MOSKOW
- Sedikitnya 41 orang tewas setelah pesawat Sukhoi Superjet-100 jatuh
di Moskow, Rusia, tak lama setelah lepas landas, Minggu petang waktu
setempat. Pesawat pembawa 78 orang ini lepas landas dari bandara
Sheremetyevo, Moskow menuju Murmansk.
Dari 78 orang yang ada di
dalamnya, lima di antaranya adalah awak atau kru pesawat. Pesawat jatuh
ketika melakukan pendaratan darurat. Juru bicara Komite Investigasi
Rusia Elena Markovskaya seperti dikutip dari Russia Today, Senin (6/5/2019), mengatakan 41 orang meninggal.
Enam
dari 37 orang yang diselamatkan telah dilarikan ke rumah sakit. Menurut
Menteri Kesehatan Veronika Skvortsova, tiga korban selamat berada dalam
perawatan intensif setelah menderita luka bakar dan menghirup asap.
Penerbangan
Aeroflot SU 1492 telah lepas landas dari Moskow ke Murmansk, sebuah
kota di utara Rusia. Namun, pesawat harus kembali ke Sheremetyevo
setelah kru pesawat melaporkan keadaan darurat di pesawat kurang dari
setengah jam setelah lepas landas.
Rekaman CCTV yang bocor ke
media menunjukkan pesawat Sukhoi Superjet-100 telah berusaha mendarat.
Pesawat terlihat memantul dan menabrak landasan pacu dengan kekuatan
penuh saat mesin terbakar.
Beberapa saat kemudian, kobaran api
melahap ekor pesawat. Sebanyak 37 penumpang yang selamat melompat dari
pesawat saat tragedi terjadi.
Sebelumnya, Komite Investigasi
Rusia mengonfirmasi 13 orang meninggal, termasuk dua anak. Namun, sesaat
kemudian jumlah korban meninggal bertambah banyak menjadi 41 orang.
TOKYO
- Kaisar baru Jepang Naruhito, yang dikenal sebagai sosok yang
sungguh-sungguh dalam konservasi air, tengah dipersiapkan secara resmi
untuk mengambil alih takhta pada Rabu (1/5/2019). Prosesi ini
berlangsung sehari setelah ayahnya, Akihito, menyerahkan takhtanya,
penyerahan takhta pertama di negara itu dalam dua abad.
Mantan
Kaisar Akihito dan Permaisuri Michiko mengundurkan diri pada Selasa
(30/4/2019) kemarin setelah tiga dekade menjadi bangsawan utama negara
itu dalam upacara singkat dan sederhana, dengan Akihito berterima kasih
kepada rakyat Jepang dan mengatakan ia berdoa untuk perdamaian.
Naruhito
(59) secara teknis menggantikan ayahnya tepat pada tengah malam, tetapi
kenaikannya ke Tahta Krisan akan diformalkan dalam upacara pada pagi
hari ini. Bagian pertama proses ini tidak dihadiri oleh istri dan
bangsawan perempuan seperti dikutip dari Reuters.
Pada
tahap pertama upacara aksesi Naruhito, bangsawan kekaisaran akan
menempatkan segel dan rahasia negara, bersama dengan peti yang berisi
dua "Tiga Harta Karun" Jepang - pedang dan permata - di meja di depannya
sebagai bukti saknya suksesi.
Upacara ini akan dihadiri oleh
kelompok kecil termasuk bangsawan pria dewasa dan perwakilan dari tiga
cabang pemerintah, termasuk Perdana Menteri Shinzo Abe dan kabinetnya.
Akihito
dan Michiko tidak akan hadir, tetapi Satsuki Katayama, satu-satunya
wanita di kabinet Abe, akan menjadi wanita pertama dalam sejarah modern
yang hadir dalam upacara itu.
Setelah itu, bangsawan perempuan
akan memasuki ruangan dan Naruhito akan membuat pernyataan publik
pertamanya sebagai kaisar. Penobatan resmi akan berlangsung pada upacara
yang lebih rumit pada bulan Oktober yang dihadiri oleh pejabat tinggi
dari Jepang dan seluruh dunia.
Naruhito, kaisar pertama yang
lahir setelah Perang Dunia Kedua dan yang pertama dibesarkan sendiri
oleh orang tuanya, mengatakan pada hari ulang tahunnya pada bulan
Februari lalu bahwa menggantikan ayahnya membuatnya khidmat.
Mengingat
latar belakang Naruhito dan istrinya, Masako, seorang mantan diplomat
berusia 55 tahun - yang mencakup pengalaman panjang belajar dan tinggal
di luar negeri - harapan begitu tinggi bahwa mereka mungkin mempunyai
pandangan internasional yang lebih luas dan lebih dekat dengan kehidupan
banyak orang Jepang.
Suksesi kekaisaran Jepang terakhir pada tahun 1989 terjadi selama berkabung untuk ayah Akihito, Hirohito.
Namun
kali ini suasananya lebih meriah. Jepang telah diramaikan spanduk
menyambut Reiwa - nama era baru untuk pemerintahan Naruhito - selama
liburan 10 hari yang belum pernah terjadi sebelumnya. Acara hitung
mundur diadakan pada Selasa malam di klub-klub di seluruh negara, dengan
orang-orang bersorak saat jam berdetak hingga tengah malam dan kembang
api diluncurkan ke langit di beberapa daerah.
Pada hari Rabu
pagi, rambu-rambu listrik di sistem kereta bawah tanah Tokyo memuat
pesan "selamat kepada kaisar atas aksesinya" dan para pekerja di sebuah
toko elektronik di pusat kota Tokyo mengenakan kemeja merah bertuliskan
"Selamat Era Baru Reiwa."
“Tirai telah naik pada era baru yang
akan dipenuhi dengan harapan,” kata ucap seorang warga Jepang Hiroshi
Takahashi (78) di luar toko permen tradisional 'Wagashi'.
"Kaisar
baru memiliki kepribadian yang mengagumkan dan saya harap dia
menciptakan keluarga kerajaan yang baik yang mengekspresikan
kepribadiannya sendiri," harapnya.
Direktur Jenderal Kerja Sama
Multilateral Kementerian Luar Negeri Febrian Ruddyard dalam press
briefing di Kantin Diplomasi, Kemenlu RI di Jakarta, Kamis (2/5/2019).
(ANTARA/Yuni Arisandy)
Jakarta (CB) - Pemerintah RI siap menjalankan tugas presidensi
Indonesia di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB)
sepanjang Mei 2019, kata Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral
Kementerian Luar Negeri Febrian Ruddyard.
"Kita siap untuk menjadi presiden Dewan Keamanan PBB selama sebulan ke
depan," ujar Febrian dalam press briefing di Jakarta, Kamis.
Dia menyebutkan bahwa Wakil Tetap RI untuk PBB di New York, Dian
Triansyah Djani pada Rabu siang (1/5) waktu setempat telah mengadakan
konferensi pers dan rapat jamuan pagi (working breakfast) sebagai
presiden baru DK PBB serta menjelaskan berbagai program dan kegiatan
yang akan dilakukan Indonesia di DK PBB selama satu bulan ke depan.
Selama masa presidensi di DK PBB pada Mei 2019 itu, pemerintah Indonesia
akan mengusung tema yang terkait dengan operasi pemeliharaan perdamaian
PBB. Adapun tema yang diangkat selama masa presidensi Indonesia adalah
"Menabur Benih Perdamaian: Meningkatkan Keselamatan dan Kinerja
Pemeliharaan Perdamaian PBB" (Investing in Peace: Improving Safety and
Performance of UN Peacekeeping).
Menurut Febrian, presidensi Indonesia di Dewan Keamanan PBB merupakan
bentuk dari kepercayaan dunia internasional kepada Indonesia.
"Indonesia di DK PBB terkenal sebagai peace builder (pembangun perdamaian). Kita tidak punya lawan atau musuh," ujar dia.
Beberapa tanggung jawab Indonesia sebagai presiden DK PBB, antara lain
memimpin sidang, pertemuan, maupun konsultasi DK PBB; mewakili dan
berbicara atas nama DK di hadapan negara lainnya PBB dan pihak ketiga;
mengeluarkan pernyataan (presidential statement) dan catatan-catatan
pemimpin (notes by president); serta memfasilitasi surat-menyurat
komunikasi, laporan, dan pertukaran informasi atas nama DK.
Sebagai praktik umum, Indonesia dapat mengangkat isu tertentu yang
menjadi tema presidensi ataupun dapat menjadi tema utama sidang terbuka
DK PBB pada bulan ini.
"Untuk membuat 'programme of work' DK PBB itu harus mendapat kesepakatan
dari 15 negara anggota DK PPB maka kita harus melakukan diplomasi untuk
menjembatani isu yang ada," ucap Febrian.
Para peserta didik kamp pendidikan vokasi etnis
Uighur di Kota Kashgar, Daerah Otonomi Xinjiang, Cina, mengikuti kelas
Bahasa Mandarin, Jumat (3/1/2019).
Foto: ANTARA FOTO/M. Irfan Ilmie
Cina mengontrol kehidupan keseharian Uighur dan warga Muslim.
CB, XINJIANG
-- Kepolisian Cina menggunakan aplikasi telepon pintar untuk
mengumpulkan data 13 juta warga minoritas Uighur dan muslim Turki
lainnya di Provinsi Xinjiang. Organisasi kemanusiaan Human Rights Watch
(HRW) mengatakan aplikasi tersebut dikenal sebagai Integrated Joint
Operations Platform (IJOP).
Aplikasi itu
mengumpulkan informasi tinggi dan berat badan untuk disesuaikan dengan
teknologi pengenalan wajah. Laporan yang dirilis HWR itu menyebutkan
pihak berwenang Xinjiang mengawasi dengan ketat 36 kategori perilaku.
Kategori-kategori tersebut antara lain sosialisasi antar
tetangga, menolak menggunakan pintu depan, dan tidak menggunakan telepon
pintar, menyumbang ke masjid dengan 'semangat', dan menggunakan listrik
secara 'tidak normal' juga termasuk ke dalam kategori perilaku yang
diawasi.
"Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi
pola dan memprediksi, kehidupan sehari-hari dan perlawanan dari populasi
ini dan pada akhirnya untuk merekayasa dan mengkontrol realitas," kata
HRW dalam laporan itu seperti dilansir dari Aljazirah, Kamis (2/5).
HRW
bekerja sama dengan perusahaan keamanan siber Jerman Cure53 untuk
melakukan rekayasa terbalik aplikasi tersebut. Agar dapat menyediakan
'jendela yang tidak pernah dilakukan sebelumnya kepada pengawasan massal
yang bekerja di Xinjiang'.
Aplikasi tersebut tidak
hanya memberikan informasi pribadi kepada pejabat pemerintah tapi juga
memberikan laporan tentang orang, kendaraan, dan event yang mereka curigai. Lalu polisi menindaklanjuti informasi-informasi tersebut dengan penyelidikan.
Petugas
keamanan juga diminta untuk memeriksa apakah orang-orang yang
mencurigakan menggunakan 51 perangkat lunak internet yang dilarang,
termasuk aplikasi layanan kirim pesan yang terkenal di luar Cina,
seperti WhatsApp, LINE, and Telegram.
HRW juga
menyebutkan ada beberapa orang yang mengaku anggota keluarganya
ditangkap karena memiliki WhatsApp atau memasang Virtual Private Network
(VPN) di telepon pintar mereka. Cina meningkatkan cengkraman mereka di
Xinjiang setelah serangkaian serangan pisau dan kerusuhan etnis yang
terjadi 10 tahun terakhir.
Masyarakat internasional
sudah mengecam kebijakan keras pemerintah Cina di wilayah paling utara
negara itu. Di mana ada sekitar 1 juta warga Uighur dan sebagian besar
minoritas muslim lainnya ditahan di kamp penahanan.
Cina
mengklaim kamp itu sebagai program vokasi. Tapi selain ditahan banyak
warga Uighur yang juga dipaksa untuk menjadi tuan rumah petugas
pemerintah yang mengawasi mereka di rumah mereka sendiri.
"Beijing
telah mengumpulkan sampel DNA, sidik jari, selaput pelangi matam dan
golongan darah semua warga yang berusia antara 12 sampai 65 tahun," kata
HRW.
Pemerintah Cina juga telah mengumpulkan
sampel suara warga Uighur. Peneliti senior Cina HRW Maya Wang mengatakan
aplikasi tu menunjukan polisi Xinjiang menggunakan cara yang ilegal
dalam mengumpulkan informasi untuk menelusuri perilaku warga Uighur.
"Sistem
petunjuk ini memberikan petunjuk mikro kepada pihak berwenang,
mendorong penyelidikan, yang akan diikuti penyelidikan terhadap mereka
yang ditahan di kamp reedukasi politik di Xinjiang," kata Wang seperti
dikutip ABC News.
WASHINGTON
- Departemen Energi Amerika Serikat (AS) pernah secara resmi menolak
permintaan informasi tentang jumlah persediaan senjata nuklir yang
diajukan oleh Federasi Ilmuwan Amerika. Penolakan itu merupakan yang
pertama kali sejak hampir satu dekade.
Para ilmuwan telah mendapat akses untuk menghitung stok senjata nuklir Amerika Serikat. Dalam laporan di Bulletin of the Atomic Scientists
terungkap bahwa negara itu total memiliki 6.185 hulu ledak nuklir yang
disimpan di 24 lokasi di 11 negara bagian AS, serta lima negara Eropa.
Laporan
stok senjata berbahaya Amerika itu ditulis Hans M. Kristensen, direktur
Proyek Informasi Nuklir di Federasi Ilmuwan Amerika, dan rekannya dalam
proyek tersebut, Matt Korda. Laporan yang mereka tulis berjudul "United States nuclear forces, 2019" dan dirilis pada 29 April lalu.
Dari
penghitungan para ilmuwan tersebut, Departemen Pertahanan Amerika
Serikat mempertahankan cadangan hampir 3.800 hulu ledak nuklir. Sebagian
besar hulu ledak itu tidak dikerahkan, termasuk 2.385 hulu ledak yang
menunggu untuk pembongkaran.
Sedangkan yang dikerahkan sebanyak
1.750 hulu ledak. Yakni, sekitar 1.300 hulu ledak dipasang pada
rudal-rudal balistik, 300 hulu ledak ditempatkan di pangkalan pesawat
pembom strategis di Amerika Serikat, dengan 150 hulu ledak menjadi
senjata taktis dan sisanya dikerahkan di pangkalan-pangkalan militer di
Eropa.
Ketika Pentagon menolak merilis stok senjata nuklir AS
pada bulan lalu, para ilmuwan mengecamnya. Keputusan Pentagon bulan lalu
tersebut dinilai menciptakan ketidakpastian dan ketidakpercaya publik
tentang jumlah arsenal nuklir AS.
Pemerintahan Presiden Donald Trump pada awal tahun ini memutuskan untuk keluar dari Intermediate Range Nuclear Forces (INF) Treaty, perjanjian yang dibuat tahun 1978 untuk mencegah perang nuklir AS dan Rusia (saat itu masih bernama Uni Soviet).
Tak
hanya Perjanjian INF 1978, Moskow juga telah menyatakan keprihatinannya
soal nasib perjanjian New Start yang berada dalam bahwa jika tak ada
pembaruan sampai umur perjanjian akan berkahir pada 2021.
Bulletin of the Atomic Scientists
juga menyuarakan keprihatinan yang sama atas masa depan Perjanjian New
START. "Pemerintahan Trump belum mengindikasikan apakah akan berusaha
untuk memperpanjang perjanjian (atau tidak)...mengingat penasihat
Keamanan Nasional AS John Bolton meremehkan perjanjian pengendalian
senjata itu, prospek untuk ekstensi tampak agak suram," bunyi laporan
buletin tersebut, yang dikutip Kamis (2/5/2019).
Menurut
data Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), Rusia
dan AS terus mempertahankan cadangan nuklir terbesar di dunia.
Masing-masing memiliki 6.850 dan 6.450 hulu ledak nuklir.
SIPRI
melanjutkan, Prancis, China, Inggris, Pakistan, India, Israel dan Korea
Utara memiliki persenjataan yang lebih kecil, masing-masing dengan 300,
280, 215, 140-150, 130-140, 80 dan 10-20 nuklir.
TAIPEI
- Seorang pilot pesawat jet tempur Taiwan keliru menembakkan senjata
bela diri ketika behadapan dengan sebuah pesawat tempur Tentara
Pembebasan Rakyat (PLA) China. Senjata yang ditembakkan pilot tersebut
adalah proyektil umpan inframerah.
Belum diketahui kapan dan dimana insiden itu terjadi, namun sumber yang mengetahui masalah tersebut mengungkapnya kepada China Times awal pekan ini. Insiden itu tidak memicu konflik langsung.
"Penembakan
proyektil umpan inframerah adalah tindakan defensif, sehingga tidak
menyebabkan pertukaran tembakan," kata sumber yang tidak disebutkan
namanya tersebut, seperti dikutip South China Morning Post, Rabu (1/5/2019).
Proyektil umpan biasanya digunakan untuk menghindari terkena rudal musuh yang datang.
Dalam
insiden terpisah, pilot Taiwan lainnya secara tidak sengaja menembakkan
proyektil umpan inframerah ketika memantau pesawat pengintai P-3C
Amerika Serikat di dekat pulau itu.
Angkatan Udara Taiwan tidak menanggapi pertanyaan tentang kedua insiden itu.
Rincian
dari pertemuan udara antar-pesawat militer yang langka itu
menggarisbawahi ketegangan yang meningkat di Selat Taiwan. Taiwan
merupakan titik api yang berpotensi berbahaya bagi Beijing, yang
menganggap pulau sebagai provinsinya yang membangkang.
Beijing
telah meningkatkan kegiatan militer di dekat Taiwan sejak Tsai Ing-wen,
dari Partai Progresif Demokratik yang pro-kemerdekaan, menjadi presiden
pada tahun 2016. Presiden perempuan ini menolak untuk menerima prinsip
satu-China.
Pada akhir Maret, dua jet tempur PLA China melintasi
garis perbatasan yang memisahkan Taiwan dari China. Saat itu, Tsai
merespons dengan memerintahkan "pengusiran paksa" pesawat tempur PLA
jika nekat melewati "garis batas" lagi.
Collin Koh, seorang pakar
militer dari S. Rajaratnam School of International Studies di
Singapore’s Nanyang Technological University, mengatakan meningkatnya
tekanan militer dari Beijing dapat menyebabkan lebih banyak senjata
ditembakkan secara keliru.
"Meskipun tujuan sebenarnya (dari
pilot Taiwan menembakkan proyektil umpan infra merah) sulit untuk
dikonfirmasi, satu hal yang jelas—dalam keadaan tegang ada risiko
penggunaan kekuatan yang tidak disengaja atau tidak disengaja," kata
Koh.
"Jika PLA melanjutkan apa yang disebut patroli pulau di
sekitar Taiwan, kita dapat mengharapkan militer Taiwan untuk menjaga
respons mereka—dan dari waktu ke waktu ketegangan yang menumpuk dapat
meningkat menjadi kecelakaan."
Laporan South China Morning Post juga
mengatakan bahwa Taiwan telah menyebarkan sebagian kecil jet tempur
untuk memperingatkan dan memonitor pesawat-pesawat tempur PLA selama
setahun terakhir.
Menurut sumber surat kabar tersebut, kegiatan
militer di dekat pulau itu sedang dipantau pada jarak 30 km oleh militer
Taiwan karena berusaha menghindari konflik yang tidak disengaja.
Pakar
militer yang bermarkas di Beijing, Zhou Chenming, mengatakan Taiwan
berusaha mengerahkan lebih sedikit jet tempurnya untuk mengusir
pesawat-pesawat China yang mengisyaratkan bahwa Taipei merasakan tekanan
dari seberang Selat Taiwan.
Tetapi, mantan wakil menteri
pertahanan Taiwan Lin Chong-pin mengatakan tindakan itu lebih cenderung
menjadi tanda bahwa pemerintah Tsai mengambil pendekatan yang bijaksana
dan terkendali.
Raja Thailand Maha Vajiralongkorn dan
Jenderal Suthida Vajiralongkorn, yang kemudian diberi gelar Ratu
Suthida, menikah melalui suatu upacara di Bangkok, Thailand, pada Rabu
(1/5/2019). Gambar diambil dari rekaman video. (Thai TV Pool).
(REUTERS/REUTERS TV)
Bangkok (CB) - Raja Thailand Maha Vajiralongkorn menikahi wakil
kepala pasukan pengawal pribadinya pada Rabu (1/5), satu hari sebelum ia
secara resmi dinobatkan sebagai raja.
Maha Vajiralongkorn kemudian memberi gelar kepada istrinya itu sebagai Ratu Suthida.
Pengumuman itu dimuat dalam Lembaran Kerajaan. Gambar-gambar upacara
pernikahan pada Rabu itu kemudian disiarkan melalui bagian program malam
hari Royal News di semua saluran televisi Thailand.
Berdasarkan undang-undang dasar, Vajiralongkorn (66 tahun) --yang juga
dikenal sebagai Raja Rama X-- dijadikan sebagai raja setelah ayahnya,
Raja Bhumibol Adulyadej, wafat pada Oktober 2016, setelah 70 tahun
bertahta.
Vajiralongkorn dijadwalkan dinobatkan secara resmi menjadi raja melalui
serangkaian upacara Buddha dan Brahmana pada Sabtu, yang akan
dilanjutkan dengan pawai khidmat di Bangkok keesokan harinya.
Vajiralongkorn menunjuk Suthida Tidjai, mantan pramugari Thai Airways,
sebagai wakil komandan unit pengawal pribadinya pada 2017.
Beberapa pengamat soal kerajaan serta media asing pernah memperkirakan
bahwa Suthida dan sang raja memiliki hubungan percintaan. Namun, pihak
kerajaan tidak pernah mengakui bahwa kedua sosok tersebut memiliki
hubungan seperti itu.
Vajiralongkorn memberi Suthida pangkat jenderal penuh Angkatan Darat
Kerajaan Thailand pada Desember 2016. Suthida dinyatakan sebagai wakil
komandan pasukan pengawal raja pada 2017. Vajiralongkorn juga menjadikan
Suthida sebagai seorang Thanpying, yaitu gelar kerajaan yang berarti
Perempuan Terhormat.
Di antara para tamu pada upacara pernikahan Vajiralongkorn-Suthida,
hadir pemimpin junta militer yang telah memerintah Thailand sejak kudeta
militer ada 2014, Prayuth Chan-ocha. Selain itu, pernikahan disaksikan
oleh para anggota dan penasihat kerajaan, seperti yang terlihat pada
gambar-gambar pernikahan tersebut.
Vajiralongkorn sebelumnya pernah menikah dan bercerai tiga kali. Ia memiliki tujuh anak.
CB, Jakarta - Masyarakat Thailand bersiap menyambut Raja
baru setelah mangkatnya Raja Bhumibol Adulyadej karena sakit pada 13
Oktober 2016. Jika tak ada aral melintang, Putra Mahkota Maha
Vajiralongkorn akan dinobatkan menjadi Raja menggantikan ayahnya pada 4
Mei 2019.
Saat berkuasa nanti, Putra Mahkota Maha Vajiralongkorn
akan menyandang nama Rama X, yang merupakan nama warisan ayahnya. Acara
penobatannya menjadi Raja akan berlangsung selama tiga hari - tiga malam
terhitung mulai 4 Mei hingga 6 Mei 2019.
Putra Mahkota
Vajiralongkorn lahir di ibu kota Bangkok, pada 28 Juli 1952. Dia
merupakan anak kedua dari empat bersaudara dan satu-satunya anak
laki-laki dari Raja Bhumibol dan Ratu Sirkit.
Raja
Thailand, Maha Vajiralongkorn ikuti prosesi upacara Kremasi jenazah
Raja Thailand Bhumibol Adulyadej di Grand Palace di Bangkok, Thailand,
26 Oktober 2017. REUTERS
Maha Vajiralongkorn dilantik
sebagai putra mahkota pada 28 Desember 1972 di Balai Singgasana Ananta
Samakhom. Pengangkatan itu menempatkannya sebagai Putra Mahkota ketiga
dari keluarga kerajaan Chakri.
Sebagai bagian dari keluarga
kerajaan, Maha Vajiralongkorn sejak usia 4 tahun sudah dikenalkan budaya
kerajaan bersama kakak perempuannya, Putri Ubolratna.
Setelah
menyelesaikan SD di Thailand, Maha Vajiralongkorn melanjutkan sekolah
lanjutan ke Inggris. Pada 1966, dia mendaftar ke sekolah King’s Mead di
kota Seaford, Sussex, Inggris, namun tak lama pindah ke sekolah
Millfield di Somerset hingga lulus pada Juli 1970. Selama bersekolah
ini, Putra Mahkota Maha Vajiralongkorn dikenal dengan panggilan V
Mahidol.
Pada
September 1970, Maha Vajiralongkorn mengikuti kursus pelatihan militer
di King’s School di kota Sydney, Australia. Tak disangka, itu adalah
momen Maha Vajiralongkorn jatuh cinta pada dunia militer.
Pada
1972 dia mendaftar ke Sekolah Militer Australia di Duntroon, Canberra.
Di sana, dia dipuji karena bisa mempunyai kemampuan yang baik di bidang
akademik dan olah raga. Pada 1976, dia lulus dengan pangkat Pembantu
Letnan Satu dan program studi militer.
Sekembali dari Australia
atau persisnya pada 1977, ia melanjutkan pendidikannya di Thailand dan
bergabung sebagai pasukan Angkatan Darat. Di militer Thailand,
Maha Vajiralongkorn juga diketahui melatih pasukan angkatan udara
Kerajaan Thailand, khususnya pilot tempur.
Karir
Maha Vajiralongkorn di bidang militer sangat moncer. Dia mampu
memperbaiki pesawat tempur, menjadi pilot helikopter yang andal, hingga
mendapat izin menerbangkan pesawat tempur F-16 dan pesawat Boeing 737
seri 400.
Di bidang sosial, Putra Mahkota Maha Vajiralongkorn
juga dikenal dermawan oleh rakyatnya. Sebagai buktinya, pada 1977 dia
mendirikan sebuah rumah sakit di daerah terpencil berskala
internasional.
Tak hanya itu, dia juga memberikan kontribusi
kepada pertanian Thailand dengan membangun klinik agrikultur bergerak
yang bertujuan melakukan efisiensi produksi dan pengembangan teknologi
pertanian.
Maha Vajiralongkorn telah mengabdi sebagai Putra
Mahkota selama 44 tahun. Selama bertugas dan memimpin upacara kerajaan,
ia menggambarkan dirinya sebagai utusan Raja Bhumbibol.
ISLAMABAD
- Militer Pakistan mengancam akan memberikan respons secara
besar-besaran jika terjadi perang baru dengan India. Ancaman ini
dilontarkan Kepala Angkatan Udara Pakistan (PAF), Marsekal Mujahid Anwar
Khan.
"Dalam hal terjadi kesalahan penanganan oleh musuh,
respons PAF akan lebih kuat dari sebelumnya," kata Khan, merujuk
pertempuran kecil antara dua rival yang terjadi pada bulan Februari
lalu.
Bentrokan sebelumnya dimulai pada 26 Februari, ketika India
melancarkan serangan udara di sebuah kamp pelatihan yang diduga sebagai
markas kelompok teroris di wilayah Pakistan. Islamabad kemudian
merespons dengan serangannya pada hari berikutnya. Jet tempur India saat
itu ditembak jatuh.
"(Respons) PAF pada 27 Februari 2019 melawan agresi musuh akan diingat dalam sejarah sebagai ‘Operation Swift Retort'," ujar Khan kepada Staf Udara ke-24 di Islamabad, Rabu (1/5/2019), seperti dikutip Russia Today.
Dia mengatakan setiap anggota Angkatan Udara pantas mendapatkan penghargaan khusus atas kinerja mereka pada hari tersebut.
Sejak
pertempuran singkat Februari, kedua pihak saling mengumbar retorika
bermusuhan, di mana Perdana Menteri India Narendra Modi pada pertenghan
April menuduh Pakistan mengizinkan teroris menyerang India. Dia
mengancam akan menghantam Pakistan dengan senjata yang dia sebut "Ibu
dari semua bom nuklir".
Ancaman
Modi ditanggapi sinis oleh juru bicara militer Pakistan Mayor Jenderal
Asif Ghafoor. Dia memperingatkan New Delhi untuk tidak menguji tekad
Islamabad.
"Dalam retorika Anda (India), Anda tetap menggunakan
kekuatan nuklir sebagai ancaman," kata Ghafoor. "Kekuatan nuklir bukan
ancaman, itu adalah senjata pencegahan yang tidak boleh dibilang remeh."
Ilustrasi serangan di Yaman. (Reuters/Khaled Abdullah)
Jakarta, CB -- Koalisi Arab Saudi meluncurkan serangan udara ke Bandara Sanaa, Yaman, yang menjadi basis angkatan udara kelompok pemberontak Houthi pada Rabu (1/5) malam.
Mengutip juru bicara koalisi, Turki al-Maliki, kantor berita Saudi, SPA, melaporkan serangan udara itu menargetkan situs sistem komunikasi dan lokasi operator pesawat nirawak atau drone milik Houthi.
"Teroris, militan Houthi yang didukung Iran telah mengubah Bandara Sanaa
menjadi basis militer dan tempat meluncurkan drone untuk melakukan
serangan teroris yang mengancam keamanan regional dan internasional,"
tutur al-Maliki pada Rabu (1/5).
Al-Maliki menegaskan serangan itu legal dan sesuai hukum kemanusiaan internasional.
Stasiun televisi Al Masirah yang dikontrol Houthi melaporkan sebanyak 13 serangan udara menargetkan pangkalan udara al-Dulaimi di Sanaa.
Seorang warga di dekat bandara mengatakan kepada Reuters ledakan
mengguncang utara kota Sanaa, di mana bandara dan basis militer
terletak.
Arab Saudi bersama Uni Emirat Arab dan sejumlah negara
lainnya telah berperang di Yaman sejak Maret 2015 untuk membantu
pemerintah setempat mengusir pemberontak Houthi.
Sejak melakukan perlawanan, Houthi mengendalikan sebagian besar wilayah di utara Yaman, termasuk Ibu Kota Sanaa.
Perang terus menghancurkan infrastruktur Yaman dan menyebabkan sebagian besar penduduknya menderita kelaparan.
Hingga akhir 2018, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat 56 ribu orang tewas dalam perang sipil di Yaman tersebut.
Menlu Iran, Javad Zarif, mengungkapkan
keinginan pihaknya untuk menjalin hubungan baik dengan musuh
bebuyutannya, Arab Saudi, dan sejumlah negara lainnya di kawasan.
(Reuters/Lucas Jackson)
Jakarta, CB -- Iran secara mengejutkan mengungkapkan keinginannya untuk menjalin hubungan baik dengan musuh bebuyutannya selama ini, Arab Saudi, dan sejumlah negara lainnya di kawasan.
"Kami
memiliki hubungan yang sangat baik dengan Qatar, Kuwait, dan Oman. Kami
juga berharap dapat memiliki hubungan yang sama baiknya dengan Arab
Saudi, Bahrain, dan Uni Emirat Arab," ucap Menteri Luar Negeri Iran,
Javad Zarif, Rabu (1/5).
Zarif juga menuturkan Iran "berharap negara anggota Dewan Kerja Sama
Negara Teluk (GCC) bisa menyelesaikan segala perbedaan secara damai."
Ia
menyerukan agar Saudi dan sejumlah sekutunya di kawasan untuk segera
menyelesaikan konflik diplomatiknya dengan Qatar yang telah berlangsung
sejak Juni 2017 lalu.
"Kami menentang segala bentuk tekanan
terhadap Qatar. Kami masih percaya bahwa tekanan terhadap Qatar selama
ini melanggar hukum internasional," katanya seperti dikutip AFP.
Teheran dan Riyadh memang tidak memiliki hubungan diplomatik sejak 2016
lalu. Saat itu, Saudi memutus hubungan diplomatik dengan Iran menyusul
serangan terhadap kedutaannya di Teheran.
Sementara itu, Saudi
dan sejumlah sekutunya, seperti Uni Emirat Arab serta Bahrain, memutus
hubungan diplomatik dengan Qatar pada Juni 2017 lalu.
Selain hubungan diplomatik, Saudi Cs juga memutus kerja sama perdagangan dan perhubungan dengan Qatar.
Saudi Cs berkeras menuding Qatar memunculkan ancaman di kawasan lantaran mendukung gerakan "ekstremisme".
Mereka
juga ingin menekan Qatar yang mendekatkan diri kepada Iran dan kelompok
Ikhwanul Muslimin. Saudi Cs menganggap kelompok itu sebagai teroris.
Doha
secara konsisten membantah seluruh tuduhan itu dan menuding Saudi Cs
berupaya melakukan perubahan rezim di Qatar dengan boikot tersebut.
Pada
April lalu, Qatar telah mengajukan tiga gugatan terhadap sejumlah bank
Saudi dan Uni Emirat Arab di pengadilan London serta New York karena
diduga ingin merusak nilai mata uang dan obligasinya.
JEDDAH
- Penjaga pantai Arab Saudi telah menyelamatkan sebuah kapal tanker
Iran di Laut Merah. Penjaga pantai Saudi memberikan bantuan kemanusiaan
yang diperlukan untuk kapal tanker minyak Iran.
Pusat Koordinasi
Pencarian dan Penyelamatan di Jeddah mendapatkan panggilan darurat oleh
kapal berbendera Iran Happiness I, yang berjarak sekitar 70 mil laut
dari Pelabuhan Islam Jeddah.
Juru bicara penjaga perbatasan
mengatakan semua tindakan pencegahan yang diperlukan telah diambil untuk
memastikan keselamatan awak dan menghindari kerusakan lingkungan.
"Semua
26 anggota awak, semua warga Iran kecuali dua yang merupakan warga
Bangladesh, sekarang selamat," kata juru bicara Penjaga Perbatasan
seperti dikutip dari Arab News, Kamis (2/5/2019).
Dilansir dari laman Time,
saluran televisi dan kantor berita milik pemerintah Arab Saudi
mengatakan pihak berwenang menerima panggilan darurat dari Happiness I
atas "kegagalan mesin dan hilangnya kendali." Digambarkan posisi kapal
sekitar 70 kilometer sebelah selatan Jeddah di Laut Merah.
Pihak
berwenang Saudi mengatakan berbagai lembaga pemerintah terlibat dalam
operasi itu, termasuk mereka yang menangani perlindungan lingkungan.
Namun tidak dijelaskan apakah ada tumpahan minyak dari kapal tanker itu.
Situs web TankerTrackers.com, yang analisisnya memantau
penjualan minyak di laut, memperkirakan Happiness I membawa setidaknya
1,1 juta barel bahan bakar minyak. Dikatakan kapal itu berlayar
bersama-sama dengan kapal lain yang lebih kecil bernama Sabiti.
"Happiness
I menghentikan mesinnya pada hari Selasa, kemudian dibayangi oleh
Sabiti cukup dekat untuk membuat kru melarikan diri," kata
TankerTrackers.
Dilaporkan oleh TankerTrackers, dua kapal tunda dari Arab Saudi tampaknya telah mencapai kapal.
TankerTrackers mengatakan kapal Happiness I kemungkinan mengalami kebocoran minyak, meskipun tidak memberikan perincian.
"Kami
tidak dapat menyimpulkan apa yang menyebabkan kebocoran, tetapi
mengingat betapa tiba-tiba hal-hal terjadi, sepertinya sesuatu yang
mengejutkan mereka kalau tidak kami akan melihat kapal melambat atau
menyimpang dalam upaya untuk menghindari insiden," kata situs tersebut.
Arab
Saudi dan Iran adalah dua negara yang bersaing di Timur Tengah. Iran
sekarang menghadapi tekanan yang meningkat dari Amerika Serikat (AS)
atas penjualan minyaknya setelah Presiden Donald Trump menarik Amerika
keluar dari kesepakatan nuklirnya dengan kekuatan dunia. Iran telah
memperingatkan akan menanggapi secara agresif setiap upaya untuk
memotong ekspor minyaknya menjadi nol, seperti yang dijanjikan
pemerintah Trump.
Warga Palestina mengusir pemukim Israel di kebun zaitun miliknya
Foto: sahabatalaqsha
Pemukim Yahudi kerap melakukan kekerasan pada warga Palestina.
CB,
RAMALLAH -- Pemukim Yahudi saat fajar menebang lebih dari 150 pohon
zaitun yang sedang berbuah milik warga Desa Burqa, di sebelah timur
Ramallah di Tepi Barat Sungai Yordan, Rabu (1/5). Beberapa sumber lokal
menegaskan banyak pemukim dari suatu permukiman tidak sah yang
berdekatan, di bawah perlindungan ketat militer Israel, merobohkan dan
menghancurkan pohon zaitun milik warga Desa Burqa.
Ibrahim Kan'an, seorang petani lokal yang pohon zaitunnya
dihancurkan, mengatakan pemukim Yahudi berusaha menyerang dia saat ia
sedang menggarap lahannya dua hari sebelumnya. Kekerasan oleh pemukim
Yahudi terhadap orang Palestina dan harta mereka rutin terjadi di Tepi
Barat. Pelakunya jarang dihukum oleh penguasa Israel.
Kekerasan
tersebut antara lain meliputi pembakaran harta dan masjid, pelemparan
batu, penebangan tanaman dan pohon zaitun, dan serangan terhadap rumah
yang rentan.
Antara 500 ribu-600 ribu orang Yahudi tinggal
di permukiman khusus buat orang Yahudi di seluruh wilayah pendudukan
Al-Quds (Yerusalem) Timur dan Tepi Barat. Tindakan itu pelanggaran
terhadap hukum internasional.
Semua permukiman di seluruh
Tepi Barat tidak sah berdasarkan hukum internasional, terutama pasal 49
Konvensi Jenewa Keempat. Pasal itu menetapkan kekuatan pendudukan tak
boleh mendeportasi atau memindahkan bagian penduduk sipilnya sendiri ke
dalam wilayah yang didudukinya.
Ilustrasi serangan di Jalur Gaza. (Mahmud Hams/AFP)
Jakarta, CB -- Israel melancarkan serangan udara ke situs militer Hamas di Jalur Gaza sebagai balasan atas pengiriman balon berisi bahan peledak yang diterbangkan dari arah Palestina.
AFP
melaporkan bahwa serangan tersebut menghantam satu markas militer di
utara Jalur Gaza. Menurut kelompok pemantau lokal, tak ada korban dalam
serangan pada Rabu (1/5) tersebut.
Setelah serangan tersebut, militer Israel melaporkan dua "peluncuran"
susulan, diduga berupa roket, dari Jalur Gaza ke arah negaranya.
Hingga kini, belum diketahui pula serangan tersebut menimbulkan kerugian material dan nyawa atau tidak.
Beberapa
hari belakangan, situasi di perbatasan sebenarnya berangsur tenang
karena perjanjian gencatan senjata menjelang pemilihan umum Israel pada 9
April mendatang.
Namun pada Selasa, Israel kembali memangkas wilayah berlayar untuk nelayan Palestina karena ada serangan dari arah Jalur Gaza.
Selama
ini, warga Palestina di Jalur Gaza memang kerap mengirimkan balon
berisi bahan peledak melintasi pagar perbatasan untuk menghancurkan
properti Israel.
Balon-balon tersebut biasanya dengan mudah melintasi perbatasan dan mengobarkan api di lahan-lahan peternakan Israel.
PM Theresa May memecat Menhan Inggris, Gavin
Williamson, karena kebocoran informasi mengenai pembicaraan Dewan
Keamanan Nasional soal Huawei. (Reuters/Alkis Konstantinidis/File Photo)
Jakarta, CB -- Perdana Menteri Theresa May memecat Menteri Pertahanan Inggris,
Gavin Williamson, karena kebocoran informasi mengenai pembicaraan Dewan
Keamanan Nasional soal perusahaan telekomunikasi China, Huawei.
Melalui
secarik surat, May mengatakan kepada Williamson bahwa kebocoran
informasi itu "mengindikasikan bukti tanggung jawab Anda atas
pengungkapan tak resmi."
Menanggapi surat ini, Williamson mengaku menyesal atas kebocoran
informasi tersebut. Namun, Williamson menegaskan bahwa ia sama sekali
tak terlibat dalam kegiatan membuat informasi itu bocor.
"Saya
sangat membantah bahwa saya terlibat dengan cara apa pun atas kebocoran
ini dan saya yakin penyelidikan menyeluruh dan formal akan membenarkan
posisi saya," kata Williamson sebagaimana dikutip Reuters.
Kebocoran
informasi ini pertama kali terendus setelah The Telegraph memberitakan
bahwa Inggris akan mengizinkan Huawei memegang peranan dalam pembangunan
jaringan 5G di negaranya.
Keputusan
ini dianggap dapat merenggangkan hubungan dengan AS yang curiga China
akan memata-matai negara lain melalui jaringan Huawei.
Pemecatan mendadak ini menambah panjang daftar menteri May yang hengkang dari kabinet pemerintahan di tengah kisruh Brexit.
Di tengah kisruh ini, May menunjuk Menteri Pembangunan Internasional, Penny Mordaunt, untuk menggantikan Williamson.
Posisi
Willamson sebagai Menteri Pembangunan Internasional sendiri akan diisi
oleh Rory Stewart, menteri urusan tahanan di Inggris.
CB, Jakarta - Pentagon menampik campur tangan militer di Venezuela untuk menjatuhkan Presiden Nicolas Maduro, namun Pentagon telah menyiapkan rencana terperinci termasuk opsi militer.
Beberapa
jam setelah Menlu AS Mike Pompeo mengatakan Amerika Serikat siap untuk
mengambil tindakan militer jika perlu, Menteri Pertahanan AS sementara
Patrick Shanahan mengatakan Amerika Serikat telah melakukan perencanaan
menyeluruh di Venezuela, seperti dikutip dari Reuters, 2 Mei 2019.
Namun dia dan pejabat lainnya terus menekankan tekanan diplomatik dan ekonomi sebagai cara untuk membantu menggulingkan Maduro.
Kathryn Wheelbarger, penjabat asisten menteri pertahanan untuk urusan
keamanan internasional, mengatakan selalu meninjau pilihan yang
tersedia termasuk mengerahkan pasukan AS ke Venezuela.
"Tapi dalam hal ini kami belum diberi perintah soal itu, belum," kata Wheelbarger kepada House Armed Services Committee.
Sejauh
ini, militer AS hanya memantau keputusan kebijakan luar negeri AS yang
sedang berlangsung terhadap Venezuela, dan hanya melakukan hal kecil
seperti mengantar bantuan kemanusiaan ke Kolombia untuk dikirim ke
Venezuela.
Militer AS juga meningkatkan pengumpulan intelijen dan
berbagi intelijen dengan sekutu, seperti Kolombia, sementara
merencanakan kemungkinan evakuasi non-pejuang Amerika dari Venezuela,
jika diperlukan. Perencanaan semacam itu adalah standar dalam setiap
krisis sebesar Venezuela.
Pengunjuk
rasa Oposisi melempari sejumlah kendaraan lapis baja Garda Nasional
Venezuela di dekat Generalisimo Francisco de Miranda Airbase "La
Carlota" in Caracas, Venezuela, 30 April 2019. Terlhat terdapat tiga
mobil lapis baja yang berkeliling guna menghadang para demostran
oposisi. REUTERS/Carlos Garcia Rawlins
Perwira tinggi
militer AS, Jenderal Marinir Joseph Dunford, mengatakan ia fokus pada
pengumpulan intelijen dan bersiap untuk menjawab perintah, jika Trump
mencari menginginkan Pentagon terlibat lebih dalam.
Namun dia
menekankan bahwa militer AS harus bertindak dengan cara memperdalam
kemitraan di Amerika Latin, di mana prospek intervensi militer AS sangat
tidak populer.
Pemimpin
oposisi Juan Guaido, yang diakui sebagai presiden Venezuela oleh
sekitar 50 negara termasuk Amerika Serikat, sejauh ini gagal merangkul
para pemimpin militer Venezuela dalam upayanya untuk menggulingkan
Nicolas Maduro dari kekuasaan.
Laksamana Angkatan Laut AS Craig
Faller, komandan Komando Selatan AS, yang mengawasi pasukan AS di
Amerika Latin, mengatakan fokus besar bagi Amerika Serikat dan sekutunya
di kawasan itu akan membantu memulihkan infrastruktur ekonomi Venezuela yang vital setelah kejatuhan Nicolas Maduro.
BRASILIA
- Presiden Brazil Jair Bolsonaro mengatakan kepemimpinan Presiden
Nicolas Maduro di Venezuela dapat dipertanyakan karena perpecahan di
tentara Venezuela yang lebih mendukung pemimpin oposisi Juan Guaido.
"Saya
memuji dan mengakui semangat patriotik dan demokrasi yang (Guaido)
harus perjuangkan untuk kebebasan di partainya," kata Bolsonaro, yang
telah menjadi kritikus vokal presiden Venezuela Nicolas Maduro, seperti
dikutip dari Sputnik, Kamis (2/5/2019).
Ia menambahkan
bahwa dia telah menerima informasi bahwa keretakan di dalam pasukan
Venezuela masih dapat menyebabkan “keruntuhan” pemerintahan Nicolas
Maduro.
"Informasi
yang kami miliki adalah bahwa ada fraktur (perpecahan) yang semakin
dekat dan dekat dengan kepemimpinan angkatan bersenjata (Venezuela),"
kata Bolsonaro dalam sambutan yang disiarkan oleh saluran Globo News.
Presiden
Brazil menambahkan bahwa pemerintahnya tidak memiliki kontak dengan
Amerika Serikat (AS) mengenai penggunaan wilayah Brazil sebagai basis
untuk pontensi intervensi militer di Venezuela, dan jika ada permintaan
seperti itu, dewan pertahanan dan Kongres akan terlibat dalam
pengambilan keputusan.
Sebelumnya, pemimpin oposisi Venezuela
Juan Guaido dan para pendukungnya berkumpul di Caracas di depan
pangkalan militer La Carlota, mengumumkan dimulainya 'tahap akhir' dari
apa yang disebut kampanye "Operasi Kebebasan" untuk menggulingkan
pemerintah yang sah. Guaido pun meminta pada militer untuk bergabung
dengan aksi protes terhadap Maduro.
Krisis
politik di negara itu meningkat pada bulan Januari setelah Guaido
menyatakan dirinya sebagai presiden sementara yang menyerukan pemilu
baru. Deklarai itu hanya beberapa minggu setelah pelantikan Maduro untuk
masa jabatan kedua.
Guaido menerima dukungan langsung dari AS
dan sekutunya di Amerika Latin, serta Kanada, sementara Rusia, China,
dan puluhan negara lain menyuarakan dukungan untuk pemerintah yang sah
atau mendesak tidak campur tangan dalam urusan internal Venezuela.
WASHINGTON
- Rusia dituduh secara diam-diam telah memasang rudal berhulu ledak
nuklir di Venezuela. Tuduhan senasional ini muncul dari anggota Kongres
Amerika Serikat (AS) Mario Diaz-Balart.
Klaim politisi partai
Republik itu menggemakan kembali Krisis Rudal Kuba. Menurutnya, senjata
nuklir rezim Vladimir Putin sekarang menjadi ancaman langsung terhadap
keamanan nasional Amerika Serikat.
Dia membuat tuduhan tersebut
beberapa jam setelah Venezuela di ambang perang saudara ketika pemimpin
oposisi Juan Guaido menyerukan militer bergabung dengannya untuk
menggulingkan Presiden Nicolas Maduro.
Diaz-Balart mengatakan kepada Fox News
jika Maduro tetap berkuasa, itu bisa menjadi pintu terbuka bagi Rusia,
China dan pihak lain untuk meningkatkan aktivitas mereka terhadap
kepentingan keamanan nasional AS.
Jurnalis Fox News, Tucker Carlson, kemudian bertanya; "Apakah Anda bersugesti mereka akan menyerang?"
"Yang paling dekat dengan perang nuklir adalah karena Rusia menempatkan rudal, benar, rudal nuklir di Kuba," jawab Diaz-Balart.
"Apakah Anda mengatakan Rusia akan menempatkan rudal nuklir di Venezuela?," tanya Carlson lagi.
"Sugesti saya adalah mereka sudah ada di sana," jawab Diaz-Balart, tanpa menawarkan bukti untuk mendukung klaimnya.
Dukungan
Putin yang sangat terbuka kepada Presiden Maduro telah lama
dibandingkan dengan krisis tahun 1962 yang dipicu oleh pemasangan
rudal-rudal nuklir Soviet di Kuba.
Klaim Diaz-Balart juga muncul
setelah Rusia mendaratkan dua pesawat pembom nuklir di Venezuela sebagai
bentuk penolakan terhadap kebijakan Presiden AS Donald Trump terhadap
negara Amerika Selatan tersebut.
Dua
pesawat pembom Tu-160 Rusia mendarat di Caracas pada bulan Desember
ketika Putin secara terbuka mengumbar dukungannya kepada presiden
sosialis Venzuela. Kedatangan kedua pesawat pembom Rusia di tanah
Venezuela hanya berselang seminggu setelah Maduro yang hendak
digulingkan oposisi melakukan perjalanan ke Moskow untuk bertemu dengan
Putin.
Para pengamat internasional menduga hubungan Putin dan Maduro didasarkan pada keuangan ketimbang persahabatan. Mengutip laporan The Sun,
Kremlin memiliki dana senilai 13 miliar poundsterling yang dipinjamkan
untuk menopang kekuasaan Maduro. Uang Rusia itu bisa hilang jika Maduro
dilengserkan dari kekuasaan.
Pemerintah Rusia maupun Venezuela belum berkomentar atas tuduhan politisi AS tersebut.
CB, Washington – Menteri Pertahanan interim Amerika Serikat, Patrick Shanahan mengatakan negaranya membuat perencanaan menyeluruh mengenai Venezuela.
Pemerintah
AS telah menyiapkan berbagai rencana darurat untuk skenario berbeda.
Saat ini, fokus utama pemerintah adalah tekanan diplomatik dan ekonomi.
AS mendesak Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, untuk mundur.
“Kami
mengerjakan ini sebagai pemerintahan menyeluruh dan ketika orang-orang
mengatakan ada semua opsi di meja, memang seperti itu. Tapi kami bekerja
untuk mengenakan tekanan diplomatik dan ekonomi,” kata Shnahan di DPR
AS seperti dilansir Reuters pada Rabu, 1 Mei 2019.
Shanahan
mengatakan pemerintah AS telah membuat perencanaan menyeluruh,”Sehingga
tidak ada situasi atau skenario yang tidak ada rencana daruratnya.”
Seperti dilansir Channel News Asia,
tokoh oposisi Venezuela, Juan Guaido, menyerukan aksi unjuk rasa ke
jalan pada peringatan Hari Buruh pada 1 Mei 2019 untuk menjatuhkan
Presiden Nicolas Maduro, yang dianggap curang pada pemilu 2018.
Guaido
telah menobatkan dirinya sebagai Presiden interim Venezuela pada
Januari 2018. Dia mendesak agar militer meninggalkan Maduro dan
bergabung dengan gerakannya.
Upaya Guaido menyerukan aksi massa untuk menekan Maduro
mundur pada 1 Mei 2019 dinilai kurang berhasil. Dia mengatakan akan
terus menggerakkan massa pada keesokan harinya untuk menekan Maduro
mundur. Maduro membantah ada kudeta militer dan menyebut Guaido bekerja
atas arahan AS.
MOSKOW
- Rusia memperingatkan Amerika Serikat (AS) bahwa langkah agresif
Washington terhadap Venezuela penuh dengan konsekuensi serius.
Peringatan itu disampaikan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov
kepada koleganya dari AS, Mike Pompeo. "Hanya rakyat Venezuela yang
memiliki hak untuk menentukan nasib mereka, yang diperlukan dialog
antara semua kekuatan politik di negara itu, dan pemerintah Venezuela
telah lama menyerukan hal itu," kata Lavrov, menurut pernyataan yang
dipublikasikan di situs Kementerian Luar Negeri Rusia.
"Tekanan
destruktif dari luar, terutama kekuatan, tidak ada hubungannya dengan
proses demokrasi," sambung pernyataan itu seperti dikutip dari Sputnik, Kamis (2/5/2019).
Lavrov
melakukan pembicaraan dengan Pompeo melalui telepon pada Rabu, sehari
setelah pemimpun oposisi Venezuela Juan Guaido mengumumkan awal dari
'fase terakhir' upaya oposisi untuk merebut kekuasaan dari tangan
Presiden Nicolas Maduro.
Sebelumnya,
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan sementara AS lebih suka
melihat transisi damai di Venezuela, Washington tidak akan mengambil
opsi militer.
"Tindakan militer adalah mungkin. Jika itu yang diperlukan, itulah yang akan dilakukan Amerika Serikat," kata Pompeo.
Sebelumnya,
kementerian luar negeri Rusia menolak klaim Pompeo bahwa Moskow
meyakinkan Presiden Nicolas Maduro untuk tidak melarikan diri dari
negaranya ke Kuba. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria
Zakharova menyebut klaim itu 'palsu' yang hanya bagian dari perang
informasi AS yang ditujukan terhadap negara Amerika Latin itu.
Para
pejabat Venezuela juga menolak klaim Pompeo itu sebagai "berita palsu,"
dan menambahkan dengan menunjukkan gagalnya aksi demonstrasi sebagai
upaya kudeta yang didukung oleh AS.
Pada hari Selasa, oposisi
Venezuela berkumpul di Caracas, menyerukan militer untuk bergabung
dengan mereka untuk "tahap akhir" kampanye "Operasi Kebebasan" untuk
menggulingkan pemerintah Maduro. Bentrokan antara oposisi dan pasukan
keamanan menyebabkan setidaknya 69 orang terluka, dan mendorong Presiden
Maduro untuk mengumumkan di televisi bahwa ia telah menunjuk jaksa
penuntut untuk menyelidiki percobaan kudeta di negara itu.
Anggota
parlemen Majelis Nasional Juan Guaido menyatakan dirinya sebagai
presiden sementara Venezuela pada 23 Januari, dua minggu setelah
pelantikan Presiden Maduro untuk masa jabatan kedua setelah pemilihan
umum pada Mei 2018. Guaido segera diakui oleh AS dan sekutu-sekutu
Amerika Latin dan Eropa, serta Kanada. Sementara Rusia, China, dan
puluhan negara lain menyuarakan dukungan mereka untuk Maduro, atau
mendesak tidak campur tangan dalam urusan internal Venezuela.
Menlu Mike Pompeo menyatakan bahwa
pemerintahan Presiden Donald Trump siap untuk mengambil tindakan militer
demi mencegah krisis terjadi di Venezuela. (Reuters/Joshua Roberts)
Jakarta, CB -- Menteri Luar Negeri Amerika
Serikat Mike Pompeo menyatakan bahwa pemerintahan Presiden Donald Trump siap untuk mengambil tindakan militer demi mencegah krisis terjadi di Venezuela.
"Presiden
sangat jelas dan konsisten. Tindakan militer mungkin dilakukan. Jika
itu yang diperlukan, itulah yang akan dilakukan Amerika Serikat,"
katanya kepada Fox Business Network, Rabu (1/5).
Sementara,
menurut Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih John Bolton, Pompeo
sendiri telah dijadwalkan untuk berbicara dengan rekannya dari Rusia di
tengah ketegangan atas situasi politik di Venezuela.
Pompeo
sebelumnya menuduh Rusia melakukan intervensi ketika Presiden Venezuela
Nicolas Maduro siap untuk meninggalkan negara itu dalam menghadapi
seruan atas pemberontakan pemimpin oposisi Juan Guaido, pada Selasa
(30/4).
Bolton mengatakan kepada CNN dan Fox News bahwa Pompeo berencana untuk berbicara dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.
Di
Venezuela sendiri, ribuan masyarakat turun ke jalan seperti yang
dikatakan Guaido sebagai demo terbesar dalam sejarah negara itu, sehari
setelah ia menyerukan agar militer menggulingkan Presiden Nicolas
Maduro.
Dalam upaya mendapatkan dukungan dari angkatan
bersenjata, Guaido muncul pada Selasa (30/4) pagi di luar pangkalan
angkatan udara Caracas dengan lusinan anggota Garda Nasional. Hal itu
sempat memicu protes keras selama satu hari dan menyebabkan lebih dari
100 orang terluka.
Namun menurut laporan AFP, tak ada tanda-tanda pembelotan nyata dari pimpinan angkatan bersenjata.
"Hari
ini kita lanjutkan," kata Guaido dalam sebuah unggahan di Twitter Rabu
pagi. "Kami akan terus berjalan dengan kekuatan lebih dari sebelumnya,
Venezuela."
Ketegangan di Venezuela yang dilanda krisis semakin memuncak dan
memasuki titik kritis pada tahun ini usai Guaido mengatakan pada Januari
lalu bahwa ia adalah presiden di bawah konstitusi. Sebelum pengumuman
itu, ia adalah ketua Majelis Nasional yang dikuasai oleh oposisi.
Guaido mengatakan Maduro kembali menjadi presiden dengan cara yang curang pada pemilu tahun lalu.
Kepemimpinan
Maduro menghasilkan krisis pada Venezuela dalam beberapa tahun terakhir
hingga kekacauan di penjuru negeri akibat kegagalan menyediakan pasokan
medis dan kebutuhan dasar sebagian besar penduduknya.
Seiring
dengan pernyataan Guaido yang menyebut angkatan bersenjata telah
merapatkan barisan kepadanya, pemerintah Venezuela bersumpah akan
membatalkan apa pun tindakan yang disebut sebagai upaya kudeta.
Posisi
Guaido sendiri diakui oleh Amerika Serikat dan sekitar 50 pemerintahan
negara lainnya. Namun Moskow, bersama China, berada di sisi Maduro.
Selain
menyebut Juan Guaido mengobarkan kekerasan dan meminta ada perundingan,
Rusia juga menyebut Amerika Serikat memiliki niat khusus berupa
pergantian rezim di Venezuela.
ANKARA
- Presiden Turki mengutuk pemberontakan di Venezuela yang dipimpin oleh
tokoh oposisi Juan Guaido. Erdogan pun membagikan pengalamannya dengan
mengatakan Turki telah mengalami konsekuensi negatif yang disebabkan
oleh kudeta.
Erdogan, sekutu dari Presiden Venezuela Nicolas
Maduro, mengungkapkan bagaimana Turki secara historis berjuang
menghadapi kudeta dan memperingatkan konsekuensi negatif dari
pemberontakan tersebut. Pernyataan itu muncul setelah video rekaman
kendaraan militer menghantam para demonstran.
"Seluruh dunia
harus menghormati pilihan demokratis rakyat di Venezuela," tulisnya di
Twitter, menambahkan bahwa Turki dengan tegas mengutuk kudeta seperti
dikutip dari Russia Today, Rabu (1/5/2019).
Maduro,
pemimpin dunia pertama yang menyatakan dukungan untuk Erdogan setelah
upaya kudeta Turki pada tahun 2016 gagal, terpilih kembali sebagai
presiden Venezuela pada tahun 2018. Namun beberapa bulan kemudian
pemimpin oposisi yang didukung Amerika Serikat (AS) Juan Guaido menyebut
kepresidenannya tidak sah, dan pada hari Selasa pagi menyatakan ia
memiliki dukungan militer dalam "tahap akhir" dari langkahnya untuk
menggulingkan pemimpin negara itu.
Sekitar 50 negara termasuk AS
dan Brazil, serta beberapa negara Eropa, mengakui Guaido sebagai
presiden sementara negara Amerika Latin itu. Di tengah adegan bentrokan
yang tersebar luas di Caracas pada hari Selasa, Presiden Bolivia Evo
Morales menegaskan kembali dukungannya untuk Maduro, sementara pemimpin
Kolombia Ivan Duque mendesak Venezuela untuk mendukung Guaido. Rusia,
China, dan Iran sebelumnya juga mendukung suksesor Hugo Chavez itu.
CARACAS
- Pemimpin oposisi Venezuela, Juan Guaido, merilis sebuah video yang
mendesak tentara untuk bergabung dengan aksi protes untuk menggulingkan
Presiden Nicolas Maduro.
Dalam rekaman itu, Guaido dikelilingi
oleh orang-orang berseragam militer. Sosok yang memproklamirkan diri
sebagai presiden sementara Venezuela itu mengklaim telah mendapatkan
dukungan dari militer Venezuela. Ia akan menyerukan "tahap akhir" dari
aksi protes.
Rekaman itu menunjukkan Guaido, dikelilingi oleh
orang-orang berseragam militer, mengklaim bahwa ia telah menerima
dukungan dari Tentara Venezuela, yang akan menyerukan "tahap akhir" dari
protes.
Guadio
menekankan bahwa rakyat Venezuela akan bertempur dalam perjuangan tanpa
kekerasan untuk mengasumsikan kompetensi pemerintah.
Menariknya,
Guaido mengaku merekam video itu di Pangkalan Udara La Carlota. Namun,
kantor berita Reuters melaporkan ia terlihat di jalan raya Caracas di
sebelah pangkalan militer seperti dikutip dari Sputnik, Rabu (1/5/2019).
Guaido
terakhir kali mengeluarkan seruan kepada rakyat Venezuela adalah tepat
sebelum pemadaman listrik besar-besaran terjadi di negara itu. Pihak
pemerintah Venezuela mengatakan pemadaman terjadi akibat sabotase
terhadap sebuah pembangkit listrik terbesar di negara itu.
Seperti
diwartakan sebelumnya, upaya kudeta oleh massa oposisi sedang
berlangsung di Venezuela, Selasa (30/4/2019) waktu setempat. Beberapa
kendaraan lapis baja bermunculan di jalan di Caracas dan salah satunya
menabrak para demonstran oposisi yang dianggap sebagai perusuh.
Belum
jelas apakah insiden tersebut mengakibatkan korban jiwa atau tidak.
Setidaknya satu orang terbaring di jalan setelah insiden tersebut. Tidak
jelas juga, siapa sebenarnya yang berada di belakang kemudi kendaraan
militer tersebut.
Insiden itu terjadi di tengah laporan adanya bentrok antar-kelompok yang berseteru di Garda Nasional Venezuela di Caracas.
Puluhan Mata-Mata CIA Telah Terbunuh Di China (Antara)
Washington (CB) - Seorang mantan perwira CIA mengaku bersalah
telah berkonspirasi untuk membocorkan rahasia intelijen dan pertahanan
Amerika Serikat kepada China, ungkap Departemen Kehakiman pada Rabu.
Kasus tersebut menjadi yang ketiga dalam kurun waktu kurang dari setahun.
Jerry Chun Shing Lee, pada 2010 dihubungi oleh dua agen intelijen China,
yang menawarkan pembayaran 100.000 dolar AS kepadanya. Ia juga akan
diberikan perlindungan "seumur hidup" sebagai imbalan atas informasi
yang ia berikan sebagai agen CIA, demikian pernyataan Departemen
Kehakiman.
Lee meninggalkan CIA pada 2017 dan pindah ke Hong Kong.
Ratusan ribu dolar AS pun mengalir ke rekening pribadi pria berusia 54 tahun tersebut sejak 2010 hingga 2013.
Pernyataan kementerian menyebutkan bahwa Lee telah menyimpan data
berisikan informasi rahasia tentang aktivitas, lokasi serta jadwal
operasi rahasia CIA di komputer miliknya.
Penggeledahan FBI pada 2012 di kamar hotel Honolulu, yang dipesan atas
nama Lee, juga menemukan catatan tangan milik Lee. Catatan tersebut
menjelaskan pekerjaannya sebagai agen CIA sebelum 2004.
"Catatan ini mencakup intelijen dari aset CIA, nama asli aset, lokasi
rapat operasional, nomor telepon serta informasi tentang fasilitas
rahasia," kata pernyataan itu.
Tentara Arab Saudi berjaga di pos perbatasan dengan Yaman, Senin (6/4).
Foto: Reuters/Faisal Al Nasser
Tahun lalu Jerman hentikan sementara ekspor senjata dan program pelatihan Arab Saudi.
Jerman
akan kembali melanjutkan kerja sama militer dengan Arab Saudi berupa
pelatihan militer di Jerman, kata kantor berita Jerman DPA. Lima tentara
Saudi menurut rencana akan memulai kursus pelatihan perwira bulan Juli
di Bundeswehr.
Sementara dua perwira lain akan
menerima pelatihan dengan angkatan udara Jerman. Tujuh prajurit Saudi
lainnya akan mendapat kursus bahasa Jerman untuk persiapan memulai
pelatihan perwira pada tahun 2020.
Pelatihan ini merupakan bagian dari perjanjian kerja sama yang
dibuat pada 2016 selama kunjungan resmi Menteri Pertahanan Jerman
Ursula von der Leyen ke Riyadh. Tahun lalu, Jerman menghentikan untuk
sementara ekspor senjata ke Arab Saudi dan program pelatihan.
Hal
ini menyusul pembunuhan terhadap jurnalis Saudi Jamal Khashoggi di
konsluat Arab Saudi di Turki. Namun Jerman baru-baru ini mencabut
embargo untuk komponen militer tertentu setelah tekanan Prancis dan
Inggris.
Memalukan
Jerman
empat tahun lalu juga pernah menghentikan ekspor senjata ke Arab Saudi.
Kala itu Arab Saudi dan Uni Emirat Arab melibatkan diri dalam perang
brutal di Yaman, yang berlangsung hingga saat ini. PBB menyebut perang
di Yaman sebagai "bencana kemanusiaan terbesar dunia saat ini."
Karena
itu, kalangan oposisi di parlemen menyebut kebijakan pemerintah Jerman
untuk melanjutkan kerja sama militer dengan Arab Saudi sebagai
"permainan yang memalukan".
Secara keseluruhan,
Jerman tahun 2018 mengekspor lebih sedikit senjata ke seluruh dunia
dibandingkan tahun sebelumnya. Tetapi ekspor senjata ke Arab Saudi dan
Turki meningkat, antara lain karena ada kesepakatan penjualan senjata ke
Arab Saudi yang telah ditandatangani tahun sebelumnya.
Jaksa Agung AS, Bill Barr, menolak bersaksi di
hadapan Dewan Perwakilan terkait laporan penyelidik khusus dugaan
intervensi Rusia dalam pemilihan umum 2016, Robert Mueller.
(Reuters/Aaron P. Bernstein)
Jakarta, CB -- Jaksa Agung Amerika Serikat, Bill Barr, menolak memberikan kesaksian di hadapan Dewan Perwakilan terkait laporan penyelidik khusus dugaan intervensi Rusia dalam pemilihan umum 2016, Robert Mueller.
Ketua
Komite Kehakiman Dewan Perwakilan AS, Jerry Nadler, mengatakan bahwa
Barr menolak bersaksi jika komite pimpinannya memasukkan sejumlah
pengacara ke dalam tim yang bakal mendengar keterangannya.
"Dia takut harus menghadapi jaksa yang berpengalaman," ujar Nadler sebagaimana dikutip AFP.
Kementerian
Kehakiman AS kemudian menyatakan bahwa Barr menolak hadir di hadapan
Dewan Perwakilan setelah Nadler mengizinkan para pengacara itu untuk
melontarkan pertanyaan.
"Sayangnya, setelah jaksa agung
bersedia memberikan kesaksian, Nadler memberikan sejumlah syarat dalam
sidang Komite Kehakiman yang tidak perlu," ujar juru bicara Kementerian
Kehakiman AS, Kerri Kupec.
Namun, Kupec kemudian menyatakan, "Jaksa agung masih mau terlibat
langsung dengan anggota [dewan] terkait pertanyaan mereka soal laporan
itu dan bersedia bekerja sama dengan komite untuk permintaan pemeriksaan
lebih lanjut."
Selain menolak bersaksi, Barr juga tak mau
merilis laporan penuh Mueller. Nadler pun mengancam bakal merilis
panggilan resmi atas Barr.
Barr diminta memberikan keterangan di
hadapan Dewan Perwakilan setelah ia bersaksi di Senat. Dalam sesi dengar
pendapat tersebut, Barr dituduh "mencuci" laporan Mueller dan berupaya
mengelabui para pembuat kebijakan.
Barr memang dikecam karena
hanya memberikan rangkuman hasil laporan penyelidikan Mueller. Dalam
ringkasan yang ia tulis sendiri itu, Barr menjelaskan bahwa Mueller tak
menemukan bukti kolusi antara Presiden Donald Trump dan Rusia.
Mueller juga tak memiliki bukti cukup untuk membuktikan Trump berupaya menghalangi proses investigasi.
Namun,
Mueller menekankan bahwa walau tak ada bukti cukup, bukan berarti Trump
terbebas dari segala tuduhan soal menghalangi upaya penyelidikan.
Sejumlah
pihak, terutama kubu Partai Demokrat, lantas meminta Barr merilis hasil
laporan penuh Mueller karena ringkasan saja tidak cukup.
Laporan lengkap itu kini sudah dirilis dan masih didalami oleh sejumlah pihak.
Petugas polisi berusaha mengamankan peserta aksi May Day 2019 di Paris, 1 Mei 2019. (REUTERS/Philippe Wojazer)
Jakarta, CB -- Peringatan Hari Buruh Internasional (May Day) di sejumlah negara diwarnai kerusuhan.
Salah
satunya di Rusia di mana sekitar dua ribuan demonstran di kota Saint
Petersburg dibubarkan dan puluhan di antaranya diamankan polisi setelah
meneriakkan slogan-slogan kritis terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin.
Seperti dikutip dari AFP,
setidaknya sebanyak 60 orang demonstran di kota tersebut ditahan
polisi. Di antara dua ribuan demonstran May Day itu, salah satunya
adalah pendukung pemimpin oposisi Alexei Navalny.
Selama
pawai, demonstran anti-Kremlin ini mengangkat potret Putin dan
meneriakkan kata-kata seperti 'Putin pencuri!' serta 'Ini kota kami! di
tengah kehadiran polisi yang semakin ketat.
"Mereka melindungi si bandit Putin," kata Galina Onishchenko, 70 tahun, sambil menunjuk mobil tahanan.
Kerasnya slogan-slogan anti-Putin selama unjuk rasa, membuat beberapa dari mereka akhirnya ditahan polisi.
Peringatan
May Day pun terjadi di ibu kota Rusia, Moskow. Di mana para demonstran
menyuarakan ketidakpuasan atas berlangsungnya pemerintahan selama
beberapa tahun terakhir.
Tidak hanya di Rusia, kerusuhan selama
aksi May Day pun terjadi di Paris, Perancis. Berdasarkan laporan AFP,
Polisi anti huru-hara terlibat bentrok dengan pengunjuk rasa
antikapitalis dan menembakkan gas air mata untuk membubarkan ribuan
orang yang berkumpul demi pawai May Day di selatan kota.
Para
demonstran yang menggunakan hoodie dan rompi kuning membalas polisi
antihuru-hara itu dengan melempar puing atau benda apapun ke arah
petugas.
Bentrokan memuncak saat ratusan aktivis yang disebut
'blok hitam' mendorong ke depan kerumunan yang berkumpul di Montparnasse
Boulevard, sekitar 90 menit sebelum pawai May Day dimulai.
KRI Tjiptadi-318 saat diprovokasi oleh
kapal pengawas Vietnam yang terjadi pada Sabtu (27/4/2019) di Laut
Natuna Utara dalam wilayah ZEE Indonesia (ANTARA/dokumentasi video/aa)
Jakarta (CB) - Guru Besar Hukum Internasional Universitas
Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana mengatakan pemerintah Indonesia dan
Vietnam harus membuat aturan-aturan bila otoritas saling berhadapan
atau rules of engagement untuk menghindari insiden yang mungkin terjadi di wilayah Laut Natuna Utara.
"Insiden yang terjadi di Wilayah Laut Natuna Utara karena adanya klaim
tumpang tindih antara Indonesia dengan Vietnam atas Zona Ekonomi
Eksklusif (ZEE)," ujar Hikmahanto melaui pesan singkat di Jakarta,
Senin.
Pendapat tersebut disampaikan terkait insiden yang terjadi di Laut
Natuna Utara antara kapal TNI AU KRI Tjiptadi 381 dan kapal otoritas
perikanan Vietnam pada Sabtu (27/4).
Hikmahanto berpendapat bahwa kejadian itu terjadi karena TNI AU merasa
berwenang melakukan penangkapan terhadap kapal nelayan Vietnam, namun di
sisi lain otoritas Vietnam dengan kapal penjaga pantainya merasa KRI
Tjiptadi 381 tidak berwenang melakukan penangkapan.
Dari klaim tumpang tindih itu kedua otoritas menyatakan diri berwenang
yang kemudian menyebabkan insiden penabrakan oleh kapal penjaga pantai
Vietnam yang ingin membebaskan kapal nelayannya dari penangkapan oleh
KRI Tjiptadi 381.
Untuk menghindari kejadian seperti ini berulang, pemerintah yang
memiliki klaim tumpang tindih harus membuat aturan-aturan bila otoritas
saling berhadapan.
"Sayangnya, aturan seperti demikian belum ada di antara negara ASEAN yang memiliki klaim tumpang tindih," ujar Hikmahanto.
Pakar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
Ia mengatakan ZEE bukanlah laut teritorial dimana berada di bawah kedaulatan negara (state sovereignty). ZEE merupakan laut lepas dimana negara pantai mempunyai hak berdaulat (sovereign right) atas sumber daya alam yang ada di dalam kolom laut.
Hingga saat ini, kedua negara belum memiliki perjanjian batas ZEE.
Akibatnya, nelayan Vietnam bisa menangkap di wilayah tumpang tindih dan
akan dianggap sebagai penangkapan secara ilegal oleh otoritas Indonesia.
Demikian pula sebaliknya.
"Beruntung, awak KRI Tjiptadi 381 tidak terprovokasi untuk memuntahkan peluru," kata Hikmahanto.
Dalam hukum internasional terlepas dari siapa yang benar atau yang
salah, pihak yang memuntahkan peluru terlebih dahulu akan dianggap
melakukan tindakan agresi.
"Dalam insiden ini, pemerintah Indonesia melalui Kemlu dapat melakukan
protes dengan cara memanggil Duta Besar Vietnam. Protes bukan atas
pelanggaran masuknya kapal nelayan dan kapal otoritas Vietnam ke ZEE
Indonesia mengingat wilayah tersebut masih disengketakan. Protes
dilakukan atas cara kapal coast guard Vietnam yang hendak menghentikan KRI Tjiptadi 381 dengan cara penabrakan," ujar dia.
Hikmahanto mengungkapkan penyelesaian atas insiden ini harus dilakukan
melalui saluran diplomatik antara kedua negara dan tidak perlu dibawa ke
Lembaga Peradilan Internasional.
"Membawa ke Lembaga Peradilan Internasional memiliki kompleksitas.
Pertama akan sangat memakan biaya yang akan melebihi biaya yang diderita
oleh KRI Tjitadi 381, terlebih antarnegara ASEAN sudah seharusnya
menyelesaikan sengketa dengan mengedepankan cara-cara musyawarah untuk
mufakat," kata dia.