Kamis, 30 Agustus 2018

Israel Atur Ulang Strategi Usai Suriah-Iran Jalin Perjanjian

Israel Atur Ulang Strategi Usai Suriah-Iran Jalin Perjanjian
Israel tengah mengatur ulang strategi militer mereka menghadapi Iran setelah negara itu meneken kerja sama keamanan dengan Suriah. (REUTERS/Dan Balilty)



Jakarta, CB -- Israel memutuskan memperbaharui strategi mereka untuk menyerang target militer Iran di Suriah setelah kedua negara berpenduduk Muslim itu menandatangani perjanjian kerja sama keamanan.

"IDF [Pasukan Pertahanan Israel] akan melanjutkan mengambil aksi kuat dan tegas terhadap upaya Iran untuk menempatkan pasykan dan sistem persenjataan canggih di Suriah," kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Kamis (30/8) dini hari waktu Indonesia.

"Tidak ada kesepakatan antara Suriah dan Iran yang akan menghalangi kami, tidak ada ancaman yang menakutkan bagi kami," lanjutnya.



Atase militer Iran untuk Damaskus sebelumnya mengatakan bahwa penasihat militer negaranya akan tetap di Suriah di bawah perjanjian pertahanan yang telah disepakati hari sebelumnya.

"Mendukung integritas wilayah Suriah dan kemerdekaan kedaulatan Suriah juga ditekankan dalam perjanjian," kata Brigadir Jenderal Abolghasem Alinejad.

Tehran telah menyediakan dukungan politik, keuangan, dan militer yang stabil untuk Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam perlawanannya menghadapi separatis selama tujuh tahun terakhir.

Israel juga berusaha menghindari keterlibatan langsung dalam konflik namun mengakui melakukan berbagai serangan udara di Suriah.


Tindakan serangan Israel itu dilakukan atas nama menghentikan upaya pengiriman persenjataan canggih ke Hizbullah. Negara Yahudi itu juga berjanji untuk mencegah Iran memasuki lebih jauh militer Suriah.

"Kami tengah bekerja mencegah Iran dari mendirikan kehadiran militernya di Suriah," kata Netanyahu.

"Kami tidak akan menyerah dalam mengejar tujuan ini, sama seperti ketika kami tidak menyerah membawa tentang pembatalan perjanjian nuklir buruk dengan Iran," lanjutnya.





Credit  cnnindonesia.com



Khamenei Sebut Iran Bisa Keluar dari Perjanjian Nuklir


 Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei
Foto: AP

Iran diminta tidak tergantung pada Eropa untuk menyelamatkan perjanjian nuklir.



CB, TEHERAN -- Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei  menyampaikan keraguan atas kemampuan negara Eropa menyelamatkan perjanjian nuklir Iran. Perjanjian tersebut terancam setelah Amerika Serikat menarik diri dari kesepakatan tersebut.


Khamenei menyatakan Teheran mungkin meninggalkan perjanjian tersebut. Khamenei memperingatkan Presiden Hassan Rouhani tidak bergantung terlalu banyak pada dukungan Eropa. Apalagi, Rouhani mendapat tekanan di dalam negeri atas penanganan ekonomi menghadapi sanksi AS dan jabatan menteri kunci mendapat serangan parlemen.

Setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan Washington mundur dari perjanjian internasional itu, kekuatan Eropa berebut menjamin Iran akan memperoleh keuntungan ekonomi. Hal itu supaya Iran tetap dalam perjanjian nuklir tersebut.

"Tak ada masalah dengan perundingan-perundingan dan berhubungan dengan negara-negara Eropa, tetapi Anda jangan terlalu berharap pada mereka tentang isu ekonomi atau perjanjian nuklir," ujar Khamenei.

"Perjanjian nuklir itu alat, bukan tujuan, dan jika kita sampai pada kesimpulan ini bahwa hal ini bukan merupakan kepentingan nasional kita, kita bisa tinggalkan," kata Khamenei.

Khamenei menetapkan serangkaian syarat pada Mei bagi kekuatan-kekuatan Eropa jika mereka menginginkan Teheran tetap dalam perjanjian itu. Syarat-syarat tersebut mencakup langkah-langkah oleh bank Eropa untuk menjaga perdagangan dengan Teheran dan menjamin penjualan minyak Iran.

Saat berbicara pada pertemuan yang sama pada Rabu, Khamenei mengatakan Teheran tidak akan berunding dengan para pejabat AS untuk mencapai perjanjian baru mengenai program nuklirnya. Hal itu karena dia menilai Washington "ingin membanggakan diri mereka bisa membawa Iran mau ke meja perundingan".

Khamenei mengatakan kepada Rouhani dan kabinetnya untuk bekerja "siang dan malam" memecahkan masalah-masalah ekonomi yang mencakup jatuhnya mata uang rial dan meningkatnya pengangguran. Namun, pada saat bersamaan, ia tampaknya mengimbau parlemen tidak menekan terlalu besar Rouhani, yang dicecar pertanyaan mengenai kinerja ekonomi. Pejabat seharusnya bersatu melawan tekanan AS, katanya, karena menyiarkan perbedaan hanya akan membuat bangsa lebih tidak senang.




Credit  republika.co.id




Khamenei Sebut Eropa Tidak Bisa Selamatkan Kesepakatan Nuklir


Khamenei Sebut Eropa Tidak Bisa Selamatkan Kesepakatan Nuklir
Penasihat spiritual tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei. Foto/Istimewa

TEHERAN - Iran harus berhenti berharap bahwa Eropa dapat menyelamatkan kesepakatan nuklir internasional yang dihancurkan oleh penarikan Amerika Serikat (AS). Hal itu dikatakan oleh pemimpin spiritual tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. Ia pun mengisyaratkan negaranya akan keluar dari kesepakatan tersebut.

"Tidak ada masalah dengan melanjutkan hubungan dan negosiasi dengan Eropa, tetapi harapan harus ditinggalkan mengenai hal-hal seperti kesepakatan nuklir," kata Khamenei dalam pertemuan dengan Presiden Hassan Rouhani dan anggota kabinetnya.

"Kesepakatan bukanlah akhir tetapi sarana dan tentu saja, jika kita sampai pada kesimpulan bahwa alat ini tidak memungkinkan kita untuk berdiri dengan kepentingan nasional kita, kita akan mengesampingkannya," imbuhnya seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (30/8/2018).

Komentar itu menunjukkan kesabaran mulai habis di Iran karena dimulainya kembali sanksi AS telah memperpanjang kemerosotan dalam mata uang. Sanksi AS juga memaksa perusahaan-perusahaan besar global mundur dari rencana investasi untuk Iran, dan memberanikan kritik konservatif terhadap Presiden Hassan Rouhani.

Upaya untuk menopang pakta nuklir ini terus berlanjut. Jerman dan Prancis pekan ini mengatakan mereka sedang berupaya mencari solusi untuk menghindari sanksi AS terhadap negara-negara seperti Iran, termasuk kemungkinan peran bank-bank sentral. Diskusi, yang juga melibatkan Inggris, adalah sinyal bahwa kekuatan Eropa mencoba untuk serius menunjukkan tingkat kemandirian yang lebih besar dari AS ketika Presiden Donald Trump mengejar agenda "American first" nya. 



Credit  sindonews.com




Rusia-Cina-Mongolia Latihan Perang Terbesar di Dunia, untuk Apa?


Kantor berita Rusia, TASS (edisi 27 Maret 2017) menulis bahwa Pasukan Rudal Strategis melakukan latihan di markas besar di Vladimir, Rusia Tengah. Sebanyak 3.000 pasukan dan 200 perangkat keras militer terlibat dalam latihan ini. Vladimir Smirnov/TASS
Kantor berita Rusia, TASS (edisi 27 Maret 2017) menulis bahwa Pasukan Rudal Strategis melakukan latihan di markas besar di Vladimir, Rusia Tengah. Sebanyak 3.000 pasukan dan 200 perangkat keras militer terlibat dalam latihan ini. Vladimir Smirnov/TASS

CB, Jakarta - Rusia, Cina dan Mongolia segera menggelar latihan perang bersama yang diklaim terbesar di dunia sejak Perang Dingin. Latihan perang dengan nama sandi Vostok-2018 atau East 18 akan berlangsung pada 11-15 September 2018.
Menurut laporan South China Morning Post, Rabu, 29 Agustus 2018, latihan perang yang digagas Rusia ini akan mengerahkan 300 ribu tentara dan 1.000 pesawat tempur.

Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu mengatakan, latihan perang ini mirip dengan latihan perang yang diadakan di masa Soviet berkuasa pada September 1981 yang diberi nama Zapad-81 atau West 81.

"Ini akan mengulangi Zapad-81, namun dalam beberapa hal lebih besar," kata Shoigu kepada beberapa kantor berita Rusia.
Latihan perang Rusia bersama Cina dan Mongolia hadir tak lama setelah Rusia dikenai sanksi oleh Amerika Serikat dan tuduhan Rusia terlibat dalam penyerangan racun saraf Novichok, dan hubungan dengan negara-negara Barat yang berada di titik terendah sejak Perang Dingin.

Menurut juru bicara NATO, Dylan White, latihan perang Vostok-2018 akan diadakan di sebelah timur Pegunungan Ural. Moskow, ujarnya, tidak berkewajiban untuk memberitahu negara-negara Barat atau mengundang para pengamat dari Organisasi Kerja Sama Keamanan di Eropa, meskipun undangan telah disebarkan ke atase militer.

Kapal perang Rusia meluncurkan persenjataan anti-rudal dalam latihan sebelum parade Navy Day di pelabuhan timur jauh Vladivostok, Rusia, 30 Juli 2016. REUTERS/Yuri Maltsev
"Latihan perang ini menunjukkan Rusia semakin menonjolkan diri, secara signifikan meningkatkan bujet pertahanannya dan kehadiran militernya," kata White.

Adapun juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan, pendanaan untuk latihan perang ini telah disahkan, dibutuhkan, dan satu-satunya opsi sekalipun Rusia menghadapi masalah ekonomi.

Rusia di bawah kepemimpinan Vladimir Putin telah melakukan pembaruan peralatan militernya secara masif dan memodernisasi pasukannya seperti yang telah ditunjukkan dalam perang Suriah untuk mendukung presiden Bashar al-Assad.
Shoigu mendetailkan tentang latihan perang yang disebut belum pernah terjadi sebelumnya, baik dalam hal skala area yang akan dicakup maupun jumlah pasukan militer yang dikerahkan.
"Lebih dari 1.000 pesawat, hampir 300 ribu pasukan dan jarak tempat yang hampir mencakup distrik di Timur hingga Pusat, akan ikut serta," kata Shoigu.

Shoigu kemudian mengajak media membayangkan seberapa besar peralatan perang akan dilibatkan.
"Bayangkan 36 ribu jenis perlengkapan militer bergerak bersama-sama dalam waktu yang sama, tank, kendaraan pengangkut personil bersenjata, kendaraan tempur infantri. Dan semua ini, tentunya, dalam kondisi kemungkinan sangat mirip dengan berperang," ujar Shoigu.

Ilustrasi latihan militer Rusia. AP Photo
Pasukan Rusia pada pekan lalu telah melakukan pemeriksaan untuk kesiapan bertempur. Rusia juga telah mengirimkan sekitar 30 pesawat tempurnya ke timur Siberia untuk bersiap," ujar Kementerian Pertahanan.
Pasukan Cina juga sudah tiba di Rusia dengan mengendarai kereta. Mereka dilengkapi dengan peralatan perang di wilayah timur Danau Baikal.
Latihan perang ini, selain untuk menguji keterampilan militer juga untuk menunjukkan kepada musuh bagaimana Rusia bertindak dalam situasi konflik yang nyata.


Credit  tempo.co




AS Peringatkan Rusia dan Suriah Soal Kemungkinan Serangan Idilb


AS Peringatkan Rusia dan Suriah Soal Kemungkinan Serangan Idilb
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Heather Nauert memperingatkan Rusia dan rezim Suriah terhadap potensi serangan di barat laut kota Suriah, Idlib. Foto?Istimewa

WASHINGTON - Amerika Serikat (AS)  memperingatkan Rusia dan rezim Suriah terhadap potensi serangan di barat laut kota Suriah, Idlib. Washington menegaskan, mereka tidak akan mentotelir serangan dalam bentuk apapun di Idlib.

"Kami akan meminta mereka bertanggung jawab dan kami akan meminta pertanggungjawaban mereka atas itu, terutama untuk penggunaan senjata kimia," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Heather Nauert.

"Kami akan mendorong Rusia untuk membuat hal ini sangat jelas bagi Damaskus, bahwa itu (serangan) tidak akan ditoleransi," sambungnya, seperti dilansir Anadolu Agency pada Rabu (29/8).

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, memperingatkan bahwa kemungkinan serangan militer terhadap Idlib akan menjadi sebuah bencana. Dia menegaskan, menjaga zona de-eskalasi di Idlib penting baik dalam hal kemanusiaan dan perjuangan melawan terorisme.

"Memisahkan warga sipil dari para pejuang di Idlib adalah penting bagi semua orang, tetapi solusi melalui kekuatan akan menyebabkan gelombang pengungsi baru dan bencana kemanusiaan," ucap Cavusoglu.

Terletak di dekat perbatasan Turki, Idlib pada bulan Mei lalu ditetapkan sebagai "zona de-eskalasi" di mana tindakan agresi secara tegas dilarang. 





Credit  sindonews.com




Jelang Latihan Perang Terbesar, Putin Pecat 15 Jenderal


Jelang Latihan Perang Terbesar, Putin Pecat 15 Jenderal
Presiden Rusia Vladimir Putin memecat 15 jenderal. Foto/Istimewa

MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin memecat 15 jenderal Rusia jelang latihan militer terbesar dalam empat dasawarsa. Di antara mereka yang dipecat adalah Vladlen Aksenov, Wakil Menteri Kementerian Situasi Darurat Rusia, dan Sergei Koryuchin, Kepala Dinas Penjara Federal di wilayah Omsk Rusia.

Jenderal di Rusia sering dipecat secara berkelompok. Sebelumnya sebelas jenderal dipecat pada April 2018 dan kelompok lainnya dibebastugaskan pada tahun 2016 dan 2017.

Selama putaran pemecatan sebelumnya, beberapa pejabat ditangkap karena korupsi, dan kasus minggu ini tidak berbeda. Setidaknya satu jenderal, Mikhail Begun, Menteri Situasi Darurat di wilayah Tomsk Rusia, juga ditangkap atas tuduhan korupsi karena diduga menerima suap. Para ahli mengatakan mereka menduga akan lebih banyak penangkapan yang akan segera dilakukan.

“Alasan mengapa para jenderal dipecat bervariasi, dan di tahun-tahun sebelumnya mereka telah mencampur alasan mengapa orang tertentu dibebaskan: kehilangan perjuangan birokrasi; pemimpin yang tidak ingin seorang pria menjadi terlalu terikat dalam posisi dan mengubahnya menjadi wilayah kekuasaan; perbedaan kebijakan aktual; atau korupsi yang tidak disetujui,” kata Yuval Weber, seorang ahli Rusia di Daniel Morgan Graduate School dan DMGS-Kennan Institute Fellow di Wilson Center, di Washington.

“Pada poin terakhir, tidak ada seorang pun di atas yang bersih, tetapi kadang-kadang seorang pejabat bisa bertindak terlalu jauh. Ketika seseorang kehilangan perjuangan birokrasi, bukti korupsi juga dapat ditemukan, jadi sulit untuk menceritakan kisah atau penyebabnya tanpa menggali lebih dalam,” imbuhnya seperti dikutip dari Newsweek, Kamis (30/8/2018).

Militer di Rusia umumnya menggunakan pengaruh politik yang signifikan. Menurut laporan terbaru oleh Transparency International Russia, sekitar 20 persen Duma Negara Rusia, badan legislatif Rusia, secara bersamaan bertindak sebagai pelobi bagi militer dan penegak hukum lainnya.

Selain itu, banyak anggota parlemen juga memiliki hubungan mendalam dengan dinas intelijen Rusia dan kementerian dalam negeri.

"Korupsi di Rusia berada di atas dan di luar apa yang bisa dibayangkan seorang pengamat Barat yang normal, bahkan bisa dibayangkan. Sebuah negara yang sangat besar dan berkuasa, itulah akar penyebab korupsi. Mengejar jenderal seperti menata kembali kursi di Titanic," Ariel Cohen, seorang ahli Rusia dan rekan senior di lembaga pemikir yang berbasis di Washington, Atlantic Council.

"Jika kita kembali melalui masa jabatan Putin, itu adalah fenomena biasa dalam hal memotong rumput. Dia percaya dalam memotong rumput secara teratur," imbuhnya.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengumumkan bahwa negara itu akan segera mengadakan latihan militer terbesarnya sejak 1981. Sekitar 300 ribu tentara dan 1.000 pesawat akan berpartisipasi dalam latihan, yang dijuluki Vostok 2018. Latihan akan diadakan pada pertengahan September, dan China serta Pasukan Mongolia diharapkan untuk bergabung.

Jurubicara Kremlin Dmitry Peskov mencatat bahwa latihan perang itu penting bagi pertahanan Rusia di era ketika dunia telah berbalik melawan negaranya. 





Credit  sindonews.com



Koalisi Saudi tak Terima Dituding Bunuh Warga Sipil di Yaman



Sslah satu sudut kota di Yaman, usai perang.
Sslah satu sudut kota di Yaman, usai perang.
Foto: Reuters

Laporan PBB menyebut Koalisi Saudi telah melakukan kejahatan perang di Yaman.




CB, RIYADH -- Koalisi Saudi pada Rabu (29/8) mengecam laporan PBB yang menyebut koalisi melakukan kejahatan perang di Yaman. Menurut koalisi, hasil laporan oleh ahli Dewan HAM PBB itu tidak akurat dan bias.

Laporan yang dirilis sehari sebelumnya mengatakan pemboman di Yaman yang dilakukan koalisi telah menyebabkan banyak korban sipil. Hal itu meningkatkan kekhawatiran tentang proses penargetan koalisi. Selain itu, pembatasan pelabuhan Laut Merah dan bandara Sanaa telah mencabut pasokan penting bagi warga Yaman.

Panel itu juga menyebut Houthi bersalah atas kejahatan perang. Houthi dituduh membatasi akses untuk bantuan kemanusiaan dan mewajibkan tentara anak.

Kelompok Houthi, yang menguasai ibu kota dan sebagian besar wilayah barat negara itu, secara teratur menembakkan rudal ke Arab Saudi selatan. Rudal juga beberapa kali menyasar ibu kota Riyadh atau fasilitas perusahaan minyak negara Aramco.

"Laporan itu memiliki beberapa kesalahan metodologis dan salah mengartikan fakta-fakta konflik. Ini mengabaikan alasan sebenarnya untuk konflik yang merupakan kudeta dari milisi Houthi yang didukung Iran terhadap pemerintah yang sah di Yaman," kata sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh Saudi melalui kantor berita negara SPA.

Arab Saudi memimpin aliansi yang didukung Barat ingin mengembalikan pemerintahan yang diakui secara internasional Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi. Hadi digulingkan dari ibu kota Sanaa oleh Houthi pada 2015.

Laporan itu adalah investigasi pertama PBB tentang kemungkinan kejahatan perang di Yaman, meskipun kelompok-kelompok hak asasi manusia internasional telah secara teratur mendokumentasikan pelanggaran. Itu dirilis menjelang pembicaraan damai PBB antara pemerintah Hadi dan Houthi yang dijadwalkan berlangsung 6 September di Jenewa.

Koalisi mengatakan akan memberikan respons hukum yang komprehensif dan terperinci di lain waktu. Koalisi menolak pernyataan laporan PBB yang menyebut koalisi tidak bekerja sama atau memberikan informasi kepada panel.

Para ahli mengatakan mereka tidak memeriksa AS dan Inggris, yang memasok senjata dan intelijen ke aliansi, atau dukungan Iran untuk Houthi. Tetapi badan-badan PBB lainnya melakukan penelitian itu. Mereka mendesak semua negara untuk membatasi penjualan senjata agar membantu mengakhiri perang.

Menurut PBB, Yaman akan menghadapi krisis kemanusiaan yang paling parah di dunia. Jutaan orang berpotensi kelaparan jika perang mengganggu jalur pasokan yang diperlukan untuk membawa bantuan.

Perang sejauh ini telah menarik perhatian publik yang relatif sedikit di negara-negara Barat. Tetapi tren itu dinilai mulai berubah, terutama karena peran pemerintah Barat dalam memasok senjata ke negara-negara koalisi.

Editorial New York Times pada Rabu mengutuk  "keterlibatan Amerika" dalam korban sipil, termasuk puluhan anak-anak yang tewas awal bulan ini dalam serangan  di bus. Editorial itu mendesak Kongres untuk memotong bantuan militer ke Arab Saudi.

"Arab Saudi dan sekutunya tampaknya memiliki sedikit kompromi tentang pembunuhan anak-anak selama lebih banyak bom dapat dibeli, jadi terserah pada penjual untuk memungkinkan menghentikannya," katanya.

Di Washington pada Selasa, Menteri Pertahanan AS Jim Mattis mengatakan dukungan AS untuk koalisi yang dipimpin Saudi bukan tanpa syarat. Ia mengatakan AS akan terus mendukung aliansi untuk mengurangi dampak pada warga sipil.

Amnesty International menyerukan kepada Washington, London dan negara lain untuk melakukan segala upaya dalam mencegah pelanggaran lebih lanjut. Hal itu termasuk segera menghentikan aliran senjata ke negara itu dan mengakhiri pembatasan sewenang-wenang koalisi pada bantuan kemanusiaan dan impor penting.




Credit  republika.co.id




Pemilu Thailand Diproyeksi Bakal Ditunda Lagi


Sejumlah relawan membersihkan jalan tempat protes anti-pemerintah dengan deterjen dan sapu di Bangkok, Thailand (5/2). Pengunjuk rasa anti-pemerintah mengajukan petisi kepada pengadilan untuk membatalkan pemilu akhir pekan lalu. AP/Wally Santana
Sejumlah relawan membersihkan jalan tempat protes anti-pemerintah dengan deterjen dan sapu di Bangkok, Thailand (5/2). Pengunjuk rasa anti-pemerintah mengajukan petisi kepada pengadilan untuk membatalkan pemilu akhir pekan lalu. AP/Wally Santana

CB, Jakarta - Pemilu Thailand di proyeksi akan kembali diundur. Semula pemilu akan dilakukan pada November 2018, namun muncul sinyalemen pemilu akan mundur menjadi Februari 2019.
"Kami masih mengkonfirmasikan bahwa pemilu akan diselenggarakan pada Februari 2019. Kita akan bicara soal itu nanti jika kami tidak mampu menggelar pemilu. Sekarang ini tidak ada faktor yang membuat kami menyelenggarakan pemilu lebih cepat," kata Perdana Menteri Thailand, Prayut Chan-o-cha.
Dikutip dari theaseanpost.com pada Kamis, 30 Agustus 2018, skeptisme dan frustrasi dirasakan masyarakat Thailand menyusul pemilu yang terus diundur-undur. Thailand sejak kudeta Mei 2014 dipimpin oleh pemerintahan militer atau Junta. Tak lama setelah berkuasa, Pemerintahan Junta menjanjikan pemilu segera digelar, namun faktanya hingga 2018 pemilu yang dijanjikan belum terwujud.
Jajak pendapat yang dilakukan Universitas Suan Dusit Rajabhat, pada 5 Juni - 9 Juni 2018 terhadap 1.130 responden memperlihatkan penyelenggaraan pemilu merupakan topik politik paling panas di Thailand saat ini. Para responden menduga-duga apakah pemilu akan jadi dilakukan

Vitit Muntarbhorn, pakar hak asasi manusia internasional dan profesor hukum di Universitas Chulalongkorn di Bangkok. Sumber: TEMPO/Suci Sekar
Vitit Muntarbhorn, pakar HAM dan profesor hukum dari Universitas Chulalongkorn, Thailand, mengaku juga menantikan pemilu segera diselenggarakan. Pemilu bagi Thailand adalah sebuah transisi dari kudeta 2014.
"Saya harap kami akan menyelenggarakan pemilu dan pemerintahan yang berpihak pada masyarakat sipil berjalan, militer yang mau berpartisipasi dalam pemilu dipersilakan, namun ruang bagi masyarakat sipil harus dihormati dan dikembangkan," kata Muntarbhorn, Rabu, 29 Agustus 2018.
Muntarbhorn enggan berkomentar apakah menyukai pemerintahan Thailand saat ini atau tidak. Namun dia mendorong masyarakat sipil dalam hal kepemimpinan, inklusifitas dan partisipasi masyarakat. 




Credit  tempo.co





Donald Trump Tuduh Cina Meretas Email Hillary Clinton



Presiden Amerika Serikat Donald Trump berbicara dalam Ohio Republican Party State Dinner 2018 di Kolumbus, Ohio, Amerika Serikat, 24 Agustus 2018. (AP Photo/John Minchillo)
Presiden Amerika Serikat Donald Trump berbicara dalam Ohio Republican Party State Dinner 2018 di Kolumbus, Ohio, Amerika Serikat, 24 Agustus 2018. (AP Photo/John Minchillo)

CB, Jakarta - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, melalui kicauan Twitternya telah menuduh Cina meretas email dari kandidat presiden Demokrat Hillary Clinton pada masa pilpres 2016.
"Email Hillary Clinton, yang banyak di antaranya adalah Informasi Rahasia, diretas oleh Cina. Tindakan lanjutan sebaiknya dilakukan oleh FBI & DoJ (Departemnt of Justice/Departemen Kehakiman AS) atau, setelah semua kesalahan mereka yang lain (Comey, McCabe, Strzok, Page, Ohr, FISA, Dirty Dossier, dll.), Kredibilitas mereka akan hilang selamanya!" tulis Trump di Twitter pada Rabu dini hari, seperti dilaporkan Reuters, 29 Agustus 2018.
Donald Trump berkicau sebelumnya pada Selasa malam, bahwa "Cina meretas Server Email pribadi Hillary Clinton. Apakah mereka yakin itu bukan Rusia (hanya bercanda!)? Apa kemungkinan bahwa FBI dan DoJ berada di atas ini? Sebenarnya, cerita yang sangat besar. Banyak informasi rahasia!"

Sementara menanggapi tuduhan Donald Trump, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hua Chunying, mengatakan tuduhan semacam itu bukanlah hal baru.
"Ini bukan pertama kalinya kami mendengar tuduhan serupa," kata Hua.
"Cina adalah pembela cybersecurity yang gigih. Kami dengan tegas menentang dan menindak segala bentuk serangan internet dan pencurian berkas rahasia," tambahnya, tanpa spesifik merujuk Donald Trump atau Hillary Clinton.
Sementara dalam laporan oleh Daily Caller, yang dikutip dari Russia Today, menyatakan bahwa sebuah entitas milik Cina, yang dikendalikan oleh Beijing, menyematkan kode ganas ke dalam server pribadi mantan Menteri Luar Negeri dan calon presiden dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, digunakan untuk mencuri pesan-pesannya, baik pribadi dan terkait pekerjaan, termasuk informasi rahasia dengan klasifikasi paling rahasia.
Menggunakan kode ini, perusahaan Cina, dikatakan beroperasi di pinggiran utara Virginia Washington, memiliki akses penuh ke email Clinton dikirim melalui "salinan terkonfirmasi" yang diterima secara real time.
Inspektur Komunitas Intelijen Umum (ICIG) mengetahui keganjilan ini pada awal 2015 dan segera memberi tahu FBI. Peneliti ICIG, Frank Rucker dan pengacara Janette McMillan, kemudian berulang kali bertemu dengan agen-agen FBI untuk menjelaskan tentang masalah ini, termasuk dengan Peter Strzok. Strzok adalah mantan anggota tim penasihat hukum FBI Robert Mueller, yang telah mencari bukti keterlibatan Rusia dengan Presiden AS Donald Trump.

Presiden Cina, Xi Jinping dan Presiden AS, Donald Trump. REUTERS
Meskipun nama perusahaan yang diduga menyadap server pribadi Clinton tidak diungkapkan dalam laporan itu, mantan pejabat intelijen mengatakan kepada Daily Caller bahwa itu adalah perusahaan publik, bukan perusahaan teknologi, tetapi dikenal luas memiliki kontak dengan intelijen pemerintah Cina.
Para pejabat intelijen AS mengatakan Rusia mengatur peretasan pejabat Demokrat untuk ikut campur dalam pemilihan presiden 2016.
Grand Jury federal AS mendakwa 12 perwira intelijen Rusia pada bulan Juli atas tuduhan meretas jaringan komputer Clinton dan Partai Demokrat.

Penasihat Khusus Robert Mueller sedang menyelidiki peran Rusia dalam pemilu 2016 dan apakah kampanye kandidat Republik Trump bersekongkol dengan Moskow. Rusia membantah ikut campur dalam pemilihan, sementara Trump membantah adanya kolusi.Donald Trump mengatakan pada April 2017, Cina mungkin telah meretas email pejabat Demokrat untuk ikut campur dalam pemilihan presiden 2016. Dia juga tidak memberikan bukti apa pun yang mendukung tuduhannya pada waktu itu. Cina telah berulang kali membantah tuduhan keterlibatan dalam serangan peretasan di luar negeri.





Credit  tempo.co






AS Didesak Beri Sanksi ke Cina karena Sekap Muslim Uighur


Etnis minoritas Muslim Uighur menuduh Pemerintah China mengekang mereka.
Etnis minoritas Muslim Uighur menuduh Pemerintah China mengekang mereka.
Foto: ABC News/Lily Mayers

Panel PBB menyebut satu juta etnis Uighur di Cina ditahan dalam kamp.



CB, WASHINGTON -- Sebuah kelompok yang terdiri atas dua partai politik di parlemen AS meminta sanksi dijatuhkan kepada pejabat Cina yang bertanggung jawab terhadap pelanggaran HAM bagi minoritas Muslim di wilayah Xinjiang.

Kelompok, yang dipimpin oleh Senator Marco Rubio dan anggota majelis rendah Chris Smith, wakil presiden dari Komisi Eksekutif Kongres bipartisan di Cina, menyampaikan permintaannya dalam sebuah surat kepada Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin.

"Muslim di Xinjiang, wilayah otonomi barat Cina, menjadi sasaran penahanan sewenang-wenang, penyiksaan, pembatasan keras terhadap praktik dan budaya agama, dan sistem pengawasan digital yang begitu ketat sehingga setiap aspek kehidupan sehari-hari dipantau," kata anggota parlemen dalam surat mereka.

Surat itu ditandatangani oleh 15 senator dan anggota majelis rendah AS. Surat yang ditandatangani oleh sembilan Partai Republik, tujuh Demokrat, dan satu Independen itu menyerukan sanksi berdasarkan Global Magnitsky Act terhadap pejabat senior pemerintah Cina dan Partai Komunis. Mereka termasuk ketua partai Xinjiang Chen Quanguo, dan untuk tindakan lain yang harus dipertimbangkan.

Undang-Undang Magnitsky awalnya dirancang untuk menargetkan pelanggar hak-hak di Rusia, tetapi telah diperluas untuk memungkinkan sanksi atas pelanggaran di negara lain.

"Pemerintah Cina sedang menciptakan negara polisi berteknologi tinggi di (Xinjiang) yang merupakan pelanggaran berat terhadap privasi dan hak asasi manusia internasional," kata surat itu.

Cina mengatakan bahwa Xinjiang menghadapi ancaman serius dari militan Islamis dan separatis yang merencanakan serangan. Hal itu juga dinilai menimbulkan ketegangan antara sebagian besar minoritas Uighur yang menyebut wilayah tersebut sebagai rumah dan mayoritas etnis Han Cina.

Panel hak asasi manusia PBB awal bulan ini mengatakan telah menerima banyak laporan yang dapat dipercaya. Panel PBB menyebut satu juta etnis Uighur di Cina ditahan dalam kamp tawanan yang dipenuhi kerahasiaan.

Ratusan orang tewas dalam kekerasan di Xinjiang selama beberapa tahun terakhir. Hal itu mendorong langkah-langkah keamanan yang keras.

Para anggota parlemen AS, dalam surat mereka, mengatakan sebanyak satu juta atau lebih orang Uighur dan minoritas etnis minoritas Muslim lainnya sedang ditahan di pusat-pusat "pendidikan politik" atau kamp-kamp. Menurut mereka, hal itu memerlukan tanggapan yang keras, terarah, dan secara global.

"Tidak ada pejabat atau perusahaan Cina yang terlibat dalam apa yang terjadi  harus mendapat keuntungan dari akses ke AS atau sistem keuangan AS," kata surat itu.

Departemen Luar Negeri AS telah mengatakan bahwa pihaknya sangat terganggu oleh tindakan keras Beijing di Xinjiang. Tetapi Deplu AS menolak untuk mengomentari kemungkinan sanksi terhadap Chen dan lainnya. Para kritikus mengatakan langkah keamanan dan pengawasan di Xinjiang telah menciptakan kondisi darurat militer karena keberadaan pos pemeriksaan polisi, pusat penahanan, dan koleksi DNA massal.





Credit  republika.co.id





China Dilaporkan Bangun Kamp Pelatihan di Afghanistan



China Dilaporkan Bangun Kamp Pelatihan di Afghanistan
Cina dilaporkan mulai membangun kamp pelatihan di koridor Wakhan di Afghanistan, daerah sempit yang memisahkan Tajikistan dari Pakistan. Foto/Istimewa

BEIJING - Cina dilaporkan mulai membangun kamp pelatihan di koridor Wakhan di Afghanistan, daerah sempit yang memisahkan Tajikistan dari Pakistan. Langkah ini dilakukan dalam upaya meningkatkan kontraterorisme di negara yang dilanda perang.

Seorang sumber yang mengetahui masalah ini, seperti dilansir Sputnik pada Rabu (29/8), mengatakan, Beijing akan mengirimkan satu batalion pasukan ke wilayah tersebut. Satu batalion bisa terdiri lebih dari 500 tentara.

"Pembangunan pangkalan telah dimulai, dan China akan mengirim setidaknya satu batalyon pasukan, bersama dengan senjata dan peralatan, untuk ditempatkan di sana dan memberikan pelatihan kepada rekan-rekan Afghanistan mereka," kata sumber itu yang berbicara dalam kondisi anonim.

Sumber itu kemudian mencatat, bahwa tanggal penyelesaian untuk kamp militer itu belum ditentukan dan bahwa pangkalan itu kemungkinan akan memiliki peran yang sedikit berbeda dari kamp sekaligus pangkalan militer asing pertama Beijing di Djibouti, Afrika Timur.

Song Zhongping, seorang analis militer yang berbasis di Hong Kong, mengatakan pangkalan militer baru itu dapat berfungsi sebagai kamp pelatihan untuk membantu memperkuat kerja sama anti-terorisme dan pertukaran militer antara Beijing dan Kabul.

"Afghanistan sangat lemah dalam kontraterorisme, Dan pihak berwenang di sana khawatir tentang kebangkitan Taliban, tetapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa tanpa bantuan dari AS, China dan negara-negara lain," ucap Song. 




Credit  sindonews.com





RI dan Afghanistan Berbagi Pengalaman Pengembangan Infrastruktur


RI dan Afghanistan Berbagi Pengalaman Pengembangan Infrastruktur
Peserta Workshop on Infrastructure Development for Afghanistan. FOTO/Kemlu RI

BANTEN - Indonesia dan Afghanistan akan berbagi pengalaman dan tukar pengetahuan tentang upaya pengembangan infrastruktur di masing-masing negara dalam International Workshop on Infrastructure Development for Afghanistan: Sharing Best Practices to Achieve Sustainable Development Goals (SDGs) yang berlangsung pada 26 Agustus-1 September 2018 di Tangerang Selatan, Banten. Kegiatan ini merupakan kerja sama Direktorat Kerja Sama Teknik, Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri RI dengan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan, Pemukiman dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (Pusdiklat JP3IW), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI.

Pembangunan infrastruktur sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, Indonesia berkomitmen untuk mendukung perdamaian dan proses pembangunan di Afghanistan melalui berbagai kerja sama bilateral di masa yang akan datang, sebagaimana dinyatakan oleh Presiden Joko Widodo saat kunjungan kenegaraan ke Afghanistan pada Januari lalu. Hal ini diungkapkan Direktur Kerja Sama Teknik, Ditjen Informasi dan Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri RI, Mohammad Syarif Alatas, pada saat membuka resmi acara pelatihan, Senin (27/8).

Dalam program ini, para peserta dari Afghanistan yang mayoritas adalah level pengambil kebijakan akan memperoleh materi yang meliputi pengembangan kebijakan infrastruktur, studi kelayakan jalan tol, investasi dan operasi, siklus proyek dan manajemen konstruksi, dan teknologi konstruksi jalan. Selain itu, lokakarya juga akan memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengembangkan kerja sama di bidang infrastruktur, serta upaya meningkatkan jejaring kerja (network) antar negara kedua negara.

“Diharapkan, pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh di Indonesia dapat dimanfaatkan oleh para pejabat Afghanistan yang mengikuti lokakarya bagi kemajuan infrastruktur di Afghanistan”, tegas Syarif. Lebih lanjut diharapkan agar pelaksanaan program dapat mendorong Pemerintah Indonesia dan sektor swasta untuk mengambil manfaat positif dalam proses pembangunan infrastruktur Afghanistan.

Lokakarya ini merupakan bentuk implementasi komitmen Pemerintah Indonesia terkait pemberian bantuan teknik di dalam kerangka Kerja Sama Selatan-Selatan (KSS). Selain itu, program ini juga merupakan upaya Pemerintah Indonesia untuk ikut berkontribusi pada pencapaian SDGs khususnya nomor 9 tentang industry, innovation and infrastructure. Selama periode tahun 2006-2017, tercatat Indonesia telah memberikan 50 pelatihan yang diikuti oleh 419 peserta Afghanistan. Untuk tahun 2018, Pemerintah Indonesia telah melaksanakan pelatihan peningkatan kapasitas di bidang UKM dan industri kecil yang diikuti oleh 5 orang peserta asal Afghanistan. 



Credit  sindonews.com


Pembantaian Etnis Rohingya, ASEAN Harus Ambil Sikap


Vitit Muntarbhorn, kiri, pakar hak asasi manusia internasional dan profesor hukum di Universitas Chulalongkorn di Bangkok. Sumber: TEMPO/Suci Sekar
Vitit Muntarbhorn, kiri, pakar hak asasi manusia internasional dan profesor hukum di Universitas Chulalongkorn di Bangkok. Sumber: TEMPO/Suci Sekar

CB, Jakarta - Laporan tim pencari fakta PBB terkait pejabat tinggi militer Myanmar yang terlibat dalam pembantaian terhadap etnis minoritas Rohingya, meminta ASEAN agar mengambil langkah-langkah. ASEAN secara tak langsung di desak untuk mengambil sikap agar peristiwa serupa tidak terulang lagi.
Vitit Muntarbhorn, pakar HAM dan profesor hukum dari Universitas Chulalongkorn, Thailand, mengatakan situasi yang terjadi di negara bagian Rakhine, Myanmar, sangat kritis bagi masyarakat Rohingya, khususnya setelah peristiwa pembantaian pada Agustus 2017. Muntarbhorn menilai kebijakan pemerintah Myanmar terkait pembantaian pada satu tahun lalu itu, berbeda dengan kebijakan saat suku Rohingya mengalami tindak kekerasan pada 1970-an dan 1990-an.
"ASEAN diundang untuk melihat kasus ini dan langkah apa yang akan dilakukan selanjutnya agar kekerasan serupa tidak terulang lagi," kata Muntarbhorn, saat ditemui dalam seminar dialog nasional Indonesia dalam kerangka PBB tentang analisis risiko yang diselenggarakan oleh CSIS, Rabu, 29 Agustus 2018.

Vitit Muntarbhorn, kiri, pakar hak asasi manusia internasional dan profesor hukum di Universitas Chulalongkorn di Bangkok. Sumber: TEMPO/Suci Sekar

Sebelumnya tim pencari fakta PBB pada 27 Agustus 2018 mempublikasi hasil investigasi yang memperlihatkan adanya keterlibatan pejabat tinggi militer Myanmar dalam pembantaian suku Rohingya pada Agustus 2017. Tindak pembantaian itu telah mendesak masyarakat Rohingya mengungsi ke Bangladesh.

Menurut Makarim Wibisono, diplomat senior Indonesia, inti permasalahan dari pembantaian dan tindak kekerasan yang dialami etnis Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar, adalah karena kelompok masyarakat minoritas ini tidak dikategorikan sebagai warga negara Myanmar.
"Jadi, permasalahannya adalah kewarganegaraan," kata Makarim.
Myanmar saat ini dipimpin oleh pemerintahan sipil di bawah kepemimpinan Aung San Suu Kyi, mantan peraih Nobel perdamaian 1991. Namun begitu, terlihat militer masih mengendalikan pemerintahan.
"Mendiskusikan pembantaian yang dialami etnis Rohingnya di lingkup ASEAN akan sulit karena ada prinsip tidak saling mencampuri urusan dalam negeri anggota ASEAN," kata Makarim.
Nilai penting dari komunitas ASEAN adalah menciptakan masyarakat yang saling peduli dan solidaritas antar anggota ASEAN. Namun pada kenyataannya, sulit memperlihatkan solidaritas kepada masyarakat Rohingya, Myanmar. Ini terlihat dari sulitnya akses kemanusiaan bagi suku Rohingya ditembus hingga jalan paling mudah ditembus untuk membantu para pengungsi hanya lewat Bangladesh. Dengan begitu, pembantaian di negara bagian Rakhine adalah tantangan bagi seluruh negara anggota ASEAN.





Credit  tempo.co




PBB: keamanan bersama tergantung atas pelarangan uji-coba nuklir menyeluruh


PBB: keamanan bersama tergantung atas pelarangan uji-coba nuklir menyeluruh
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. (un.org)



PBB, New York, (CB) - Sekretaris Jenderal PBB Antoni Guterres pada Selasa (28/8) mengatakan keamanan bersama global tergantung atas pemberlakuan Kesepakatan Pelarangan Uji-Coba Nuklir Menyeluruh.

Di dalam pesannya untuk memperingatkan Hari Internasional untuk Menentang Uji-Coba Nuklir, yang jatuh pada 29 Agustus setiap tahun, pemimpin PBB tersebut mengatakan, "Sejarah uji-coba nuklir adalah sejarah penderitaan, dengan korban akibat lebih dari 2.000 uji-coba nuklir seringkali berasal dari masyarakat paling rentan di dunia."

"Konsekuensi yang menghancurkan, yang tidak dibatasi oleh perbatasan internasional, mencakup dampak pada pembangunan lingkungan hidup, kesehatan, keamanan pangan dan ekonomi," katanya.

Sejak berakhirnya perang dingin, "norma kuat" telah berkembang untuk menentang uji-coba nuklir, "yang dilanggar hanya oleh satu negara pada abad ini", kata pemimpin PBB itu, sebagaimana dilaporkan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu. Ia menyatakan bahwa "kekuatan norma itu telah disahkan oleh pengutukan luas masyarakat internasionl terhadap setiap pelanggaran".

"Namun, penahanan diri tersebut yang diperlihatkan melalui berbagai moratorium sukarela tak bisa menggantikan pelarangan global yang secara hukum mengikat atas uji-coba nuklir," katanya. Ia menambahkan bahwa Kesepakatan Pelarangan Uji-Coba Nuklir Menyeluruh memiliki peran mendasar di dalam perlucutan senjata nuklir dan rejim anti-penyebaran.

"Itu menempa keamanan dan perdamaian internasional dengan mengekang pengembangan senjata nuklir. Keamanan bersama kita menuntut bahwa setiap upaya mesti dilakukan agar kesepakatan mendasar ini bisa diterapkan," kata Sekretaris Jenderal PBB trsebut.

Hari Internasional untuk Menentang Uji-Coba Nuklir diperingati pada 29 Agustus setiap tahun, tapi hari itu ditetapkan pada 2 Desember 2009 dalam sidang ke-64 Sidang Majelis Umum PBB melalui Resolusi 64/35, yang disahkan dengan suara bulat.

Resolusi tersebut digagas oleh Kazakhstan bersama dengan beberapa penaja dan penaja bersama untuk memperingati penutupan Lokasi Uji-Coba Nuklir Semipalatinsk pada 29 Agustus 1991.






Credit  antaranews.com





Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi tidak akan Ditarik


Aung San Suu Kyi
Aung San Suu Kyi
Foto: AP

Hadiah Nobel diberikan untuk capaian pada masa lalu.




CB, STAVANGER -- Hadiah Nobel Perdamaian untuk Aung San Suu Kyi tidak akan ditarik. Panitia Nobel Norwegia mengatakan hal itu dilakukan meskipun ada laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menyatakan tentara Myanmar terbukti membantai suku Rohingya dengan niat genosida.

Pada Senin, penyelidik PBB menyatakan tentara Myanmar melakukan pembantaian dan pemerkosaan beramai-ramai dengan maksud genosida. Panglima tertinggi serta lima jenderal negara itu seharusnya dituntut atas kejahatan berat di bawah hukum antarbangsa.

Aung San Suu Kyi, yang memimpin Pemerintah Myanmar dan mendapatkan hadiah Nobel Perdamaian pada 1991 atas kegiatannya untuk demokrasi menuai kecaman. Hal itu karena dia tidak berbicara menentang tindakan keras tentara terhadap kelompok minoritas Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine.

"Sangat penting untuk diingat bahwa hadiah nobel, entah di fisika, sastra, atau perdamaian, diberikan untuk beberapa upaya atau capaian pada masa lalu," kata Olav Njoelstad, sekretaris Panitia Nobel Norwegia.

"Aung San Suu Kyi mendapatkan hadiah Nobel Perdamaian untuk perjuangannya bagi demokrasi dan kebebasan hingga 1991, tahun dia diberi hadiah itu," katanya. Selain itu, aturan hadiah Nobel tidak memungkinkan hadiah ditarik.

Panitia Nobel Norwegia terdiri atas majelis lima orang Norwegia, kebanyakan mantan politisi dan ilmuwan, yang mencerminkan kekuatan berbeda di parlemen Norwegia. Hadiah Nobel lain diberikan di Swedia.

Pada tahun lalu, ketua panitia itu, Berit Reiss-Andersen, juga menyatakan tidak akan menghapus penghargaan tersebut setelah muncul kecaman atas peran Aung San Suu Kyi dalam bencana Rohingya.

"Kami tidak melakukannya. Bukan tugas kami untuk mengawasi atau menyensor yang pemenang lakukan sesudah hadiah itu diperoleh," katanya dalam wawancara televisi, "Pemenang hadiah itu sendirilah yang harus menjaga nama baik mereka."





Credit  republika.co.id





Myanmar Tolak Laporan Genosida Rohingya PBB


Myanmar Tolak Laporan Genosida Rohingya PBB
Juru bicara pemerintah Myanmar Zaw Htay menyatakan pihaknya menolak laporan genosida terhadap etnis Rohingya yang dikeluarkan oleh PBB. Foto/Istimewa

NAYPYIDAW - Myanmar menolak laporan penyelidik PBB yang menyatakan para jenderalnya harus dituntut karena genosida. Sebaliknya, Myanmar mengatakan masyarakat internasional telah membuat tuduhan palsu.

Pernyataan ini muncul setelah laporan PBB, yang menandai pertama kalinya organisasi itu secara eksplisit menuduh pejabat Myanmar terlibat genosida atas tindak brutal terhadap Muslim Rohingya tahun lalu.


"Sikap kami jelas dan saya ingin mengatakan dengan tajam bahwa kami tidak menerima resolusi apa pun yang dilakukan oleh Dewan Hak Asasi Manusia," kata juru bicara pemerintah Myanamr, Zaw Htay, dalam sebuah wawancara yang dipublikasikan di media pemerintah.

Ia mengatakan Myanmar tidak mengizinkan para penyelidik PBB masuk ke negara itu.

"Itu sebabnya kami tidak setuju dan menerima resolusi apa pun yang dibuat oleh Dewan Hak Asasi Manusia," tegasnya seperti dikutip dari Reuters, Kamis (30/8/2018).

Dia menambahkan bahwa negara itu tidak memiliki toleransi terhadap pelanggaran hak asasi manusia dan telah membentuk Komisi Penyelidikan untuk menanggapi tuduhan palsu yang dibuat oleh PBB dan komunitas internasional lainnya.

Pihak berwenang Myanmar awal tahun ini membentuk sebuah panel yang terdiri dari dua anggota lokal dan dua anggota internasional - diplomat Filipina Rosario Manalo dan Kenzo Oshima, mantan duta besar Jepang untuk PBB - guna menyelidiki pelanggaran hak asasi manusia.

Myanmar membantah sebagian besar tuduhan, mengatakan militer menanggapi ancaman sah dari militan Rohingya, yang menyerang pos polisi di seluruh negara bagian Rakhine barat.

"Jika ada kasus terhadap hak asasi manusia, berikan saja kami bukti kuat, catatan dan tanggal sehingga kami dapat mengambil tindakan hukum terhadap mereka yang melanggar peraturan dan peraturan," ujar Zaw Htay.

Pada hari yang sama ketika PBB merilis laporannya, Facebook menutup akun jenderal angkatan darat Myanmar Min Aung Hlaing dan pejabat militer lainnya. Facebook menuduh mereka menggunakan platform itu untuk menyebarkan kebencian dan informasi yang salah.

Terkait hal itu, Zaw Htay mengatakan pemerintah tidak memerintahkan larangan itu dan mempertanyakan Facebook tentang tindakan tersebut. Ia mengatakan pemblokiran telah menyebabkan meningkatnya kritik dan ketakutan di antara orang-orang. 

Pemerintah sipil Myanmar berbagi kekuasaan dengan militer, yang mengontrol kementerian utama termasuk urusan dalam negeri dan imigrasi.


Credit   sindonews.com


Komnas HAM Malaysia Sesalkan Penerapan UU Kerahasiaan


Bendera Malaysia (ilustrasi)
Bendera Malaysia (ilustrasi)
Foto: Reuters

Undang-Undang Rahasia telah berdampak pada kebebasan akses informasi.



CB, KUALA LUMPUR -- Komisi Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Malaysia atau Suhakam menyesalkan keputusan pemerintah untuk melanjutkan penerapan Undang-Undang Kerahasiaan Resmi 1972 atau Official Secrets Act (OSA). Hal itu dinilai bisa berdampak pada kebebasan akses informasi dan penangkapan orang.

"Kami ingin mengingatkan pemerintah baru bahwa akses kepada informasi yang melibatkan umum adalah kunci dari prinsip transparansi dan tata kelola yang baik serta kedaulatan undang-undang," kata Ketua Komnas HAM Malaysia, Sri Razali Ismail di Putrajaya, Rabu (29/8).

Dia mengatakan hak kepada kebebasan informasi dijamin di bawah Deklarasi Hak Asasi Manusia ASEAN dan konvensi-konvensi internasional. Aturan itu telah dijanjikan oleh pemerintah untuk ditandatangani bagi meningkatkan kepatuhan dan citra HAM Malaysia.

"Hak ini juga merupakan kesinambungan kepada jaminan pelembagaan terhadap kebebasan bersuara, mengatasi isu-isu yang dialami negara seperti korupsi dan dakwaan penggelapan dana oleh pejabat. Oleh karena itu, pemerintah tidak boleh mengelak daripada memberi perlindungan terhadap kebebasan informasi rakyat," katanya.

Menurut dia, Suhakam mendambakan kebebasan rakyat memperoleh informasi. "Suhakam ingin mengingatkan pemerintah bahwa OSA telah disalahgunakan oleh pemerintah terdahulu termasuk semasa pemerintahan Najib dalam mengawal akses kepada dokumen 1MDB yang didakwa terlibat dengan korupsi," katanya.

Melanjutkan OSA, ujar dia, memberikan asas kepada masyarakat untuk mempercayai bahwa pemerintah juga boleh menyalahgunakan undang-undang itu untuk melindungi kegiatan korupsi.

"Kami ingin membuat teguran kepada pemerintah bahwa OSA memberikan eksekutif satu kebijaksanaan secara berlebihan untuk mengklasifikasikan semua dokumen dan informasi sebagai rahasia resmi," katanya.

Dia mengatakan mengekspos rahasia besar telah dijadikan satu bentuk kriminalitas. Hal itu mengakibatkan banyak penangkapan terjadi sejak diberlakukan.



Credit  republika.co.id




Rabu, 29 Agustus 2018

Pertama Sejak 1.500 Tahun, Kuil Shaolin Kibarkan Bendera Cina


Kuil Shaolin mengadakan upacara pengibaran bendera nasionalis Cina di Henan. Scmp.com/Henan
Kuil Shaolin mengadakan upacara pengibaran bendera nasionalis Cina di Henan. Scmp.com/Henan

CB, Jakarta - Kuil Shaolin mengibarkan bendera Cina untuk pertama kali sejak 1.500 tahun lamanya dalam sejarah organisasi Budha yang terkenal dengan kemampuan bela dirinya.
Pengibaran bendera Cina dilakukan secara megah di kuil Shaolin di Mount Song, provinsi Henan pada hari Senin, 27 Agustus 2018.

Kuil Shaolin mengibarkan bendera Cina sebagai desakan pemerintah ke seluruh organisasi agama untuk mendorong sikap patriotik dan cinta tanah air.

Sejumlah pejabat dari Departemen Persatuan Front Bekerja, lembaga yang mengawasi organisasi-organisasi agama di Cina karena Partai Komunis khawatir mereka menjadi ancaman terhadap pihak yang berkuasa, menghadiri acara pengibaran bendera, seperti dilansir Sydney Morning Herald, Selasa, 28 Agustus 2018.
Kewajiban organisasi keagamaan mengibarkan bendera Cina diperkenalkan pada 31 Juli lalu. Kepala kuil Shaolin, Shi Yongxin mengatakan, Shaoulin harus mengambil tampuk pimpinan dan menggelar acara di gerbang Gunung Songshan.
Kuil Shaolin merupakan organisasi Budha yang terkenal dan menjadi simbol nilai-nilai Budha yang paling terkemuka di Cina.

Sejumlah anggota bela diri Kung Fu Shaolin melakukan latihan diatas tebing dan jembatan pegunungan Songshan, Provinsi Henan, China, Maret 17, 2016. REUTERS/China Daily

Acara pengibaran bendera Cina yang diikuti puluhan biksu di halaman kuil Shaolin menuai sejumlah tanggapan, ada yang mendukung dan ada pula yang mengkritik.
"Sebagai Budha, hal ini membuat perasaan saya tak nyaman. Sebelumnya, saya mengira keyakinan agama murni, namun sekarang hal ini membingungkan saya... dengan patriotisme ikut campur dengan kehidupan spiritual, tidak ada tempat lagi untuk pemikiran individu. Apakah ini seperti masyarakat harmonis?" ujar seorang netizen melalui Weibo, seperti dikutip dari South China Morning Post, Selasa, 28 Agustus 2018.
Netizen lainnya berujar:" Budha dan Marx telah berjabatan tangan... ajaran Budha berkembang baik dalam pemikiran, tubuh dan jiwa__apa yang dilakukan untuk politik? Tidak pernahkah para biksu di vihara meninggalkan kehidupan duniawi? Saya merasa tidak nyaman dan hanya berpikir bahwa pengibaran bendera nasional di kuil tidak pantas sama sekali."
Cina di bawah pemerintahan presiden Xi Jinping telah mulai mendesak organisasi keagamaan untuk mengibarkan bendera nasional dari Maret tahun ini. Aturan ini berlaku juga untuk masjid dan gereja.
Nama Kuil Shaolin di Cina mendunia setelah difilmkan pada tahun 1982 oleh aktor utama Jet Li dengan kemampuan bela dirinya. 





Credit  tempo.co






Presiden Duterte Diadukan ke Mahkamah Pidana Internasional


Rodrigo Duterte
Rodrigo Duterte
Foto: AP/Bullit Marquez

Presiden Duterte diadukan atas tindakannya dalam memerangi narkoba di Filipina



CB, MANILA -- Para pembela dan keluarga delapan korban 'perang terhadap narkoba' Filipina pada Selasa (28/8) menyampaikan pengaduan kepada Mahkamah Pidana Internasional (ICC). Pengaduan ini merupakan petisi kedua yang menuduh Presiden Rodrigo Duterte melakukan pembunuhan dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Dokumen pengaduan setebal 50 halaman itu berisi permintaan agar Duterte dikenai dakwaan atas dugaan pembunuhan, tanpa proses pengadilan, ribuan orang dalam gerakan penumpasan narkoba yang dijalankan Duterte. Para pembela dan keluarga mengatakan tindakan penumpasan itu termasuk berupa hukuman mati semena-mena oleh polisi, yang bertindak bagaikan kebal hukum.

Mereka mengatakan para pengkritik gerakan 'dianiaya' dan kasus-kasus yang diajukan oleh keluarga para korban menguap entah ke mana. Pengajuan petisi terbaru itu dipimpin oleh jaringan pegiat, pendeta, masyarat miskin dan masyarakat kota, yang telah menanggung beban gerakan selama dua tahun yang berlangsung keras.

Dalam kurun waktu itu, polisi telah menewaskan sekitar 4.400 orang hingga menakutkan dunia internasional. "Duterte juga secara pribadi bertanggung jawab memerintahkan kepolisian untuk melancarkan pembunuhan massal," kata Neri Colmenares, pengacara yang mewakili kelompok pembela dan keluarga korban, kepada para wartawan.

Duterte bersikeras bahwa ia mengatakan kepada kepolisian untuk boleh membunuh hanya dalam keadaan mempertahankan diri. Saat menyampaikan pidato nasional bulan lalu, ia mengatakan perang terhadap narkoba tetap akan dijalankan tanpa belas kasihan dan mengerikan.

Menurut juru bicara kepolisian nasional, Benigno Durana, satu-satunya perintah yang diberikan Duterte kepada kepolisian adalah agar memerangi narkoba dan kejahatan dengan mengikuti aturan hukum.

Petisi ICC (International Criminal Court) itu, yang disebut dengan komunikasi, disampaikan setelah aduan serupa diajukan pada April 2017 oleh seorang pengacara Filipina dan didukung oleh dua anggota parlemen oposisi. ICC mulai melakukan pemeriksaan awal atas aduan itu pada Februari.

Kelompok-kelompok pembela hak asasi manusia meyakini bahwa jumlah keseluruhan korban tewas bisa lebih besar dibandingkan dengan data yang diberikan kepolisian.

Juru bicara kepresidenan Harry Roque mengatakan petisi terbaru itu 'mendapat kutukan' karena Filipina sudah tidak menjadi pihak Statuta Roma ICC.

Duterte pada Maret menarik diri secara sepihak dari perjanjian pembentukan ICC. Ia mengatakan perjanjian antarbangsa itu melampaui penanganan tindak pidana dan asas praduga tak bersalah atas dirinya dan berupaya menggambarkan dirinya sebagai "pelanggar hak asasi manusia yang kejam dan tak berperasaan".

Duterte bahkan pernah mengancam akan menangkap jaksa ICC Fatou Bensouda kalau ia datang ke Filipina untuk menyelidikinya. Ia juga mengatakan akan meyakinkan negara-negara lain untuk mengikuti langkahnya, keluar dari ICC.




Credit  republika.co.id



Raja Salman Batalkan IPO Saudi Aramco, Kenapa?



Raja Salman dari Arab Saudi tiba di Mina pada Senin, 20 Agustus 2018 untuk awasi jalannya pelayanan ibadah haji 2018. SPA
Raja Salman dari Arab Saudi tiba di Mina pada Senin, 20 Agustus 2018 untuk awasi jalannya pelayanan ibadah haji 2018. SPA

CB, Riyadh – Raja Salman dari Arab Saudi membatalkan rencana penawaran saham perdana atau Initial Public Offering perusahaan minyak terbesar dunia Saudi Aramco.


Penawaran saham sekitar 5 persen ini ditaksir bisa menghasilkan dana cukup besar dengan valuasi perusahaan itu sekitar US$2 triliun atau sekitar Rp29,200 triliun.
“Pada akhir Juni, raja mengirim pesan kepada pejabat pemerintahan atau Diwan untuk menghentikan proses IPO,” begitu dilansir Reuters pada Senin, 27 Agustus 2018 waktu setempat.
Seorang pejabat Saudi yang enggan disebut namanya mengatakan keputusan raja bersifat final. “Ketika dia bilang tidak maka tidak ada bantahan,” kata pejabat ini.

Namun seorang pejabat lainnya mengatakan proses IPO tetap berlangsung namun akan dilakukan pada waktu yang belum dipastikan. “Waktu IPO akan ditentukan oleh komite yang kemudian dimintakan persetujuan kepada pemerintah,” kata pejabat ini.
Awalnya, dana hasil penjualan ini akan digunakan untuk membiayai pembangunan Visi 2030 yang digagas Putra Mahkota Mohammed Bin Salman.

Kilang minyak Aramco di dekat Khurais, Riyadh, Saudi Arabia REUTERS/Ali Jarekji
Konsep pembangunan ini adalah Saudi tidak lagi mengandalkan pertumbuhan ekonomi dari penjualan minyak saja melainkan memiliki sumber-sumber ekonomi baru.


Karena IPO Saudi Aramco dihentikan maka pemerintah membutuhkan sumber dana baru. Caranya, Saudi Aramco akan membeli kepemilikan saham perusahaan investasi PIF, yang juga milik pemerintah, di SABIC, yang merupakan perusahaan petrokimia pelat merah Saudi.

Mohammed bin Salman dan Putin



Dana yang didapat PIF dari Saudi Aramco ini bakal digunakan untuk membiayai sejumlah proyek investasi baru sesuai Visi 2030.
“Arab Saudi tetap dapat mendapatkan uang tunai dengan cara alternatif ini dan melanjutkan rencana reformasi ekonominya,” begitu dilansir Reuters.

 
Media Arab News melansir kebutuhan dana dari IPO menjadi kurang mendesak setelah harga minyak bumi naik ke level 70 dolar per barel. Ini terjadi setelah OPEC dan Rusia bersepakat mengurangi produksi untuk mengangkat harga jual minyak.
Selain itu, sumber pendanaan untuk pembangunan sesuai Visi 2030 Saudi bisa diperoleh dengan penerbitan obligasi, privatisasi hingga mengundang investor selain dari IPO Saudi Aramco.





Credit  tempo.co





AS Tidak Rekomendasikan Turki Beli S-400 Rusia



AS Tidak Rekomendasikan Turki Beli S-400 Rusia
Sistem pertahanan rudal S-400 milik Rusia. Foto/Istimewa

WASHINGTON - Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), James Mattis, memperingatkan Turki untuk tidak membeli sistem pertahanan udara Rusia. Ia memperingatkan Turki bahwa AS tidak merekomendasikan pembelian tersebut.

“Turki punya pilihan untuk dibuat, keputusan berdaulat untuk dibuat. Tapi jelas Turki membawa sistem anti-pesawat, anti-rudal Rusia ke negara NATO, kita tidak bisa mengintegrasikannya ke NATO,” kata Mattis.

"Ya, itu menyangkut kami dan kami tidak merekomendasikan itu," imbuhnya seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (29/8/2018).

AS memblokir penjualan pesawat tempur F-35 buatannya ke Turki awal bulan ini sebagai tanggapan atas keputusan Ankara untuk membeli sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia. Namun, Turki bermaksud untuk terus maju dengan rencana pembelian tersebut, dan sudah melakukan pembayaran pertama untuk sistem tersebut tahun lalu. 

Eksportir senjata Rusia, Rosoboronexport mengatakan, batch pertama sistem S-400 akan dikirimkan ke Turki tahun depan.


Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membela keputusannya untuk membeli sistem pertahanan itu dari Rusia. Erdogan beralasan bahwa AS telah menolak permintaannya untuk memberikan lebih banyak perangkat keras selama bertahun-tahun.

"Apakah kita akan bergantung pada AS lagi?" kata orang kuat Turki itu pada bulan Juni.

“Ketika kami telah menuntut dari mereka selama bertahun-tahun, jawaban yang telah diberikan kepada kami adalah: Kongres (AS) tidak memungkinkan,” ujarnya.

Pada saat itu, Erdogan menambahkan bahwa ia sepenuhnya bermaksud untuk menggunakan sistem pertahanan baru.

“Kami tidak akan membeli S-400 dan menempatkannya di gudang. Kami akan menggunakannya jika perlu,” cetusnya.

“Ini adalah sistem pertahanan. Apa yang akan kita lakukan jika tidak menggunakan sistem pertahanan ini?” tanyanya. 


Keretakan hubungan yang semakin dalam antara AS dan Turki atas S-400 telah diperparah oleh penahanan terus menerus pendeta Amerika, Andrew Brunson. Brunson telah ditahan di Turki sejak 2016 atas dugaan keterlibatan dalam upaya kudeta yang gagal melawan pemerintah Erdogan, dan terancam hukuman 35 tahun penjara.

Ketika perang kata-kata atas Brunson meningkat, Presiden AS Donald Trump menggandakan tarif baja dan aluminium pada impor Turki hingga 50 dan 20 persen masing-masing awal bulan ini. Ankara membalas dengan menaikkan tarif pada 22 produk buatan Amerika, mulai dari mobil hingga tembakau dan juga mengajukan keluhan kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) terhadap langkah AS.




Credit  sindonews.com



Rusia Kirim Armada Kapal Perang Terbesar ke Suriah




Jakarta, CB -- Rusia dikabarkan mengirim armada kapal perang terbesar ke Suriah. Surat kabar Izvestiya melaporkan Rusia telah mengirim 10 kapal perang. Sebagian besar kapal perang dilengkapi dengan rudal jelajah Kalibr dan dua kapal selam ke wilayah timur Laut Mediterania.

Dilansir Newsweek, Kommersant memberitakan bahwa Moskow telah memobilisasi dua sistem pertahanan rudal Tor-M2 di Suriah.

Pengerahan kekuatan Rusia di Suriah terjadi di tengah kabar bahwa Amerika Serikat akan menyerang negeri pimpinan Presiden Bashar Al Assad tersebut.



Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat John Bolton mengklaim bahwa militer AS mendapat indikasi bahwa Assad, sekutu Rusia dan Iran, berencana menggunakan senjata kimia dalam rangka mengambil alih provinsi Idlib, yang dikuasai ekstremis Islam. Bolton menyatakan AS akan memberikan respons keras jika itu benar.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov baru-baru ini menyatakan Amerika Serikat telah membangun kekuatan angkatan laut di Mediterania. Konashenkov menuduh AS, "Sekali lagi mempersiapkan provokasi di Suriah menggunakan substansi beracun untuk mendestabilisasi situasi dan mengganggu proses perdamaian yang berlangsung," kata Konashenkov seperti dilansir Business Insider, Selasa (28/8).

Pentagon membantah hal tersebut dan menyebut klaim Rusia sebagai propaganda. Pentagon memperingatkan bahwa militer AS bukannya "tidak siap merespons aksi itu." Berdasarkan pantauan Business Insider terhadap lalu lintas maritim Mediterania, hanya ada satu kapal perang Angkatan Laut AS di wilayah tersebut.

Pemantauan yang sama menunjukkan Rusia memiliki lebih dari 13 kapal perang di kawasan dan kapal-kapal selam sedang dalam perjalanan menuju Laut Mediterania.





Credit  cnnindonesia.com/






Rusia Akan Gelar Simulasi Perang Terbesar sejak Perang Dingin


Jakarta, CB -- Rusia berencana menggelar latihan perang terbesar sejak tahun 1980-an, ketika Perang Dingin masih berlangsung.

Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan latihan militer yang dikenal The Vostok-2018 itu akan berlangsung pada 11-15 September dengan melibatkan setidaknya 300.000 personel dan 1.000 pesawat.

"Ini akan menjadi suatu pengulangan latihan Zapad-81, tetapi dalam beberapa hal bahkan lebih besar dari itu," ucap Shoigu merujuk pada latihan perang 1981 lalu di Eropa Timur.



"Bayangkan sebanyak 36.000 peralatan militer bergerak bersama--tank-tank, kendaraan lapis baja, dan kendaraan tempur infanteri. Dan semua itu, tentu saja, dilakukan semirip mungkin dengan perang," katanya seperti dikutip kantor berita Rusia yang dilansir AFP, Selasa (28/8).


Shoigu juga mengatakan China dan Mongolia akan berpartisipasi dalam latihan itu.

Moskow menyebut latihan militer Zapad yang dilakukan 2017 lalu melibatkan sedikitnya 12.700 personel. Latihan tersebut dilakukan di wilayah Rusia dan sekutunya, Belarus.

Namun, NATO memperkirakan setidaknya 100.000 personel dilibatkan Kremlin dalam latihan tersebut.

Latihan militer ini digelar ketika relasi Rusia dan negara barat terutama Amerika Serikat dan Inggris mencapai titik terendah sejak Perang Dingin.


Relasi antara Rusia dan negara barat memanas karena Kremlin menolak menarik diri dari konflik sipil Suriah. Rusia berkeras mendukung pemerintahan Presiden Bashar Al-Assad dalam melancarkan serangannya memberangus pemberontak.

Relasi Kremlin dengan Barat sebenarnya sudah mulai tegang sejak Rusia mencaplok Krimea pada 2014 lalu.

Sementara itu, hubungan bilateral Rusia-AS memanas setelah komunitas intelijen Negeri Paman Sam menyimpulkan bahwa Kremlin mengintervensi pemilihan presiden 2016 lalu.

Moskow disebut berada di belakang para peretas yang berusaha mempengaruhi hasil pemilu AS dan membantu Presiden Donald Trump untuk menang.

Di sisi lain, Rusia dan Inggris masih terlibat cekcok diplomatik setelah kasus peracunan eks mata-mata Rusia, Sergei Skripal, di Salisbury, London, awal Maret lalu. London menuding Moskow berada dibalik insiden tersebut.




Credit  cnnindonesia.com





Rusia Gelar Latihan Militer Terbesar Bersama Cina



Militer Rusia (ilustrasi)
Militer Rusia (ilustrasi)
Foto: EPA/Yuri Kochetkova

Pelatihan akan diikuti oleh 300 ribu prajuri dan 1.000 pesawat militer.


CB, MOSKOW -- Rusia akan menggelar pelatihan perang terbesar dalam hampir empat puluh tahun terakhir pada bulan depan. Demikian disampaikan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu kepada sejumlah kantor berita Rusia, Selasa (28/8).

Pelatihan militer besar-besaran itu juga akan melibatkan tentara Cina dan Mongolia. Pelatihan perang tersebut dinamakan Vostok-2018 (Timur-2018) dan akan dilangsungkan di wilayah-wilayah militer tengah dan timur Rusia.

"Pelatihan akan diikuti hampir 300 ribu prajurit, lebih dari 1.000 pesawat militer, dua armada Angkatan Laut Rusia serta seluruh unit Angkatan Udara," kata laporan kantor-kantor berita yang mengutip pernyataan Shoigu.

Pelatihan perang tersebut akan berlangsung di tengah ketegangan yang meningkat antara negara-negara Barat dan Rusia. Moskow khawatir soal pengembangan persekutuan militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di sisi barat. Rusia menilai hal tersebut tidak bisa dibenarkan.



NATO telah meningkatkan kekuatan di wilayah Eropa Tmur untuk mencegah kemungkinan Rusia melancarkan aksi militer setelah Moskow mencaplok Krimea dari Ukraina pada 2014 serta mendukung pemberontakan pro-Rusia di Ukraina Timur.
Pelatihan perang yang akan berlangsung dari 11 September hingga 15 September itu mungkin menjengkelkan Jepang. Jepang sudah menyampaikan keluhan mengenai keadaan tersebut yang dikatakannya sebagai pembangunan militer Rusia di kawasan Timur Jauh.

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dijadwalkan menghadiri sebuah forum ekonomi di Vladivostok pada saat yang sama.

Shoigu mengatakan kepada kantor-kantor berita, pelatihan perang tersebut merupakan yang terbesar sejak eras Soviet yang dinamakan Zapad-81 (Barat-81), pada 1981.

"Dalam beberapa hal, pelatihan perang (Vostok-2018, red) akan mengulang aspek-aspek Zapad-81, tapi dengan skala yang lebih besar," kata Shoigu kepada para wartawan ketika ia mengunjungi Kabupaten Khakassia, Rusia.

Kementerian Pertahanan Rusia telah mengatakan bahwa kesatuan-kesatuan militer China dan Mongolia juga akan ambil bagian dalam pelatihan perang tersebut.

Juru bicara NATO Dylan White mengatakan Rusia pada Mei telah mengabarkan persekutuan itu soal rencana pelatihan perang itu dan NATO berencana memantaunya.





Credit  republika.co.id





AS Lanjutkan Latihan Militer di Semenanjung Korea



Menteri Pertahanan AS Jim Mattis.
Menteri Pertahanan AS Jim Mattis.
Foto: AP Photo/Virginia Mayo

Sebelumnya latihan dihentikan untuk menghormati proses denuklirisasi.



CB, WASHINGTON -- Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Jim Mattis, mengatakan pihaknya tidak berencana melanjutkan penghentian latihan militer di Semenanjung Korea. Hal ini menunjukkan proses diplomasi Korea Utara dan AS memiliki gangguan karena sebelumnya latihan dihentikan untuk menghormati proses denuklirisasi.


"Kami sebelumnya mengambil langkah untuk menunda beberapa latihan militer besar karena diskusi yang baik terjadi usai pertemuan di Singapura. Namun, saat ini kami tidak berencana menunda pelatihan militer lagi," kata Mattis, dikutip dari laman The New York Times, Rabu (29/8).


Ia menambahkan, sebenarnya ada latihan militer yang akan dilakukan di Semenanjung Korea. Namun, ia juga mengatakan seharusnya Korea Utara tidak salah menginterpretasikan hal ini sebagai perusak kepercayaan hasil negosiasi terkait denuklirisasi. "Jadi, pelatihan militer ini dilanjutkan," kata Mattis menegaskan.


Pada Juni lalu, Trump memutuskan untuk menunda latihan militer tahunan yang telah lama direncanakan di Korea Selatan. Hal ini bahkan mengejutkan sejumlah petinggi militer AS. Namun, kini AS memutuskan untuk tidak lagi menunda latihan militer tersebut dan menunjukkan ada tensi antara AS, Korsel, serta Korut.


Sebelumnya, media negara Korea Utara mengkritisi AS atas aksi yang dinilai provokatif dan langkah militer yang berbahaya di Laut Pasifik. Akhir pekan lalu, Trump juga mengumumkan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo batal mengunjungi Pyongyang.





Credit  republika.co.id



Korut peringatkan AS pembicaraan denuklirisasi kemungkinan berantakan



Korut peringatkan AS pembicaraan denuklirisasi kemungkinan berantakan
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bertemu dengan peserta Konferensi Nasional Veteran Perang ke-5 dalam foto tidak bertanggal yang disiarkan oleh Pusat Agensi Berita Korea Utara (KCNA), Jumat (27/7/2018). (KCNA via REUTERS)





Washington, (CB) - Pejabat-pejabat Korea Utara telah memperingatkan Amerika Serikat melalui surat bahwa pembicaraan soal penghapusan senjata nuklir (denuklirisasi) "kembali dipertaruhkan dan mungkin berantakan", menurut laporan CNN, Selasa, yang mengutip sejumlah sumber.

Surat itu disampaikan secara langsung kepada Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan menyatakan bahwa pemerintahan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un merasa proses itu tidak bisa maju.

"AS masih belum siap memenuhi harapan-harapan (Korea Utara) dalam hal mengambil langkah maju untuk menandatangani suatu perjanjian perdamaian," lapor CNN.

Perang Korea 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian perdamaian. Dengan demikian, pasukan Perserikatan Bangsa-bangsa pimpinan AS secara teknis masih berperang dengan Korea Utara.

Korea Utara telah sekian lama menjelaskan bahwa pihaknya menganggap mengakhiri secara resmi status perang sama pentingnya dengan menurunkan ketegangan di semenanjung Korea.

Amerika Serikat selama ini enggan menyatakan bahwa Perang Korea berakhir sampai Korea Utara menghentikan program senjata nuklirnya.

Surat kabar Washington Post melaporkan pada Senin bahwa Presiden AS Donald Trump telah membatalkan rencana kunjungan Menlu Pompeo ke Korea Utara.

Langkah itu diambil Trump setelah Pompeo menerima surat bernada perang dari seorang pejabat tinggi Korea Utara, hanya beberapa jam setelah rencana kunjungan itu diumumkan pekan lalu.

CNN melaporkan bahwa surat itu dikirim mantan kepala badan intelijen Korea Utara, Kim Yong Chol, namun tidak diketahui dengan cara apa surat itu dikirimkan.

Washington Post mengatakan Korea Utara telah meningkatkan komunikasi melalui kantor perwakilannya untuk PBB, demikian laporan Reuters.

Laporan CNN menyebutkan surat dari Korut juga berbunyi bahwa, jika kompromi tidak bisa dicapai dan pembicaraan buyar, Korea Utara akan melanjutkan "kegiatan-kegiatan nuklir dan peluru kendali".

Pada Minggu, media Korea Utara kelolaan negara menuduh Amerika Serikat "berkhianat" dan "menelurkan rencana jahat" namun tidak menyebut-nyebut soal kunjungan Pompeo yang dibatalkan.

Saat mengumumkan pembatalan kunjungan Pompeo, Trump secara terbuka untuk pertama kalinya mengakui bahwa upayanya untuk membuat Korea Utara menghapuskan senjata nuklir macet sejak ia melakukan pertemuan dengan pemimpin Korut Kim Jong Un pada 12 Juni.





Credit  antaranews.com




Pompeo Batal Menyambangi Pyongyang, Korut Kirim Surat Ancaman


Pompeo Batal Menyambangi Pyongyang, Korut Kirim Surat Ancaman
Foto/Ilustrasi/Istimewa

WASHINGTON - Korea Utara (Korut) memperingatkan Amerika Serikat (AS) dalam sebuah surat bahwa pembicaraan denuklirisasi lagi-lagi dipertaruhkan dan mungkin berantakan.

Dikutip dari CNN, Rabu (29/8/2018), surat itu dikirim ke Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo. Pompeo secara tiba-tiba membatalkan kunjungan keempatnya ke Pyongyang, beberapa jam sebelum ia dijadwalkan untuk berangkat dengan utusan khusus barunya Stephen Biegun pada Jumat.

Tiga sumber yang mengetahui terkait posisi Korut tentang denuklirisasi mengatakan surat itu menyatakan bahwa rezim Kim Jong-un merasa bahwa proses itu tidak dapat bergerak maju karena AS masih belum siap untuk memenuhi harapa Korut dalam hal mengambil langkah maju untuk menandatangani perjanjian damai.

AS sejauh ini tidak mau mengganti perjanjian gencatan senjata yang mengakhiri Perang Korea dengan perjanjian perdamaian permanen yang mengikat secara hukum, yang akan memerlukan persetujuan dua pertiga Senat.

"Jika kompromi tidak dapat dicapai dan perundingan yang baru lahir runtuh, Pyongyang bisa melanjutkan kegiatan nuklir dan rudal," kata sumber-sumber itu.

Keberadaan surat itu, dikirim ke Pompeo oleh Kim Yong-chol, mantan agen mata-mata Korut, pertama kali dilaporkan oleh Washington Post.

Washington Post, yang menyebut surat itu sebagai komunikasi "rahasia", mengatakan tidak jelas bagaimana Kim mengirimkan surat itu ke Pompeo. Namun diduga surat itu mungkin telah dikirim melalui misi PBB Korut.

Namun, sebuah sumber mengatakan, Pompeo mengandalkan dukungan yang dimilikinya untuk berhubungan langsung dengan rekan diplomatiknya asal Korut Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong-ho.

"Sebelum dan sesudah Pompeo menjadi Menteri Luar Negeri, ia tampaknya lebih tertarik untuk mempertahankan dan melibatkan Kim Yong-chol melalui saluran belakang pintu, daripada dengan rekan resminya Ri Yong-ho," kata sumber itu.

Korut menuduh AS merancang plot kriminal untuk meletuskan perang

Washington Post melaporkan bahwa surat itu, yang ditunjukkan kepada Presiden Donald Trump oleh Pompeo, menghasilkan keputusan pemimpin AS untuk membatalkan perjalanan yang dijadwalkan Pompeo ke Pyongyang, Jumat.

Pompeo dan Andrew Kim, kepala Pusat Misi Korea CIA, terlihat memasuki Sayap Barat Gedung Putih pada Jumat sore hanya beberapa jam sebelum Trump memposting serangkaian tweet yang menguraikan alasannya untuk membatalkan kunjungan. 

"Saya telah meminta Menteri Luar Negeri Mike Pompeo untuk tidak pergi ke Korea Utara, pada saat ini, karena saya merasa kami tidak membuat kemajuan yang cukup sehubungan dengan denuklirisasi Semenanjung Korea," kata Trump pada hari Jumat.

"Menteri Pompeo berharap untuk pergi ke Korea Utara dalam waktu dekat, kemungkinan besar setelah hubungan Perdagangan kita dengan China teratasi."

Pompeo berada di ruangan ketika Trump mengirim tweetnya membatalkan perjalanan, sekretaris pers Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan kepada CNN.

Sumber diplomatik senior mengatakan kepada CNN bahwa para pejabat Departemen Luar Negeri "mendampingi sekutu" kedutaan tentang tujuan mereka untuk perjalanan seperti 10 menit sebelum "perjalanan dibatalkan, dan Pompeo sendiri telah mengumumkan kunjungan Pyongyang hanya sehari sebelumnya.




Credit  sindonews.com