Ilustrasi vaksin palsu. (CNN Indonesia/Fajrian)
Jakarta, CB -- China menemukan
ratusan ribu vaksin palsu atau diproduksi secara tidak sempurna dari
Changchun Changseng Biotechnology. Sebagian besar di antaranya adalah
vaksin rabies serta difteri dan tetanus (DPT).
Lembaga Pemantau
Makanan dan Obat-obatan China (CFDA) segera menyelidiki Changchun
Changseng Biotechnology terkait skandal ini. Pihak berwenang juga
dilaporkan telah mencabut lisensi perusahaan tersebut.
Masalah ini pertama kali terkuak ke publik saat pemerintah menginspeksi
fasilitas perusahaan tersebut pada 15 Juli lalu. CFDA menemukan dugaan
pemalsuan spesifikasi produksi dan peralatan.
Sejauh ini, kepolisian wilayah Changchun telah menahan 15 orang termasuk pemimpin perusahaan atas "dugaan pelanggaran pidana."
Dikutip
AFP, meski polisi tak menyebut identitas
lengkap pemimpin Changchun Changseng Biotechnology, beberapa media
melaporkan perempuan itu bernama Gao Junfang.
Skandal ini
mengungkap bobrok sistem kendali dan keamanan makanan serta obat-obatan
China. Insiden pemalsuan ini membuat geger publik karena sebagian besar
vaksin yang diproduksi telah beredar di masyarakat dan telah digunakan
pada anak-anak.
Sebagian besar vaksin dilaporkan telah ditarik dari pasaran. Hingga
kini, pemerintah belum memberi informasi resmi mengenai dampak dan efek
samping dari penggunaan produk tersebut.
Ratusan ribu komentar geram netizen membanjiri media sosial China sejak berita pemalsuan vaksin beredar pada akhir pekan lalu.
"Kepada
negara saya, bagaimana saya bisa mempercayai Anda? Anda mengecewakan
saya lagi dan lagi," ucap salah satu pengguna Weibo, media sosial China
sejenis Twitter seperti dikutip
CNN.
"Kepercayaan
kami telah dikhianati berulang kali, lagi dan lagi. Ini merupakan
tindakan yang sangat tidak bertanggung jawab untuk kehidupan semua
orang."
Seorang ibu bernama belakang Zhen dan berasal dari Baoding, Provinsi
Habei, mengatakan dia sangat khawatir dengan berita ini karena anaknya
yang berusia enam tahun telah divaksinasi menggunakan produk Changseng.
"Saya sangat kebingungan. Saya harus menunggu kesimpulan resmi dari pemerintah," katanya.
Zhen
mengatakan dia memilih produk vaksin buatan Changseng sebagai bentuk
dukungan dan kepercayaannya terhadap produk lokal, sementara sebagian
orang lebih tertarik menggunakan vaksin buatan luar.
"Tapi dengan
insiden ini jelas membuat saya prihatin. Ini akan sangat sulit
membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap produk nasional.
Bagaimana pun, anak-anak adalah sumber kehidupan orang tua," ucap Zhen.
Administrasi Makanan dan Obat-Obatan Provinsi Jilin menemukan total 253
ribu vaksin DPT palsu buatan Changseng. Ratusan ribu vaksin disebut
telah dijual ke Pusat Pemantau dan Pencegahan Penyakit Provinsi
Shandong.
Insiden hampir serupa juga pernah terjadi pada November
2017 lalu, ketika setidaknya 400 ribu vaksin yang sama buatan Institut
Produk Biologi Wuhan ditemukan tak sesuai standar.
Delapan
provinsi dan kota segera menghentikan penggunaan vaksin tersebut,
sementara empat wilayah lainnya mengklaim tidak pernah menggunakan
vaksin buatan perusahaan tersebut.
Meski tengah berada di Afrika
melakukan tur kenegaraan, Presiden Xi Jinping menggambarkan insiden ini
sebagai "keji dan mengejutkan".
Xi meminta pihak berwenang mengusut tuntas masalah ini dan "membuang racun dari tulang" demi memperbaiki masalah vaksin ini.
Credit
cnnindonesia.com