Senjata ini ‘akan mengalahkan sistem misil pertahanan AS’. Foto: Goodvint/Wikipedia.org
Rusia akan ‘melakukan langkah balasan’ atas tindakan AS yang
memperluas jangkauan sistem pertahanan misilnya secara global. Demikian
ditegaskan Kepala Staf Jenderal Angkatan Bersenjata Rusia Jendral Valery
Gerasimov pada akhir Januari lalu.
Menurut Gerasimov, langkah balasan tersebut berupa peningkatan sistem persenjataan angkatan darat dan laut
Rusia untuk menangkal ancaman serangan sistem misil AS. Sang jenderal
juga menyebutkan senjata tersebut ‘akan mengalahkan sistem misil
pertahanan AS’. Namun demikian, Gerasimov tidak menyebut sistem yang ia
maksud secara spesifik. Berikut, RBTH akan membahas tiga senjata terbaik
milik Rusia yang berpotensi menjadi senjata andalan untuk melawan
sistem pertahanan misil AS.
Rubezh
Misil antarbenua terbaru milik Rusia, RS-26 Rubezh,
merupakan hasil pengembangan terbaru industri pertahanan Rusia. Proyek
ini sangat dirahasiakan, sehingga hanya sedikit informasi yang diketahui
mengenai misil ini. Rubezh, atau yang juga dikenal sebagai Avangard,
merupakan misil masa depan yang diciptakan berdasarkan misil RS-24 Yars yang saat ini sudah melengkapi perbendaharaan senjata Pasukan Rudal Strategis Rusia.
Pihak militer Rusia menyebutkan bahwa uji peluncuran
misil ini akan dilakukan pada Maret mendatang. Sebelumnya, uji coba
dilakukan secara rahasia, meski pada 2013 informasi mengenai uji coba
misil MS-26 di situs uji coba Kapustin Yar bocor ke media. Ketika itu,
Staf Jenderal menjelaskan bahwa uji coba tersebut merupakan peluncuran
keempat Rubezh.
Berdasarkan keterangan Kolonel Jendral Zarudnitsky,
misil baru ini memiliki perlengkapan tempur mutakhir, dan lebih unggul
dari segi kapasitas serta karakteristik manuver dibanding sistem
pertahanan rudal sebelumnya.
Sarmat
Ukraina menghentikan pasokan suku cadang untuk sistem misil Voevoda
milik Rusia. Sementara, AS terus mengembangkan sistem pertahanan
misilnya ke seluruh dunia. Hal itu membuat Rusia mau tak mau harus
mencari alternatif pengganti Voevoda.
Sistem Topol yang saat ini digunakan oleh Rusia dapat
meluncurkan rudal seberat 1,2 ton hingga jarak sembilan ribu kilometer.
Sementara, Voevoda dapat meluncurkan misil seberat 7,3 ton hingga jarak
16 ribu kilometer.
Jika data yang bocor ke media benar, Sarmat akan
berukuran setengah dari ukuran Voevoda. Berat senjata ini mencapai
sekitar seratus ton, sementara Voevoda memiliki berat 211 ton. Sarmat
diperkirakan mampu meluncurkan misil berbobot empat hingga lima ton.
Selain itu, peluncuran jarak jauh membuat misil Sarmat memiliki waktu
yang cukup leluasa, baik sebelum maupun sesudah peluncuran.
Bulava
Foto: RIA Novosti
Misil R-30 Bulava telah diidam-idamkan sejak lama
oleh Angkatan Laut Rusia. Kini, misil tersebut telah bergabung dalam
perbendaharaan senjata AL Rusia. Kapal selam tempur kelas Borey ini
awalnya dibuat untuk mengalahkan kompleks sistem pertahanan musuh.
Sistem pertahanan rudal ini dapat membawa sepuluh hulu ledak dan
meluncurkan tembakan serentak dari bawah air dengan jarak lebih dari 11
ribu kilometer. Borei bahkan dapat menyerang AS tanpa meninggalkan
markas mereka di Armada Laut Utara atau Pasifik Rusia.
Berdasarkan beberapa laporan, konsep operasional Bulava berbeda dengan sistem Topol-M. Saat hulu ledak Topol-M ditembakan ke target, ia akan hancur berkeping-keping. Sementara, cara kerja Bulava menggunakan prinsip ‘menjalar’. Tiap blok rudal dapat dipisahkan satu per satu dari misil ketika misil tersebut diluncurkan.
Credit RBTH Indonesia