Senin, 16 Februari 2015

Tiga Senjata Terbaik Rusia Penangkal Sistem Pertahanan Misil Global AS


Tiga Senjata Terbaik Rusia Penangkal Sistem Pertahanan Misil Global AS

Senjata ini ‘akan mengalahkan sistem misil pertahanan AS’. Foto: Goodvint/Wikipedia.org





Menurut Gerasimov, langkah balasan tersebut berupa peningkatan sistem persenjataan angkatan darat dan laut Rusia untuk menangkal ancaman serangan sistem misil AS. Sang jenderal juga menyebutkan senjata tersebut ‘akan mengalahkan sistem misil pertahanan AS’. Namun demikian, Gerasimov tidak menyebut sistem yang ia maksud secara spesifik. Berikut, RBTH akan membahas tiga senjata terbaik milik Rusia yang berpotensi menjadi senjata andalan untuk melawan sistem pertahanan misil AS.
Rubezh
Misil antarbenua terbaru milik Rusia, RS-26 Rubezh, merupakan hasil pengembangan terbaru industri pertahanan Rusia. Proyek ini sangat dirahasiakan, sehingga hanya sedikit informasi yang diketahui mengenai misil ini. Rubezh, atau yang juga dikenal sebagai Avangard, merupakan misil masa depan yang diciptakan berdasarkan misil RS-24 Yars yang saat ini sudah melengkapi perbendaharaan senjata Pasukan Rudal Strategis Rusia.


Misil berbahan bakar padat ini dilengkapi dengan hulu ledak terpisah. Kuantitas dan bobot hulu ledak yang dapat diangkut oleh misil ini masih belum diketahui. Namun, mengingat misil ini merupakan versi modern dari misil Yars—yang masuk dalam keluarga misil Topol-M—maka diperkirakan Rubezh dibuat untuk mengangkut misil dengan bobot minimal 60 ton. Misil ini hanya akan tersedia dalam versi bergerak, dan kemungkinan kelak akan digunakan untuk menggantikan sistem misil Topol yang mulai menua.
Pihak militer Rusia menyebutkan bahwa uji peluncuran misil ini akan dilakukan pada Maret mendatang. Sebelumnya, uji coba dilakukan secara rahasia, meski pada 2013 informasi mengenai uji coba misil MS-26 di situs uji coba Kapustin Yar bocor ke media. Ketika itu, Staf Jenderal menjelaskan bahwa uji coba tersebut merupakan peluncuran keempat Rubezh.
Berdasarkan keterangan Kolonel Jendral Zarudnitsky, misil baru ini memiliki perlengkapan tempur mutakhir, dan lebih unggul dari segi kapasitas serta karakteristik manuver dibanding sistem pertahanan rudal sebelumnya.

Sarmat
Ukraina menghentikan pasokan suku cadang untuk sistem misil Voevoda milik Rusia. Sementara, AS terus mengembangkan sistem pertahanan misilnya ke seluruh dunia. Hal itu membuat Rusia mau tak mau harus mencari alternatif pengganti Voevoda.


Pada sekitar 2018-2020, Rusia akan menerima misil kelas berat terbaru, Sarmat. Saat ini sistem persenjataan tersebut tengah dikembangkan oleh Pusat Roket Negara Makeyev.
Sistem Topol yang saat ini digunakan oleh Rusia dapat meluncurkan rudal seberat 1,2 ton hingga jarak sembilan ribu kilometer. Sementara, Voevoda dapat meluncurkan misil seberat 7,3 ton hingga jarak 16 ribu kilometer.
Jika data yang bocor ke media benar, Sarmat akan berukuran setengah dari ukuran Voevoda. Berat senjata ini mencapai sekitar seratus ton, sementara Voevoda memiliki berat 211 ton. Sarmat diperkirakan mampu meluncurkan misil berbobot empat hingga lima ton. Selain itu, peluncuran jarak jauh membuat misil Sarmat memiliki waktu yang cukup leluasa, baik sebelum maupun sesudah peluncuran.

Bulava
Foto: RIA Novosti
Misil R-30 Bulava telah diidam-idamkan sejak lama oleh Angkatan Laut Rusia. Kini, misil tersebut telah bergabung dalam perbendaharaan senjata AL Rusia. Kapal selam tempur kelas Borey ini awalnya dibuat untuk mengalahkan kompleks sistem pertahanan musuh. Sistem pertahanan rudal ini dapat membawa sepuluh hulu ledak dan meluncurkan tembakan serentak dari bawah air dengan jarak lebih dari 11 ribu kilometer. Borei bahkan dapat menyerang AS tanpa meninggalkan markas mereka di Armada Laut Utara atau Pasifik Rusia.


Setiap kapal selam canggih ini dilengkapi dengan 16 misil balistik R-30 Bulava-30 yang siap digunakan. Kapal selam tersebut memiliki fitur hidrodinamis yang unggul dan tingkat kebisingan yang sangat rendah. Hal itu membuat kapal ini dapat dengan mudah melakukan serangan balasan mendadak saat bertempur.
Berdasarkan beberapa laporan, konsep operasional Bulava berbeda dengan sistem Topol-M. Saat hulu ledak Topol-M ditembakan ke target, ia akan hancur berkeping-keping. Sementara, cara kerja Bulava menggunakan prinsip ‘menjalar’. Tiap blok rudal dapat dipisahkan satu per satu dari misil ketika misil tersebut diluncurkan.



Credit  RBTH Indonesia