AS dan Israel dikalahkan oleh Lebanon (pada 2006) dan baru-baru ini oleh Hamas di Gaza dalam waktu yang sangat singkat," katanya, mengacu pada serangan Israel atas Jalur Gaza pada Oktober lalu.
Konflik 2006 terjadi ketika Israel menyerang Libanon sebagai tanggapan atas serangan lintas batas oleh Hizbullah dan penculikan dua tentara Israel. Konflik berlangsung selama 34 hari dan merenggut nyawa lebih dari 1.300 orang sebelum dihentikan oleh gencatan senjata yang ditengahi PBB.
"AS, bekerja sama dengan Arab Saudi, sedang berusaha memulihkan kekuatannya di kawasan Timur Tengah," kata Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah Sheikh Naim Qassem selama kunjungannya ke Teheran.
"Namun, kami mengatakan kepada mereka bahwa Anda akan mati sebelum mewujudkan impian Anda," imbuhnya seperti dikutip Sputnik dari jaringan media Iran PressTV, Jumat (30/11/2018).
Sheikh Qassem menambahkan bahwa AS terus mengancam stabilitas kawasan dengan menjual rudal dengan dalih melayani kepentingan strategis Washington dan mempromosikan stabilitas regional.
"Ini terjadi ketika AS dan Israel dikalahkan oleh Lebanon (pada 2006) dan baru-baru ini oleh Hamas di Gaza dalam waktu yang sangat singkat," katanya, mengacu pada serangan Israel atas Jalur Gaza pada Oktober lalu.
Konflik 2006 terjadi ketika Israel menyerang Libanon sebagai tanggapan atas serangan lintas batas oleh Hizbullah dan penculikan dua tentara Israel. Konflik berlangsung selama 34 hari dan merenggut nyawa lebih dari 1.300 orang sebelum dihentikan oleh gencatan senjata yang ditengahi PBB.
AS
telah menjadi pendukung setia Israel, terutama di bawah Donald Trump.
Presiden AS membuat keputusan kontroversial untuk memindahkan kedutaan
negaranya dari Tel Aviv ke Yerusalem, sebuah kota yang terbagi antara
Israel dan Palestina. Sebagian besar komunitas internasional bertahan
untuk apa yang disebut 'solusi dua negara' atas konflik
Israel-Palestina, yang menetapkan bahwa kedua negara Palestina dan
Israel harus ada, berdampingan, dalam batas yang diakui secara
internasional.
Credit sindonews.com