Kamis, 26 November 2015

Luhut: Singapura-Malaysia Dukung RI Kendalikan Ruang Udara


Luhut: Singapura-Malaysia Dukung RI Kendalikan Ruang Udara 
 Ilustrasi. (ANTARA/Yusran Uccang)
 
Jakarta, CB -- Pemerintah Republik Indonesia menunjukkan keseriusannya hendak mengambil alih kontrol atas ruang udara atau FIR (flight information region) di Kepulauan Riau –antara lain mencakup Batam, Tanjungpinang, dan Natuna– yang selama ini dipegang Singapura. Pejabat tinggi RI telah bertemu Singapura dan Malaysia.

Presiden Jokowi mengutus Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan untuk berbicara dengan kedua negara tetangga Indonesia itu.

“Saya diperintahkan Presiden dan kami bicara baik-baik. Saya sudah bicara dengan Deputi Perdana Menteri Singapura dan Deputi Perdana Menteri Malaysia. Tidak ada masalah,” kata Luhut kepada CNN Indonesia di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta, akhir September.

Singapura dan Malaysia disebut Luhut tak keberatan dengan keinginan Indonesia mengelola seluruh ruang udaranya sendiri. “Mereka mendukung kita mengambil alih (ruang udara) pada waktunya nanti, tiga-empat tahun dari sekarang,” ujar Luhut.

Saat ini Indonesia tengah menyiapkan sumber daya manusia dan infrastruktur untuk mengelola ruang udara di atas Kepulauan Riau yang berbatasan dengan Singapura itu.

Awal September, Jokowi telah memerintahkan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo untuk memodernisasi peralatan dan meningkatkan kemampuan personel agar Indonesia siap mengelola ruang udaranya sendiri secara mandiri.

Luhut menyatakan, persoalan kontrol ruang udara sesungguhnya bukan masalah kedaulatan. Ia membantah Indonesia berniat ‘merebut’ FIR dari Singapura karena penyusupan yang kerap dilakukan jet-jet tempur Negeri Singa ke zona udara RI.

“Jangan dicampur aduk. Ini masalah manajemen, dan soal ini akan kita selesaikan dengan baik dengan pemerintah Singapura. Memang sudah waktunya (Indonesia mengelola FIR sendiri). Semangatnya baik,” ujar Luhut.

Mantan Kepala Staf Presiden itu yakin Indonesia bisa mengambil alih FIR Kepulauan Riau dalam tiga tahun asal berupaya dengan serius.

Berdaulat di udara

Dalam buku “Quo Vadis Kedaulatan Udara Indonesia?” yang ditulis mantan Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Purnawirawan Chappy Hakim, diceritakan bahwa pada pertemuan antara pemerintah Indonesia dan Singapura di Bali, Januari 2012, tercapai kesepakatan bahwa FIR wilayah Kepulauan Riau yang dikuasai Singapura akan dikembalikan ke Indonesia.

Kontrol ruang udara di atas Kepulauan Natuna. (Dokumen Chappy Hakim/Red & White Publishing)
Salah satu dasar hukum pengambilalihan FIR itu ialah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. Pasal 5 Bab IV soal Kedaulatan Atas Wilayah Udara dalam UU tersebut berbunyi, “Negara Kesatuan Republik Indonesia berdaulat penuh dan eksklusif atas wilayah udara Republik Indonesia.”

Acuan hukum berikutnya, masih pada UU Penerbangan, tercantum pada Pasal 458 Bab XXIV Ketentuan Penutup yang berbunyi, “Wilayah udara Republik Indonesia, yang pelayanan navigasi penerbangannya didelegasikan kepada negara lain berdasarkan perjanjian, sudah harus dievaluasi dan dilayani oleh lembaga penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan paling lambat 15 tahun sejak Undang-Undang ini berlaku.”

Berdasarkan UU Penerbangan yang ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 12 Januari 2009 itu, jelas bahwa ruang udara Indonesia yang dikendalikan asing harus berada dalam kontrol Indonesia paling lambat tahun 2024.

Selain UU Penerbangan sebagai payung hukum, Pasal 1 Konvensi Penerbangan Sipil Internasional (Konvensi Chicago 1944) berbunyi serupa. “Every state has complete and exclusive sovereignty over the airspace above its territory.

Rencana pengambilalihan kendali ruang udara Indonesia dari Singapura yang lebih cepat, tiga-empat tahun lagi, mendapat dukungan Komisi I Bidang Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat RI.

Menurut anggota Komisi I Tubagus Hasanuddin, hanya satu ruang udara di wilayah Indonesia yang saat ini dalam kontrol asing, yakni Kepulauan Riau. Sementara dua ruang udara lainnya di RI sejak dulu dikendalikan oleh Indonesia sendiri. Satu dikendalikan dari Jakarta, dan satu lagi dari Makassar, Sulawesi Selatan.

“Memang semua ruang udara Indonesia harus kita yang kendalikan. Wilayah kita kok diatur Singapura? Itu dulu pemerintahan Soeharto yang membuat perjanjian. Kalau sudah habis batas waktunya ya kita ambil,” kata mantan perwira tinggi TNI Angkatan Darat itu.

Soal ruang udara RI ini juga menjadi pembahasan serius di Komisi I DPR. Bila Luhut menyebut FIR ialah soal manajemen semata, Wakil Ketua Komisi I Tantowi Yahya mengatakan ada dua kepentingan Indonesia soal FIR.

“Ada dua aspek. Yang pertama dan terutama, soal kedaulatan. Mestinya wilayah kita memang kita atur sendiri. Yang kedua, soal ekonomi,” kata politikus Golkar itu.

Soal kedaulatan ini juga dikemukakan Komandan Pangkalan TNI AU Tanjungpinang, Letnan Kolonel Penerbang I Ketut Wahyu Wijaya, yang kerap melihat pesawat tempur Singapura berlatih di langit sebelah utara Pulau Bintan, Kepulauan Riau.

Menurut Ketut, ruang udara Kepulauan Riau yang dikendalikan Singapura dijadikan Negeri Singa itu sebagai celah untuk berlatih militer di angkasa Indonesia.

“FIR di kawasan itu memang mutlak diatur Singapura. Tapi tidak berarti Indonesia juga mendelegasikan kedaulatan kepada mereka,” ujar Ketut.


Kekayaan di langit

Aspek ekonomi yang disinggung Tantowi pun diamini Ketut. Negara pengendali ruang udara otomatis mendapat keuntungan dari pesawat yang melintas di wilayah itu.

“Tiap pesawat yang melintas di wilayah FIR bayar US$6. Padahal setiap menit, untuk satu jalur saja, ada puluhan pesawat yang lewat. Kalau sehari semalam, 24 jam, sudah dapat berapa itu. Kompensasi ke Indonesia hanya 50 sen. Bayangkan berapa yang akan didapat Indonesia kalau FIR kita pegang sendiri,” ujar Ketut.

Mantan KSAU Chappy Hakim dalam bukunya mengatakan, upaya mengambil alih kedaulatan udara Kepulauan Riau dari Singapura sesungguhnya telah berlangsung sejak tahun 1993 dalam pertemuan Navigasi Udara Regional yang digelar Organisasi Penerbangan Sipil Internasional atau ICAO (International Civil Aviation Organization) di Bangkok, Thailand.

Sayangnya, menurut pakar hukum udara Prof. Dr. HK Martono seperti diceritakan Chappy, pemerintah Indonesia hanya mengirim pejabat operasional dalam pertemuan sepenting itu. Tak sebanding dengan Singapura yang mengirim para pejabat tingginya, mulai Jaksa Agung, Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan, serta para penasihat hukum laut internasional asal negara itu.

Dengan komposisi delegasi kedua negara yang seperti itu, Indonesia tak mendapat apa-apa. Soal ruang udara Kepulauan Riau dikembalikan ke Indonesia dan Singapura untuk diputuskan secara bilateral.

“Soal lobi, Singapura memang lebih licin dari kita,” ujar Chappy.

Ruang udara Kepulauan Riau jatuh ke tangan Singapura sejak 69 tahun lalu, satu tahun sejak Indonesia merdeka. Singapura menguasai sekitar 100 mil laut wilayah udara Indonesia. Satu mil laut ialah 1.825 kilometer.

Kuasa Singapura atas langit Indonesia itu ditetapkan dalam pertemuan ICAO di Dublin, Irlandia, pada Maret 1946. Ironisnya, saat keputusan itu dibuat, delegasi Indonesia tak hadir. Ketika itu pun Singapura masih dikuasai oleh Inggris.

“Situasinya kita baru merdeka. Sehingga peserta pertemuan menyerahkan kendali ruang udara kepada otoritas yang dianggap terdekat, yaitu Singapura,” kata Chappy.

Menurut KSAL periode 2002-2005 itu, FIR juga soal duit. Sama seperti yang diutarakan Tantowi dan Ketut.

Berdasarkan mandat ICAO di Dublin 69 tahun silam itu, Singapura tak hanya berwenang mengatur lalu lintas udara di langit Kepulauan Riau, tapi juga berhak memungut bayaran dalam Dolar AS dari seluruh maskapai penerbangan yang melintasi FIR itu.

Sebagian dari bayaran yang diterima Singapura, diserahkan kepada Indonesia.

“Ruang udara yang begitu luas adalah sumber ekonomi yang luar biasa. Di bawahnya ada Selat Malaka yang menjadi jalur lalu lintas laut tersibuk di dunia. Ini semua ada korelasinya,” kata Chappy.

Persoalan ekonomi itu, ditambah aspek kedaulatan dan keamanan bangsa, ujar Chappy, membuat pengambialihan ruang udara Kepulauan Riau dari Singapura ke Indonesia wajib dilakukan.

Chappy berkata, “Hong Kong saja yang 100 tahun lebih dikuasai Inggris dikembalikan kepada pemilik sahnya, China. Kenapa kita tidak bisa?”

Credit  CNN Indonesia

Jokowi Tegaskan Akan Ambil Alih Ruang Udara RI dari Singapura


Jokowi Tegaskan Akan Ambil Alih Ruang Udara RI dari Singapura  
Pesawat tempur Angkatan Bersenjata Singapura. (Getty Images/Chris McGrath)
 
Jakarta, CB -- Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, Presiden Jokowi telah menegaskan kepada Wakil Perdana Menteri yang merangkap Menteri Koordinator Bidang Keamanan Nasional Republik Singapura Teo Chee Hean bahwa Indonesia akan mengambil alih kontrol atas ruang udara atau FIR (flight information region) di Kepulauan Riau –antara lain mencakup Batam, Tanjungpinang, dan Natuna– yang selama ini dipegang Singapura.

"Presiden mengatakan bahwa Indonesia saat ini tengah mempersiapkan semua persiapan teknis dalam rangka pada satu titik nanti kita bisa mengambil kembali FIR kita yang saat ini sedang dipegang Singapura," ujar Retno di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (24/11).

Menurut Retno, Indonesia menjelaskan kepada Singapura bahwa pengambilalihan FIR tidak terkait kedaulatan karena kedua negara sudah memiliki peta jalan (roadmap) masing-masing. "(Untuk mengambil alih FIR), masih ada hal yang harus kita (RI) persiapkan. Singapura juga sepakat untuk membantu Indonesia mempersiapkannya," kata dia.

Retno yang mantan Duta Besar Republik Indonesia untuk Belanda itu menyampaikan, Singapura tidak keberatan Indonesia mengambil alih FIR karena hal itu terkait masalah keamanan penerbangan.

"FIR ini kan masalah safety, masalah kesiapan teknis kita, kapasitas kita untuk menjaga keamanan, safety dari penerbangan. Jadi sekali lagi, oleh karena itu kita membuat roadmap terkait persiapan teknis kita menuju ke situ," ujar Retno.

Pemerintah Republik Indonesia sejak beberapa bulan lalu menunjukkan keseriusannya hendak mengambil alih kontrol FIR yang selama ini dipegang Singapura. Pejabat tinggi RI telah bertemu Singapura dan Malaysia.

Presiden Jokowi sebelumnya telah mengutus Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan untuk berbicara dengan kedua negara tetangga Indonesia itu.

"Saya diperintahkan Presiden dan kami bicara baik-baik. Saya sudah bicara dengan Deputi Perdana Menteri Singapura dan Deputi Perdana Menteri Malaysia. Tidak ada masalah," kata Luhut kepada CNN Indonesia di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta, akhir September.

Singapura dan Malaysia disebut Luhut tak keberatan dengan keinginan Indonesia mengelola seluruh ruang udaranya sendiri. "Mereka mendukung kita mengambil alih (ruang udara) pada waktunya nanti, tiga-empat tahun dari sekarang," ujar Luhut.

Saat ini Indonesia tengah menyiapkan sumber daya manusia dan infrastruktur untuk mengelola ruang udara di atas Kepulauan Riau yang berbatasan dengan Singapura itu.

Awal September, Jokowi telah memerintahkan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo untuk memodernisasi peralatan dan meningkatkan kemampuan personel agar Indonesia siap mengelola ruang udaranya sendiri secara mandiri.

Luhut menyatakan, persoalan kontrol ruang udara sesungguhnya bukan masalah kedaulatan. Ia membantah Indonesia berniat ‘merebut’ FIR dari Singapura karena penyusupan yang kerap dilakukan jet-jet tempur Negeri Singa ke zona udara RI.
Credit  CNN Indonesia

Dirut PTDI: Semoga Presiden Mau Pakai Helikopter Produk Kami


Dirut PTDI: Semoga Presiden Mau Pakai Helikopter Produk Kami  
EC725 Caracal di hanggar PT Dirgantara Indonesia. PTDI merekomendasikan helikopter ini sebagai kendaraan operasional presiden. (CNN Indonesia/Iwan Hermawan)
 
Bandung, CB -- PT Dirgantara Indonesia menjamin tak bakal memberikan pelayanan buruk terhadap konsumen, termasuk apabila TNI dan pemerintah menjatuhkan pilihan pada Eurocopter EC725 Caracal rakitan mereka sebagai kendaraan operasional untuk pejabat tinggi negara (VVIP).

Tak hanya merakit, sebagian badan helikopter EC725 diproduksi sendiri oleh PTDI. “Sebagai pimpinan PTDI, mudah-mudahan Bapak Presiden mau menggunakan produk kami. Ini akan menjadi iklan terbaik bagi kami untuk menjual ke negara-negara lain,” kata Direktur Utama PTDI Budi Santoso di Bandung, Jawa Barat (25/11).

PTDI menjamin tak bakal mengulangi “kesalahannya” di masa lalu, sekaligus meyakinkan pemerintah bahwa mereka kini makin profesional.

“Kesalahan” yang dimaksud itu terkait terkatung-katungnya kontrak pengadaan 16 helikopter Super Puma NAS 332 yang dipesan TNI AU pada tahun 1998.

Terkait hal itu, PTDI sebelumnya telah mengatakan penyelesaian helikopter Super Puma NAS 332 terhambat karena selisih kurs pada tahun pengadaan dengan tahun-tahun kemudian saat proses berjalan, serta karena kebijakan konversi pengadaan alat utama sistem senjata dari kredit ekspor ke rupiah murni demi efisiensi pembiayaan.

Selama ini PTDI bekerja sama dengan Eurocopter (kini Airbus Helicopters) yang bermarkas di Perancis. PTDI merakit dan memproduksi komponen helikopter Super Puma yang lisensinya dipegang Eurocopter guna membidik pasar helikopter di Asia, khususnya untuk fungsi militer.

Meski PTDI menawarkan EC725 Caracal sebagai helikopter VVIP, TNI telah menjatuhkan pilihan pada AgustaWestland AW101 buatan Italia-Inggris. Satu unit telah dipesan sejak Juni 2015 dan memasuki tahap perakitan akhir di Italia. Helikopter tersebut akan tiba di Indonesia tahun depan.

Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Agus Supriatna –yang juga Komisaris Utama PTDI– menyatakan pemilihan AW101 dilakukan berdasarkan kajian internal TNI AU, dimulai dari skuadron udara VVIP, lalu diteruskan ke Markas Besar TNI, hingga akhirnya dia selaku pimpinan TNI AU memutuskan memilih AW101.

“Kalau terjadi apa-apa, saya yang bertanggung jawab. Untuk keamanan, saya minta helikopter itu (AW101) dilengkapi beberapa fitur,” kata Agus.

Satu unit AW101, menurut anggota Komisi I Tubagus Hasanuddin, berharga sekitar US$55 juta atau setara dengan Rp752 miliar lebih.

Meski ditujukan untuk kendaraan operasional VVIP termasuk presiden, pengadaan helikopter itu menurut Sekretaris Kabinet Pramono Anung sepenuhnya urusan TNI AU.

Credit  CNN Indonesia

PTDI Pamerkan EC725, Pesaing Helikopter VVIP Pilihan TNI


PTDI Pamerkan EC725, Pesaing Helikopter VVIP Pilihan TNI Helikopter EC725 Caracal di hanggar PT Dirgantara Indonesia. PTDI merekomendasikan helikopter ini sebagai kendaraan operasional presiden. (CNN Indonesia/Iwan Hermawan)
 
Bandung, CB -- Sejumlah Eurocopter EC725 Caracal anyar berderet di hanggar perakitan akhir PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Helikopter-helikopter itu dipesan oleh TNI Angkatan Udara, namun bukan untuk kendaraan operasional very very important person (VVIP).

Total ada enam unit helikopter tempur EC725 yang dipesan TNI ke Airbus Helicopters (dulu Eurocopter) yang bermarkas di Perancis, dan kemudian dirakit di PTDI di Bandung, Jawa Barat, Indonesia.

Jenis helikopter kombat SAR yang juga dikenal dengan sebutan Super Cougar itu telah kenyang makan asam garam dalam berbagai pertempuran, mulai Afrika hingga Afghanistan di Asia Tengah. EC725 tergolong fleksibel, dapat digunakan untuk keperluan militer dan sipil.

PTDI menyebut EC725 pun dapat diubah menjadi helikopter VVIP untuk presiden, wakil presiden, dan pejabat penting negara lainnya. Tinggal dilengkapi fasilitas tambahan seperti sofa nyaman, dapur, peralatan keamanan, hingga saluran komunikasi aman.
Sebelum merakit EC725, PTDI sejak awal tahun 90-an telah merakit helikopter pendahulunya, yakni Eurocopter EC225 atau kini disebut Airbus Helicopters H225 Super Puma.

Tak hanya merakit, beberapa bagian helikopter tersebut seperti badan dan ekor pesawat juga diproduksi oleh PTDI.

Helikopter Super Puma selama ini dioperasikan skuadron tempur dan skuadron VVIP TNI AU, serta menjadi kendaraan operasional presiden jika berkunjung ke daerah-daerah yang memerlukan akses transportasi udara.

Namun karena usianya kian tua, TNI AU kini akan menggantinya demi faktor keamanan. Pilihan pun jatuh pada AgustaWestland AW101 buatan Italia-Inggris. Satu unit telah dipesan sejak Juni 2014, dan akan tiba di Jakarta tahun depan. Meski demikian, Direktur Produksi PTDI Arie Wibowo masih berharap TNI mengubah pilihannya.

“EC725 sangat direkomendasikan bagi VVIP, dan lebih unggul dibanding buatan Italia,” klaim Arie saat memamerkan helikopter itu di hanggar PTDI, Bandung (25/11).

Interior helikopter EC725 yang dipamerkan PTDI di hanggar perakitannya di Bandung, Jawa Barat. (CNN Indonesia/Iwan Hermawan)
Badan EC725, ujar Arie, didesain antipeluru, serta dilengkapi perahu karet dan forward looking infrared (FLIR). Dia juga mengklaim membeli EC725 lebih aman dari segi keamanan rahasia negara.

Sebelumnya, Komisaris Utama PTDI yang juga Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Agus Supriatna mengatakan pemilihan AW101 berdasarkan kajian internal TNI AU.

“Kami mencari yang terbaik, misal lihat baling-balingnya. Karena jika helikopter digunakan untuk ke daerah-daerah bencana, terutama di perkampungan, bayangkan kalau baling-balingnya besar, bisa terbang semua (benda-benda). Nah, dari situ terlihat yang baling-balingnya paling kecil dan halus AW101,” kata Agus.

Menurut Agus, Badan SAR Nasional pun membeli AW101 karena helikopter itu memiliki kemampuan SAR.
Credit  CNN Indonesia

KSAU: Menhan Sudah Teken Pengadaan Jet Tempur Sukhoi Su-35


KSAU: Menhan Sudah Teken Pengadaan Jet Tempur Sukhoi Su-35  
Sukhoi Su-30 melintas di langit. Indonesia kini akan membeli Su-35 yang lebih canggih. (CNN Indonesia/Safir Makki)
 
Jakarta, CB -- Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Agus Supriatna menyatakan pemerintah RI telah sepakat memilih Sukhoi Su-35 buatan Rusia sebagai pesawat tempur pengganti skuadron F-5 Tiger yang telah uzur.

“Saya baca dokumen yang dikirim Kementerian Pertahanan ke Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional). Yang sudah ditandatangani Menhan adalah Sukhoi Su-35,” kata Agus di Jakarta.

Mencari pengganti 16 pesawat F-5 Tiger yang dioperasikan Skuadron Udara 14 yang bermarkas di Pangkalan Udara Iswahjudi, Magetan, Jawa Timur, memang menjadi salah satu target utama TNI AU saat ini.

Agus mengatakan, sebelum Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu meneken kesepakatan pengadaan Sukhoi Su-35, TNI AU telah mengirimkan sepsifikasi teknologi pesawat yang mereka nilai pantas menggantikan F-5 Tiger.

TNI AU menyodorkan dua pesawat tempur sebagai pilihan: F-16 Viper buatan Lockheed Martin Amerika Serikat, dan Sukhoi Su-35 buatan Sukhoi Rusia.

"Sebagai pengguna, TNI AU hanya mengirimkan tech spec pesawat yang kami inginkan untuk memenuhi tugas kami," ujar Agus.

F-16 Viper dan Sukhoi Su-35 disodorkan TNI AU untuk dipilih karena mereka tak ingin mengubah sistem pemeliharaan secara ekstrem. "Kalau Sukhoi Su-35 kan sama dengan Sukhoi Su-30 yang sudah kami operasikan saat ini," kata Agus.

Dari dua pilihan tersebut, TNI AU akhirnya memilih Su-35 yang dikenal dengan sebutan jet tempur siluman karena kecanggihan teknologinya yang tepat berada di bawah pesawat siluman generasi kelima.

Su-35 dapat menghilang dari radar, dilengkapi peralatan jamming untuk menurunkan kemampuan radar musuh, dan memiliki kecepatan supersonik sekitar 1,5 mach atau dua kali kecepatan suara.

Meski demikian, Agus memperkirakan instansinya tak dapat membeli Su-35 sebanyak 16 unit seperti jumlah F-5 Tiger sebelumnya, karena menyesuaikan dengan anggaran yang disediakan pemerintah untuk TNI AU.

“Dengan menghitung anggaran yang ada, mungkin beli 12 pesawat Su-35 saja. Tapi saya minta isinya sudah lengkap,” kata Agus.

Saat ini TNI AU mendapat alokasi anggaran US$3,1 miliar atau sekitar Rp41 triliun untuk modernisasi alat utama sistem senjatanya. Anggaran itu akan digunakan selama periode 2015-2019.

Credit  CNN Indonesia

Menilik Sejarah Panjang Konflik Rusia-Turki


Menilik Sejarah Panjang Konflik Rusia-Turki  
Pemerintahan Presiden Vladimir Putin kembali berseteru dengan Turki yang dipimpin Recep Tayyip Erdogan. (Chris McGrath/Getty Images)
 
Jakarta, CB -- Jatuhnya pesawat Rusia oleh Turki pekan ini menjadi babak baru konflik dua negara. Sebelumnya selama berabad-abad lampau, Turki dan Rusia memiliki sejarah panjang konflik bersenjata, atas dasar perebutan wilayah dan agama.

Disebutkan oleh The Independent, dalam riwayatnya, pertikaian dua negara pertama kali muncul di abad ke-16 saat berkuasanya dua kekaisaran besar di masing-masing wilayah.

Di Moskow berdiri kekaisaran Romawi Ketiga, yang menaungi umat Kristen Ortodoks setelah jatuhnya Konstantinopel ke tangan Kekhalifahan Ottoman Turki di tahun 1453. Sementara Ottoman memperluas wilayah hingga ke Timur Tengah dan Balkan yang dihuni oleh masyarakat Ortodoks Slavs yang dilindungi oleh pemerintah Rusia kala itu.


Puncak konflik dua kekaisaran adalah Perang Crimea pada tahun 1853-1856. Turki saat itu bersekutu dengan Inggris dan Perancis melawan Rusia. Perang berakhir tanpa ada pemenang. Tahun 1877-1878, perang dua negara kembali terjadi, kali ini dimenangkan oleh Rusia, menghasilkan kemerdekaan Bulgaria.

Perang Dunia I menghancurkan dua kekaisaran dan menciptakan pemerintahan baru di dua negara. Awalnya, hubungan antara Uni Soviet yang baru terbentuk dengan pemerintahan Turki sekuler yang dipimpin Mustafa Kemal Attaturk sangat baik, ditandai dilepaskannya klaim wilayah timur laut Turki dan daerah menuju Selat Turki, jalur ke Laut Mediterania, oleh Rusia.

Namun hubungan kedua negara kembali memburuk setelah Konvensi Montreux tahun 1936 yang mengatur dikembalikannya Selat Turki dan penguasaan sepenuhnya perairan itu oleh pemerintahan Ankara.

Dalam Perang Dunia II, Turki membuat Rusia yang saat itu digempur Nazi marah. Pasalnya kendati Turki tidak terlibat perang dan bersikap netral, namun mereka mengizinkan kapal perang Jerman melintasi Selat Turki.

Pada tahun 1945 Joseph Stalin meminta kembali Selat Turki dari Attaturk. Pemerintah Barat menentangnya, dan selama 45 tahun Perang Dingin, Turki dan Rusia berseberangan.

Tahun 1952, Turki bergabung dengan NATO, menjadikannya negara anggota kedua yang berbatasan dengan Uni Soviet. Tahun 1962, terjadi krisis rudal Kuba. Saat itu Soviet dikecam karena memiliki rudal balistik di Kuba. Pemerintah John F Kennedy akhirnya sepakat menarik rudal Amerika Serikat dari Turki demi menghindari perang nuklir.

Dengan runtuhnya Uni Soviet, hubungan Rusia dengan Turki membaik. Kedua negara menghasilkan banyak kerja sama di bidang energi dan manufaktur. Nilai perdagangan mereka kini per tahun mencapai US$33 miliar, menjadikan Rusia mitra dagang kedua terbesar Turki setelah Jerman.

Saat ini kedua negara kembali bertikai, memuncak dengan insiden jatuhnya jet Rusia. Pemerintah Kremlin saat ini membantu rezim Bashar al-Assad di Suriah, sementara sebaliknya, Turki menginginkan Assad hengkang demi mengakhiri konflik berdarah.
Credit  CNN Indonesia

Dubes: Rusia Tak Ingin Mengulang Perang Dingin


Dubes: Rusia Tak Ingin Mengulang Perang Dingin 
 Pejabat keamanan Turki mengatakan bahwa pesawat Rusia tersebut melanggar batas wilayah udara dengan memasuki langit Turki selama 17 detik. (Reuters/Sadettin Molla)
 
Jakarta, CB -- Setelah NATO menyatakan sikapnya atas insiden jatuhnya jet Rusia akibat diroket pesawat tempur Turki, kemungkinan akan terulangnya Perang Dingin mencuat. Namun, Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikail Galuzin, mengatakan bahwa pihaknya tak ingin hal tersebut terjadi.

"Kami sudah belajar dari Perang Dingin dan tak ingin hal itu terjadi," ujar Galuzin dalam jumpa pers di kediamannya di Jakarta, Rabu (25/11).

Namun, yang menjadi masalah menurut Galuzin adalah pola pikir NATO masih sama dengan saat masa Perang Dingin.

"Mental mereka masih ingin cari musuh untuk memantapkan posisi mereka. Mereka harus menghentikan mental itu. Mental itu seharusnya sudah dilupakan," tutur Galuzin.

Ia pun kembali menegaskan sikap Rusia yang sebenarnya sangat ingin bekerja sama dengan Amerika Serikat untuk melawan terorisme.

"Kami tidak memandang AS sebagai musuh. Kami ingin bekerja sama untuk memerangi terorisme. Kami juga sudah menyepakati kerja sama koordinasi agar tidak terjadi kecelakaan antara koalisi AS dan Rusia di Suriah, tapi perjanjian itu dilanggar sendiri oleh Turki sebagai salah satu anggota koalisi AS," ucap Galuzin.


Menurut Galuzin, pelanggaran tersebut dapat dilihat dari insiden penembakan pesawat Su-24 Rusia saat sedang menjalankan misi penggempuran ISIS di dekat perbatasan Suriah dengan Turki.

Pejabat keamanan Turki mengatakan bahwa pesawat Rusia tersebut melanggar batas wilayah udara dengan memasuki langit Turki selama 17 detik.

Namun, Galuzin menampik tudingan tersebut dengan berkata, "Data penerbangan Kementerian Pertahanan Rusia jelas menunjukkan, pesawat itu terus, dan tidak pernah keluar dari wilayah Suriah. Turki juga menembaknya di wilayah Suriah."

Ia lantas melontarkan tudingan kerasnya terhadap sikap Turki dan NATO yang mendukung di belakangnya.

"Saya pikir, mereka takut ketika melihat Rusia benar-benar ingin menghancurkan ISIS. Mereka tidak mau ISIS dihancurkan Rusia. Dengan demikian, NATO mendukung terorisme," ucap Galuzin.

Kendati demikian, di akhir pembicaraannya, Galuzin kembali meminta agar NATO menghentikan sikap masa lalunya.

"Dengan seperti ini, semua akan lebih buruk. Tinggalkan mental masa Perang Dingin. Mari bekerja sama menjaga stabilitas dan perdamaian internasional," katanya.


Credit  CNN Indonesia



Erdogan: Turki Tak Ingin Eskalasi soal Penembakan Jet Rusia


Erdogan: Turki Tak Ingin Eskalasi soal Penembakan Jet Rusia  
Erdogan mengatakan negaranya menembak jet Rusia untuk mempertahankan keamanan sendiri, dan insiden ini tak akan mengubah kebijakan Turki di Suriah. (Reuters/Francois Lenoir)
 
Jakarta, CB -- Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan bahwa Turki tak menginginkan eskalasi apapun setelah menembak jatuh jet tempur Rusia.

Berbicara dalam sebuah forum bisnis di Istanbul pada Rabu (25/11), Erdogan mengatakan jet Rusia itu sudah ditembaki saat masih berada di wilayah udara Turki namun jatuh di wilayah Suriah. Meski begitu, beberapa bagian pesawat jath ke wilayah Turki dan melukai dua warganya.


“Kami tak punya niat untuk mengeskalasi insiden ini. Kami hanya mempertahankan keamanan kami dan hak dari saudara-saudara kami,” kata Erdogan. Ia juga menambahkan bahwa kebijakan Turki terkait konflik di Suriah tidak akan berubah.

“Kami akan meneruskan upaya kemanusiaan kami di kedua sisi perbatasan (Suriah). Kami bertekad untuk mengambil tindakan apapun untuk mencegah gelombang imigrasi baru,” tambahnya.

Penembakan jet tempur Rusia pada Selasa (24/11) merupakan salah satu kontak senjata paling serius antara negara anggota NATO dengan Rusia dalam setidaknya setengah abad terakhir.

Presiden Rusia Vladimir Putin dilain pihak mengatakan bahwa pesawat yang ditembak berada sekitar 1 km di dalam Suriah. Ia memperingatkan “konsekensi serius” atas serangan yang disebutnya tikaman di belakang dari “kaki tangan teroris.”

Seorang pejabat Amerika Serikat kepada Reuters pada Selasa juga mengatakan bahwa jet Rusia berada di wilayah udara Rusia setelah masuk sebentar ke wilayah Turki.

Namun Turki dalam surat yang ditujukan kepada Dewan Keamanan PBB mengatakan bahwa mereka menembak jet Rusia di dalam wilayah udara Turki. Bersama pesawat kedua, jet itu terbang sekitar 1,6 kilometer selama 17 detik meski telah diperingatkan sebanyak 10 kali.

Credit  CNN Indonesia

Kopilot Jet Rusia yang Jatuh Bantah Terima Peringatan Udara


Kopilot Jet Rusia yang Jatuh Bantah Terima Peringatan Udara Kopilot Rusia bantah terima peringatan dari pengawas udara Turki sebelum jet tempurnya ditembak jatuh. Turki langsung merilis rekaman audio peringatan. (Reuters/Reuters TV/Haberturk)
 
Jakarta, CB -- Kopilot Rusia membantah telah menerima peringatan dari pengawas udara Turki sebelum jet tempurnya ditembak jatuh. Sementara Turki bersikeras telah memberi 10 kali peringatan, dibuktikan dengan rekaman suara yang disebar ke media.

"Tidak ada peringatan apa pun. Tidak ada peringatan di radio, tidak juga visual. Tidak ada kontak sama sekali," kata Kopilot jet tempur Rusia Su-24, Konstantin Murakhtin kepada kantor berita Sputnik di pangkalan militer Suriah usai diselamatkan.

Jet Murakhtin dan pilot Letnan Kolonel Oleg Peskhov ditembak jatuh di perbatasan Turki-Suriah oleh pesawat jet F-16 Turki pada Selasa pagi lalu. Kedua awak jet Rusia melontarkan diri, namun Peshkov tewas, diduga ditembaki oleh pasukan pemberontak Suriah.


Murakhtin ditemukan dalam keadaan sehat oleh operasi pencarian tentara Suriah 12 jam usai pesawatnya jatuh. Pernyataan Murakhtin bertolak belakang dengan pengakuan Turki yang mengatakan telah memperingati 10 kali jet Rusia tersebut.

Kementerian Pertahanan Rusia membantah adanya peringatan tersebut. Mereka juga mengatakan bahwa pesawat tempur tersebut tidak pernah memasuki wilayah Turki. Hal yang sama kembali ditegaskan oleh Murakhtin.

"Kalian harus memahami kecepatan pesawat pengebom jika dibandingkan dengan F-16. Jika mereka ingin memperingati kami, mereka bisa menunjukkan diri dengan terbang paralel di samping kami. Tapi itu tidak dilakukan," kata Murakhtin.

Pemerintah Turki tetap pada pendiriannya dengan mengatakan bahwa mereka telah memberikan peringatan, bahkan sebanyak 10 kali dalam waktu lima menit. Hal ini dibuktikan oleh rekaman audio yang diberikan kepada media, termasuk CNN Indonesia.

Rekaman peringatan itu tidak jelas terdengar karena dipenuhi suara kemerosok. Terdengar kata-kata "change your heading" atau perintah untuk mengubah haluan.

Amerika Serikat dan negara anggota NATO lainnya meyakini Turki telah memberikan peringatan tersebut dan menyatakan solidaritas kepada pemerintahan Recep Tayyip Erdogan.

Kendati rekaman itu tidak diragukan keasliannya, namun masih belum diketahui apakah pilot Rusia mendengarnya atau tidak. Pasalnya, tidak ada respons terdengar dari jet Rusia.

Dalam peta jalur penerbangan dari pemerintah Turki pada CNN Indonesia, terlihat jet Rusia ditembak jatuh di wilayah Suriah setelah melintasi wilayah Turki. Pemerintah Turki mengatakan, beberapa puing jet Rusia jatuh di wilayah mereka dan melukai dua orang.

Warna hijau adalah lokasi jet Su-24 Rusia ditembak jatuh setelah memasuki wilayah Turki. (Dok. Kemhan Turki)
Pemerintah Turki mengatakan jet Rusia baru masuk selama 17 detik sebelum ditembak F-16 yang saat itu tengah berpatroli. Artinya, pesawat Rusia langsung dijatuhkan hanya sesaat setelah memasuki wilayah Turki.

Murakhtin yang bertugas sebagai navigator mengatakan bahwa mereka tidak melintasi wilayah Turki. Dia mengakui sudah hafal wilayah tersebut sehingga tidak mungkin masuk ke negara lain.

"Tentu saja setelah melakukan beberapa kali penerbangan, kami tahu wilayah itu seperti punggung tangan kami sendiri. Saya navigator, tahu setiap ketinggian di sana. Saya bisa memandu pesawat di tempat itu bahkan dengan mata tertutup," kata Murakhtin.

Presiden Rusia Vladimir Putin akan menganugerahi Murakhtin dengan penghargaan Order of Courage. Sementara pilot yang tewas, Peshkov, akan diganjar penghargaan tertinggi militer Rusia, Hero of Russia Award.

Sebelumnya Presiden Turki Erdogan mengatakan bahwa pesawat asing, diduga Rusia, telah beberapa kali melanggar wilayah mereka. Turki, lanjut dia, telah berupaya menahan diri di berbagai peristiwa sebelumnya.

Credit  CNN Indonesia

Turki tak tahu kewarganegaraan pilot pesawat sebelum ditembak


Turki tak tahu kewarganegaraan pilot pesawat sebelum ditembak
Pesawat tempur Su-24 buatan Rusia (Reuters)
 
Ankara (CB) - Turki mengaku tidak mengetahui kewarganegaraan pilot pesawat sebelum pesawat tempurnya ditembak jatuh pada Selasa (24/11), kata Angkatan Bersenjata Turki pada Rabu.

Menurut Xinhua, militer Turki mengundang atase militer Rusia di Ankara pada Selasa dan Rabu dan memberitahu pejabat itu mengenai penembakan pesawat tempur Rusia, Su-24.

Militer Turki mengatakan di dalam satu pernyataan bahwa militer Ankara menerapkan peraturannya mengenai keterlibatan setelah jet Rusia tersebut tak mengacuhkan peringatan yang disampaikan 10 kali oleh pihak Turki.

Pernyataan itu menambahkan Angkatan Bersenjata Turki melakukan berbagai upaya untuk menemukan dari menolong pilot Rusia.

Mereka telah menanggapi semua pertanyaan, katanya, dan memperlihatkan lintasan radar mengenai jalur penerbangan pesawat Rusia yang melanggar wilayah udara Turki.

Para pejabat militer menyatakan pihak Turki sebelumnya menyampaikan peraturan keterlibatan dan memberitahu bahwa peraturan keterlibatan diberlakukan jika ada pesawat, yang kewarganegaraannya tak diketahui, mendekati wilayah udara Turki.

Angkatan Bersenjata Turki juga telah mengadakan percakapan telepon dengan para pejabat Rusia di Moskow dan menyatakan mereka siap untuk "semua jenis kerja sama", kata pernyataan itu.

Pada Selasa pagi, Angkatan Udara Turki mengatakan pesawat tempurnya menembak jatuh satu pesawat pembom Rusia, Su-24, di garis depan di dekat perbatasan Turki-Suriah, dan menyatakan pesawat Rusia tersebut telah melanggar wilayah udara Turki.

Rusia membantah pernyataan Turki itu, dan mengatakan pesawat Rusia berada di wilayah udara Suriah ketika ditembak jatuh.

Masih pada Rabu, tujuh orang tewas dan 10 orang lagi cedera dalam satu serangan udara Rusia yang ditujukan kepada satu rombongan bantuan di Kota Kecil Azaz di Suriah Utara, demikian laporan kantor berita resmi Turki, Anadolu.

Sebanyak 20 truk terbakar. Truk tersebut membawa semen dan besi dari Turki buat pengungsi, kata laporan itu, yang mengutip saksi mata.

Laporan tersebut juga mengutip, Zekeria Karsli, dari gerilyawan Suriah, bahwa jet tempur Rusia membidik rombongan bantuan itu.

Rusia telah melancarkan serangan udara di wilayah tersebut sejak akhir pekan lalu. Moskow menyatakan mereka membidik anggota IS.
Credit  ANTARA News

Turki tegaskan Rusia adalah kawan




Turki tegaskan Rusia adalah kawan

Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu saat diwawancara Reuters di Istanbul, Turki, Rabu (14/10). (REUTERS/Murad Sezer)
Ankara (CB) - Perdana Menteri Turki Ahmet Davatoglu pada Rabu menegaskan bahwa pemerintahannya tidak ingin memicu ketegangan dengan "sahabat" Rusia, tepat satu hari setelah Ankara menembak jatuh pesawat tempur Rusia di perbatasan Suriah.

"Kami tidak berniat merusak hubungan dengan Federasi Rusia. Rusia adalah sahabat kami dan negara tetangga kami," kata Davatoglu dihadapan anggota parlemen dari partainya.

Sebelumnya pesawat F-16 milik Turki menembak jatuh jet tempur Rusia yang dianggap melanggar kedaulatan udara di daerah sekitar perbatasan Suriah. Aksi tersebut kemudian memicu reaksi keras dari Moskow dan membuat Presiden Vladimir Putin memperingatkan bahwa Ankara akan menghadapi konsekuensi yang besar.

Sementara itu Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov juga membatalkan kunjungannya ke Turki, sementara Putin menyeru agar warganya tidak mengunjungi negara tersebut.

Davatoglu sendiri menerangkan bahwa pesawat Rusia yang melanggar kedaulatan wilayah udara Turki terpaksa ditembak jatuh karena dinilai sebagai "ancaman." Namun di sisi lain dia mendesak agar kedua pihak segera meredakan ketegangan mengingat Moskow adalah salah satu rekan dagang terbesar Ankara.

"Kami mempunyai hubungan kuat di bidang ekonomi, komersial, dan budaya dengan Rusia," kata dia sambil menambahkan bahwa saluran hubungan komunikasi dengan Moskow masih terbuka lebar.

Tetapi di sisi lain dia juga menegaskan bahwa Turki mempunyai hak untuk melindungi daerah perbatasan dan juga keamanan nasional.

"Turki tidak pernah mengganggu wilayah negara lain. Tidak benar bahwa kami telah menarget Rusia ataupun negara-negara lain," kata Davatoglu seperti dilansir AFP.


 Credit  ANTARA News

Turki Diguncang Serangkaian Ledakan, Bau Gas Menyebar

Turki Diguncang Serangkaian Ledakan, Bau Gas Menyebar

Tentara berbaris dalam upacara peringatan hari wafat Mustafa Kemal Ataturk, di makamnya di Ankara, Turki, 10 November 2014. REUTERS/Umit Bektas
 
CB, Ankara - Serangkaian ledakan mengguncang Ankara, ibu kota Turki, kemarin siang. Ledakan menimbulkan sejumlah korban dan menyebarkan kepanikan di seluruh kota. Lima orang menderita luka berat.

Situs berita Express.co.uk, 25 November 2015, melaporkan layanan darurat telah disiagakan setelah ledakan, yang terjadi pada pukul 12.20 siang, waktu setempat.

Insiden itu diduga terjadi di sebuah pabrik yang memproduksi es batu. Pemicu ledakan dilaporkan adalah tabung gas saat tanker karbon dioksida sedang dibongkar. Saksi menjelaskan ledakan itu menyebarkan bau gas hampir di seluruh Kota Ankara.

Tentara Turki dikerahkan ke lokasi ledakan bersama dengan petugas pemadam kebakaran dan polisi, tetapi peneliti tidak menemukan bukti adanya serangan terkoordinasi.

Ledakan menimbulkan kepanikan sebab di saat yang sama ketegangan antara Turki dan Rusia meningkat sejak penembakan jet tempur oleh Turki pada Selasa, 24 November 2015, yang menjatuhkan jet Su-24 milik Rusia di perbatasan Suriah.


Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan tidak menginginkan konflik yang lebih besar dengan Rusia. Adapun Rusia dilaporkan telah mengirim kapal perangnya ke Mediterania, menargetkan setiap potensi serangan atas jet tempur Rusia.

Di Moskow, Kedutaan Turki dilempari batu dan telur oleh massa yang marah setelah insiden penembakan jet Rusia.

Sebelumnya, Ankara juga diguncang ledakan bom yang menewaskan lebih dari seratus orang. Ledakan yang terjadi pada Oktober lalu diduga dilakukan ISIS.

Credit  TEMPO.CO

Turki Yakin Pilot Jet Tempur Rusia Masih Hidup, tapi...

Turki Yakin Pilot Jet Tempur Rusia Masih Hidup, tapi...

Pesawat tempur Rusia Sukhoi Su-24, terbakar setelah ditembak oleh pesawat tempur F-16 Turki saat berada diatas perbatasan Turki-Suriah. dailymail.co.uk
 
CB, Ankara - Dua pilot Rusia yang hilang setelah pesawat jet tempur Su-24 ditembak tentara Turki di perbatasan Suriah diyakini oleh otoritas Turki masih hidup. Pemerintah Turki sedang berusaha untuk menemukan kedua pilot tersebut.

"Turki memiliki informasi kedua pilot masih hidup saat pesawat tersebut terjatuh dan otoritas sedang mencoba untuk mendapatkan mereka kembali," kata pejabat Turki seperti yang dilansir Sky News pada 25 November 2015.

Namun seorang pejabat yang tidak ingin menyebut identitasnya mengatakan satu pilot mungkin telah tewas, setelah parasutnya mendarat di wilayah Suriah.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, hanya mengatakan tidak ada informasi resmi tentang nasib kedua pilot pesawat yang ditembak itu.

Informasi tersebut semakin simpang siur ketika televisi CNN-Turk mengatakan pemberontak Suriah telah menawan seorang pilot. Selain itu seorang sumber dari oposisi Suriah juga menginformasikan bahwa satu pilot jet tempur Rusia itu dibunuh pemberontak dan satu lagi masih hilang.

Dalam kejadian terpisah, pemberontak Suriah mengklaim telah menghancurkan sebuah helikopter Rusia yang mendarat darurat setelah mengalami kerusakan.

Klaim tersebut juga disertakan video yang diunggah ke Internet, menunjukkan seorang pejuangnya menggunakan senjata anti-tank buatan Amerika menghancurkan helikopter Rusia yang dikirim ke Suriah utara untuk menyelamatkan dua pilot.

Dalam rekaman yang dirilis Tentara Pembebasan Suriah, rudal tampak berhamburan ke arah helikopter yang sedang berusaha mendarat di daerah pegunungan, sebelum meledak dalam bentuk bola api besar.

Sky News memberitakan satu unit khusus pasukan rezim Suriah telah dikirimkan untuk menyelamatkan tim komando Rusia dan membawa mereka kembali ke kubu militer di Latakia.

Credit  TEMPO.CO

Turki Rilis Rekaman Penyebab Jet Tempur Rusia Ditembak

Ringkasan ini tidak tersedia. Harap klik di sini untuk melihat postingan.

Indonesia Sebaiknya Tidak Gabung TPP


 
KOMPAS. com/Indra Akuntono Rektor Universitas Paramadina Firmanzah

JAKARTA, CB - Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo menyatakan rencana bergabungnya Indonesia dengan Trans Pacific Partnership (TPP).

Akan tetapi, kalangan ekonom menyatakan agar sebaiknya Indonesia memiliki pertimbangan matang dan tidak perlu bergabung dalam TPP.

"Tidak hanya perdagangan yang diatur dalam TPP, tapi aspek-aspek nonperdagangan lain juga diatur, seperti tenaga kerja, BUMN, regulasi persaingan, lingkungan intelektual, properti, dan UKM," kata ekonom dan Rektor Universitas Paramadina Prof Firmanzah PhD Rabu (25/11/2015).

Lebih lanjut, Firmanzah menyatakan pemerintah perlu mempertimbangkan ulang terkait niatan untuk bergabung dengan TPP.

Menurut dia, harus ada analisis yang komprehensif terkait manfaat dan kerugian apabila Indonesia bergabung dengan TPP.

"Memang benar kalau tidak masuk TPP nanti kalau kita memasarkan produk ke AS tarifnya berbeda dibandingkan negara-negara yang masuk TPP. Akan tetapi, persoalannya tidak hanya itu. Banyak aturan TPP yang bertentangan dengan aturan undang-undang kita," terang Firmanzah.


Credit  KOMPAS.com

Ini Alasan Indonesia Jadi Nomor Satu untuk Produksi Minyak Sawit Dunia



TRIBUN MEDAN/DEDY SINUHAJI - Ilustrasi: Pekerja mengangkut biji tandan buah segar kelapa sawit ke atas truk usai dipanen di Desa Talun Kenas, Deliserdang, Sumut, beberapa waktu lalu.
  CB - Sampai dengan 2014 usai, produksi minyak sawit dan turunannya oleh Indonesia menyentuh angka 31,5 juta ton. Lantaran pencapaian ini, Indonesia menjadi produsen minyak sawit nomor satu dunia. "Indonesia memproduksi 38 persen minyak kelapa sawit dunia," kata Wakil Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) ini sebagaimana warta laman Gapki.co.id hari ini.

Jumlah tenaga kerja, petani, serta pihak lain dalam mata rantai industri kelapa sawit mencapai lebih 5 juta orang. Sedangkan sumbangan devisa ekspor produk minyak sawit mentah dan turunannya pada periode yang sama mencapai sekitar 21 miliar dollar AS.

Perkembangan dunia ke depan menunjukkan bahwa sektor kelapa sawit akan membawa Indonesia menjadi sentra bahan baku pangan. Tak cuma itu, Indonesia berpeluang besar menjadi bahan baku energi yakni biofuel.

Pemerintah Indonesia sudah menetapkan program kewajiban atau mandatory biofuel sebesar 15 persen (B15) mulai 1 April 2015. Sementara, Presiden Joko Widodo sudah mematok target peningkatan ekspor sektor kelapa sawit menjadi 300 persen pada 2019.
Credit   KOMPAS.com

Ini Empat Skema di Perpres untuk Dorong Pembangunan Kilang

Ini Empat Skema di Perpres untuk Dorong Pembangunan Kilang

Menteri Sudirman Said. TEMPO/Nita Dian
 
CB, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan peraturan presiden mengenai pembangunan kilang minyak akan segera rampung. Perpres tersebut tengah difinalisasi oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution.

"Mungkin 2-3 minggu lagi," kata Sudirman di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Rabu, 25 November 2015.

Dalam perpres tersebut menuang empat skema pembangunan kilang. Dengan skema tersebut Sudirman yakin dapat mendorong pembangunan kilang. Pasalnya jarak antara kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) dengan produksi atau pengolahan makin besar. "Mau gak mau mesti dibangun," ujar Sudirman.

Skema pertama yaitu sebagai penugasan, di mana Pertamina ditugasi pemerintah untuk membangun kilang, dan ini merupakan skema prioritas. Kedua skema sesuai KPPU yaitu kerjasama antara pemerintah dengan badan usaha.

Adapun skema ketiga melalui pendanaan dari APBN, namun Sudirman menuturkan skema ini tidak menjadi prioritas pemerintah. Sedangkan skema terakhir yakni dibangun oleh swasta atau badan usaha murni sebagai bisnis.

Menurut Sudirman, prioritas pemerintah ialah skema pertama, sebab itu Pertamina diperbolehkan mencari mitra baik dari dalam maupun luar negeri. Ia berharap Pertamina mendapatkan mitra luar negeri yang memiliki uang dan teknologi. Sehingga proyek ini bisa terus berlanjut hingga masuk ke hilir. "Jadi ketergantungan pada impor petrokimia bisa diatasi."

Sudirman juga menegaskan Pertamina tetap menjadi off taker. Sebabnya Pertamina yang memegang sebagian besar market. Dan Pemerintah yang akan mengatur harga keekonomian.

Credit  TEMPO.CO

Rabu, 25 November 2015

Terpidana Bom Bali Sebut Teror di Paris Bukan Jihad

Ali Imron
Ali Imron (Beritasatu.com/Bayu Marhaenjati) 

Jakarta - Terpidana Bom Bali I, Ali Imron, menilai serangan teroris di Paris, Prancis, bukan merupakan aksi jihad. Alasannya, jihad adalah perang, bukan membunuh orang yang tidak bersalah.
"Tidak benar. Jihad tidak seperti itu. Jihad itu adalah perang, bukan membunuh atau membantai," ujar Ali di Mapolda Metro Jaya, Rabu (25/11).
Ia menyebutkan kemungkinan aksi teror di Paris dilakukan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
"Kami beda pemahaman dengan mereka. Contoh, kami sampai keluar ke Afganistan tahun 1985 sampai akhir 1994. Meskipun kami keluar dari rezim Soeharto, kami belum pernah mengkafirkan Soeharto atau orang-orang yang duduk di pemerintahan," ungkapnya.
Ia menyampaikan, kalau kelompoknya mengkafirkan pemerintah saat itu, maka sudah dari dulu dihabisi.
Menurutnya, ISIS menyerang simbol-simbol negara, di mana pun tempatnya, baik di Indonesia atau negara lain.
"Sama. Di sini juga ada ISIS. Ketika ISIS itu ada di Indonesia atau mana pun, maka pemikirannya sama," katanya.
Ketika ditanya siapa pemimpin ISIS di Indonesia, Ali mengaku tidak mengetahuinya.
"Wah, itu saya enggak bisa nebak. Karena belum pernah diproklamirkan. Ya tidak tahulah. Kalau saya terus terang. Kalau mereka tidak terus terang. Kami ini orang-orang Jemaah Islamiah bercita-cita untuk mendirikan negara berdasarkan Islam, tetapi dengan cara-cara yang baik. Tidak baik jika melakukan cara-cara dengan pengeboman seperti waktu kami dulu. Itu jihad yang salah. Tidak usah dilakukan seperti itu," tandasnya.


Credit  Beritasatu.com

Ruang Perang Putin, Pusat Komando Rusia untuk Hancurkan ISIS

Pemandangan di ruang perang, Pusat Kontrol Keamanan Nasional Rusia. (Foto: Rex/Mirror)
Pemandangan di ruang perang, Pusat Kontrol Keamanan Nasional Rusia. (Foto: Rex/Mirror)
MOSKOW (CB) – Sebuah ruangan luas bertingkat tiga yang dilengkapi dengan layar raksasa dan teknologi canggih yang memantau situasi di daerah konflik menjadi pusat komando militer Rusia dalam perang melawan ISIS. Dari lokasi ini, Presiden Vladimir Putin mengawasi serangan-serangan udara Rusia ke target-target milik kelompok militan itu di Suriah.
Pusat Kontrol Keamanan Nasional adalah fasilitas tercanggih milik Rusia yang dapat disejajarkan dengan Pusat Komando Militer Nasional Amerika Serikat (AS) di Pentagon. Bangunan yang selesai dibangun tahun lalu itu terletak beberapa kilometer dari Lapangan Merah di Moskow.
Berfungsi untuk mengawasi ancaman terhadap keamanan Rusia di masa damai dan sebagai ‘ruang perang’ tempat kendali militer dijalankan pada masa-masa konflik, fasilitas ini dilengkapi dengan supercomputer sebagai pusat pengolah data, jaringan terowongan bawah tanah dan landasan helikopter.
Laporan yang dilansir Mirror, Selasa (24/11/2015) memperkirakan lebih dari 1.000 orang bekerja di fasilitas yang pembangunannya memakan biaya beberapa miliar dolar itu. Presiden Vladimir Putin juga terlihat tengah berada di tengah ruangan dikelilingi para penasihat militernya.
Foto ‘ruang perang’ Negeri Beruang Merah ini muncul saat Rusia bekerjasama dengan Prancis untuk meningkatkan serangannya terhadap ISIS di Suriah dengan bom dan rudal jelajah. Serangan gabungan kedua negara itu terjadi setelah serangan teroris di Paris dan aksi teror atas pesawat maskapai Rusia di Mesir yang menelan korban ratusan nyawa manusia.


Credit  Okezone


Siapakah Lucy Si "Australopithecus"? Inilah Jawabannya


Stuart Humphreys/ Australian Museum Fosil tengkorak Australopithecus afarensis atau Lucy di Australian Museum.

CB  — Google Doodle menampilkan gambaran evolusi manusia pada Selasa (24/11/2015). Logo Google pun menjadi bernuansa zaman batu. Kalau kursor komputer diarahkan ke sana, keterangan "ulang tahun ke-41 Lucy" akan muncul.

Klik saja logo tersebut dan pencarian akan muncul dengan kata kunci "siapakah Lucy si Australopithecus?"

Hasil pencarian akan membawa Anda ke masa jutaan lalu. Lucy adalah sebutan untuk sebuah fosil manusia purba yang hidup 3,3 juta tahun lalu.

Lucy boleh dibilang menjadi fosil yang membuka tabir kehidupan. Harian Kompas edisi Sabtu, 23 September 2006, pernah mengetengahkan tulisan tentang penemuan Lucy berjudul "Fosil Pembuka Tabir Kehidupan, Temuan Terbaru tentang Nenek Moyang Manusia di Afrika".

Berikut laporannya:

Fosil bayi yang mirip manusia, berumur 3,3 juta tahun, ditemukan oleh para ahli di wilayah Dikika, Ethiopia. Fosil berjenis kelamin perempuan itu disebut Australopithecus afarensis, berasal dari spesies yang pernah ditemukan pada tahun 1974.
Diyakini, penemuan ini bisa segera mengungkap tabir sejarah kelahiran manusia. Kerangka bayi ini sebenarnya mulai ditemukan pada tahun 2000, tetapi dalam posisi terkunci di dalam gumpalan padat bebatuan bercampur pasir. Diperlukan waktu sekitar lima tahun untuk mengeluarkan kerangka itu dari dalam tanah.
Penemuan yang kemudian diungkapkan dalam majalah Nature edisi pekan ini menunjukkan, penemuan fosil Australopithecus ini tergolong jarang. Namun, ia berasal dari spesies sama yang pernah ditemukan di Hadar, juga di Etiopia, tahun 1974.
Seperti dikutip BBC News, fosil mirip manusia dewasa yang ditemukan tahun 1974 itu kemudian disebut sebagai "Lucy". Karena itu, mereka menamakan penemuan kali ini sebagai "anak si Lucy". Di mata para ilmuwan, hingga lebih dari 20 tahun, Lucy tetap dianggap sebagai pendahulu makhluk yang disebut manusia.
"Fosil Dikika ini sangat memungkinkan untuk membuka tabir tentang Australopithecus afarensis dan kelahiran awal makhluk hominin karena bukti-bukti fosilnya justru tidak di sana," kata Zeresenay Alemseged, ilmuwan dari Institut Max Planck bidang antropologi evolusioner di Leipzig, Jerman, yang memimpin penggalian tersebut.
Dr Jonathan Wynn dari Universitas St Andrews, Inggris, menambahkan, dari sedimen yang mengelilingi, fosil Dikika diperkirakan berumur 3,3 juta tahun.
Dalam penggalian yang memakan waktu lima tahun itu, para ilmuwan menemukan kerangka tengkorak dan batang tubuh yang masih lengkap, serta bagian terpenting dari kepingan anggota badan bagian atas dan bawah.
Berusia tiga tahun
Melalui CT scan (pemindaian dengan sistem tomografi komputer), mereka menemukan gigi yang belum tumbuh dan masih "terpasang" sempurna di rahang. Dengan seluruh data itu, para ahli memperkirakan, ketika meninggal, si "bayi" fosil berumur sekitar tiga tahun.
Namun, yang lebih mengherankan, tulang-tulang lunak, seperti tulang leher atau lidah, bisa tersimpan dengan aman di Dikika. Tulang belulang dari bagian leher ini bisa mencerminkan bagaimana pita suara terbentuk dan jenis suara yang dihasilkan.
Melihat keutuhan tulang belulang yang ditemukan, Alemseged memperkirakan, si "bocah" ini terkubur dengan cepat. Kemungkinan besar, ia terkubur oleh sedimen dari bencana banjir.
Dalam pandangannya, aferensi merupakan spesies transisi terbaik yang menghubungkan spesies sebelum empat juta tahun lalu dengan spesies setelah tiga juta tahun lalu. Alasannya, spesies yang ditemukan kali ini masih campuran dari makhluk yang mirip kera dan mirip manusia.
Sebelum empat juta tahun lalu, spesies yang ada berciri gigi primitif, berukuran otak kecil, tetapi mulai berdiri dan berjalan dengan dua kaki. Fosil "bocah" Dikika ini ketika mati diperkirakan mempunyai otak seukuran 330 sentimeter kubik. Ukuran ini memang tak jauh dari otak simpanse. Namun, jika dibanding dengan afarensis dewasa, ukuran itu setara dengan 63-88 persen ukuran otak afarensis dewasa.
Menurut para ilmuwan, ukuran otak itu masih tetap tumbuh karena pada usia tiga tahun, otak yang terbentuk baru sekitar 90 persen. Namun, pertumbuhan otak yang cukup lambat ini justru meyakinkan para ilmuwan bahwa fosil Dikika ini selintas sangat mirip dengan manusia.
Oleh karena itu, mereka masih kaji lebih lanjut kemungkinan bahwa Dikika bisa memanjat. Fosil Lucy, "orangtua" fosil Dikika, dikenal memiliki tangan panjang mendekati lutut dan berbahu mirip gorila.
Walau begitu, para ahli belum benar-benar meyakini, ciri fisik seperti itu menunjukkan kemampuan memanjat atau hanya pertumbuhan evolusioner.
Credit  KOMPAS.com