www.nasa.gov/Sebastian Saarloos
Salah satu penampakan aurora borealis di Alaska pada April 2015,
sebagaimana diunggah di situs lembaga penerbangan dan antariksa Amerika
Serikat.
CB –
Aurora borealis, fenomena penampakan warna eksotis di kutub utara Bumi,
disebut akan menghilang pada pengujung 2016. Jangan khawatir, fenomena
ini diperkirakan hanya menghilang sementara. Lagi pula, ada alternatif
cara untuk tetap bisa melihatnya.
Aurora adalah
fenomena cahaya eksotis di langit, yang hanya terjadi di daerah dengan
medan magnet kuat, seperti di kawasan kutub Bumi. Bila penampakannya di
utara disebut aurora borealis, maka di sekitar kutub selatan namanya
aurora australis. Daya tarik dari aurora juga berasal dari warna yang
bergerak-gerak laiknya awan.
Fenomena aurora di Bumi bermula dari
kekuatan energi matahari. Sebagai salah satu bintang, matahari punya
inti bersuhu tak kurang dari 14 juta derajat Kelvin dan tekanan
berkekuatan lebih dari 100 miliar kali atmosfer Bumi.
Cahaya matahari merupakan hasil reaksi fusi termonuklir di intinya.
Energi dari reaksi fusi ini lalu merambat ke permukaan matahari yang
juga memunculkan medan magnet sangat kuat.
Daerah
dengan medan magnet di matahari itu bersuhu lebih rendah dibandingkan
area lain. Warna yang cenderung lebih gelap, menjadikannya jamak disebut
sebagai bintik matahari alias
sunspot. Bayangkan bintik ini sebagai bendungan yang menahan aliran deras arus sungai.
Ketika
"bendungan" tersebut jebol, aliran energi dari inti matahari pun
terlontar dan terjadilah angin matahari. Namanya menjadi badai matahari
bila intensitasnya sangat tinggi. Inilah yang kemudian melahirkan
fenomena aurora, termasuk di Bumi, yaitu ketika lontaran energi itu
sampai bersinggungan dengan atmosfer.
Saat melewati planet yang
tak punya atmosfer, angin matahari—terlebih lagi badai matahari—akan
menghanguskan permukaan planet itu. Atmosfer ibarat tameng yang meredam
imbas angin matahari. Meski begitu, tetap ada sebagian partikel angin
matahari yang "merembes" ke lapisan atmosfer.
NASA
Beragam penampakan aurora, termasuk aurora borealis di kawasan kutub
utara Bumi, di situs web NASA. Gambar dicuplik pada Jumat (15/1/2016).
Pendar
cahaya yang terjadi dalam proses pembentukan aurora muncul ketika
partikel angin matahari bertabrakan dengan partikel di atmosfer Bumi.
Adapun kesan gerakan aurora adalah pengaruh dari tarikan medan magnet
yang berpusat di dua kutub Bumi.
Saat angin matahari—yang pada
dasarnya berupa partikel proton dan elektron—bersinggungan dengan medan
magnet bumi, alirannya pun berbelok. Purnalah proses terjadinya fenomena
aurora.
Cara mata menangkap warna
Semakin besar kekuatan energi angin matahari, makin dalam pula
lapisan atmosfer yang tertembus. Perbedaan kedalaman atmosfer merupakan
penyebab munculnya ragam warna aurora, karena setiap lapisan atmosfer
punya atom penyusun yang berbeda.
Pada ketinggian 300 kilometer,
misalnya, angin matahari yang bertabrakan dengan hidrogen akan
menghadirkan pendar kemerah-merahan. Adapun pada ketinggian 140
kilometer, tabrakan dengan oksigen akan memunculkan aurora bernuansa
warna biru atau ungu.
Nuansa ini pun dipengaruhi kemampuan retina mata manusia mendefinisikan warna. Sel batang di retina (
rods) bisa mengenali warna hitam, putih, dan abu-abu. Adapun warna lain dikenali oleh sel kerucut (
cones) di retina.
Warna yang dikenali
cones
pada dasarnya adalah cahaya dengan rentang spektrum antara 400
nanometer hingga 700 nanometer. Spektrum di bawah maupun di atas rentang
itu tak bisa ditangkap sel retina. Seperti paparan situs web
colormatters.com, warna secara teknis adalah efek visual dari komposisi spektrum cahaya yang terpancar, tersalur, atau terpantul.
www.colormatters.com Ilustrasi cara mata melihat warna.
Warna
biru-violet adalah spektrum terendah yang tertangkap mata, berasal dari
cahaya yang lebih redup dibandingkan merah atau hijau. Itulah mengapa
tingkatan cahaya biru-violet terlihat lebih gelap dibanding merah atau
hijau. Namun, cahaya dengan kegelapan relatif juga dibutuhkan untuk
mendapatkan warna yang semakin terang, misalnya dari kuning ke oranye.
Perpaduan
cahaya yang berbeda spektrum dalam rentang itu merupakan dasar
pembentukan warna lain yang akan bisa juga dikenali retina. Warna kuning
dalam rentang spektrum 577 nanometer hingga 597 nanometer, misalnya,
akan dikenali ketika
cones hijau dan merah di retina teraktifkan.
Perpaduan
semua spektrum warna dalam rentang tangkap retina akan menghasilkan
warna putih. Kembali ke aurora, warna-warna eksotisnya merupakan akibat
dari hamburan serangkaian spektrum cahaya dari gesekan partikel dalam
jumlah besar secara bersamaan.
Sebelum redupMerujuk
Peter Delamare dari Institut Geofisika di Amerika Serikat, aurora
borealis akan memasuki fase terendah dari siklus 11 tahun lintasan orbit
matahari. Seperti dikutip situs web
Clapway, aurora bakal meredup selewat 2016 dan diperkirakan baru muncul lagi pada 2024 atau 2026.
Kalaupun
selewat 2016 masih ada pendaran terlihat di langit bagian utara Bumi,
cahayanya redup dan tak secemerlang sebelumnya. Karena itu, jika punya
waktu dan dana, tahun ini adalah waktu untuk menyaksikan aurora borealis
sebelum meredup. Destinasi paling direkomendasikan untuk itu antara
lain Alaska, Norwegia, Finlandia, Islandia, dan Skotlandia.
Namun,
tak perlu khawatir juga bila jadwal kegiatan terlanjur padat atau
wisata belum menjadi prioritas alokasi dana. Masih ada alternatif lain.
Rekaman video, film dokumenter, dan foto aurora borealis sudah banyak
bertebaran di beragam situs web, seperti milik lembaga penerbangan dan
antariksa Amerika Serikat, NASA.
Meski
demikian, untuk mendapati kualitas tayangan pendaran cahaya yang
mendekati kondisi asli, pilihan peranti dan teknologinya merupakan
penentu. Tak semua layar televisi apalagi komputer dan
gadget punya teknologi yang bisa mereproduksi jutaan warna alami.
Menghadirkan keindahan fenomena alam seeksotis aurora borealis butuh layar yang bisa mereproduksi jutaan warna. Televisi Viera dari Panasonic, misalnya, yang punya teknologi
hexa chroma drive.
Teknologi
tersebut menggunakan enam warna dasar—merah, hijau, biru, cyan,
magenta, dan kuning—untuk meracik tampilan warna senatural aslinya.
Duduk manis di rumah pun, memakai teknologi semacam itu, kita tetap bisa
menikmati eksotisme aurora borealis.
Credit
KOMPAS.com