Tampilkan postingan dengan label SELANDIA BARU. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SELANDIA BARU. Tampilkan semua postingan

Jumat, 22 Maret 2019

Selandia Baru: Keamanan Warga Muslim Jadi Fokus Negara


Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern meninggalkan lokasi shalat Jumat di Hagley Park, Christchurch, Selandia Baru, Jumat (22/3).
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern meninggalkan lokasi shalat Jumat di Hagley Park, Christchurch, Selandia Baru, Jumat (22/3).
Foto: AP Photo/Vincent Thian

Muslim di Selandia Baru menunaikan shalat Jumat perdana sejak penembakan.




CB, ANKARA -- Pemerintah Selandia Baru akan menjamin keamanan dan kesalamatan setiap warga Muslim di negaranya pascainsiden penembakan dua masjid di Christchurch pada Jumat pekan lalu. Sebanyak 50 orang meninggal dalam insiden tersebut.

"Memastikan komunitas Muslim di Selandia Baru merasa aman adalah fokus khusus," kata Menteri Luar Negeri Selandia Baru Winston Peters dalam pertemuan darurat Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Istanbul, Turki, Jumat (22/3), dikutip laman Sputnik.

OKI telah menggagas pertemuan darurat untuk membahas merebaknya fenomena Islamofobia, termasuk insiden penembakan di Christchurch. Pertemuan digagas oleh Turki.

Umat Muslim di Christchurch telah menunaikan shalat Jumat perdana sejak peristiwa penembakan brutal pekan lalu. Warga Selandia Baru turut menghadiri prosesi shalat yang digelar di Hagley Park sebagai bentuk solidaritas terhadap Muslim.

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern juga turut hadir di sana dengan mengenakan pakaian serba hitam. Dia sempat memberi pidato dan mengawalinya dengan mengucapkan salam.

Dalam pidatonya, Ardern mengutip perkataan Nabi Muhammad SAW, yakni orang-orang yang beriman dalam kebaikan, belas kasih, dan simpati seperti satu kesatuan tubuh. "Ketika ada bagian tubuh yang sakit, maka seluruh tubuh merasakan sakit. Selandia Baru berduka dengan para korban, kita adalah satu," ujarnya.

Sebanyak 50 orang meninggal dalam insiden penembakan di dua masjid di Christchurch pada Jumat pekan lalu. Peristiwa itu juga menyebabkan puluhan lainnya mengalami luka-luka. Ardern menyebut insiden tersebut sebagai kejadian terkelam di negaranya. 




Credit  republika.co.id



Turki: Komentar Erdogan soal Christchurch Disalahartikan


Turki: Komentar Erdogan soal Christchurch Disalahartikan
Kantor Kepresidenan Turki menyebut pernyataan Presiden Recep Tayyip Erdogan terkait teror penembakan di Christchurch, Selandia Baru, disalahartikan. (Reuters/Tumay Berkin)



Jakarta, CB -- Kantor Kepresidenan Turki menyebut pernyataan kontroversial Presiden Recep Tayyip Erdogan terkait teror penembakan di Christchurch, Selandia Baru, telah disalahartikan.

"Pernyataan Presiden Erdogan sayangnya telah disalahartikan," ucap Direktur Komunikasi Kantor Kepresidenan Turki, Fahrettin Altun, melalui akun Twitter-nya, Kamis (21/3).

Menurut Altan, pernyataan itu diutarakan Erdogan "sebagai repsons terhadap apa yang disebut-sebut sebagai manifesto yang dibuat pelaku sebelum penembakan terjadi."

Erdogan membuat geram Australia setelah dia mengancam akan mengembalikan setiap warga Negeri Kanguru dalam bentuk jasad atau peti mati jika berani melakukan aksi serupa teror Christchurch yang berbau anti-Islam.


Dalam sebuah kampanye, Erdogan mengatakan akan mengembalikan setiap warga Australia yang anti-Islam dalam bentuk jenazah seperti nenek moyang mereka di Gallipoli.

Gallipoli merupakan salah satu pertempuran yang terjadi semasa Perang Dunia I, di mana lebih dari 8.000 pasukan Australia tewas saat menghadapi angkatan bersenjata Kekhalifahan Ottoman, yang saat ini menjadi Turki.

Selain itu, Erdogan juga membuat gerah Selandia Baru lantaran memutar rekaman video penembakan Christchurch.

Akibat pernyataan Erdogan itu, Australia bahkan telah memanggil duta besar Turki di Canberra untuk meminta klarifikasi.




Credit  cnnindonesia.com



Ribuan Pelayat Penuhi Masjid Christchurch



Ribuan Pelayat Penuhi Masjid Christchurch
Ribuan orang telah berkumpul di Taman Hagley, dekat masjid Al-Noor, untuk menandai hari nasional mengingat para korban penembakan pada Jumat pekan lalu. Foto/Istimewa


WELLINGTON - Selandia Baru menyiarkan kumandang azan dan memberikan penghormatan dengan hening cipta selama dua menit dalam upacara untuk menandai satu minggu sejak serangan teroris di Christchurch.

Ribuan orang telah berkumpul di Taman Hagley, dekat masjid Al-Noor, untuk menandai hari nasional mengingat para korban penembakan pada Jumat pekan lalu. Perdana Menteri Jacinda Ardern ikut bergabung dengan ribuan pelayat di dekat masjid Al-Noor, salah satu dari dua masjid yang menjadi target penembakan.

Tepat pada pukul 13.30 waktu setempat, kumandang azan disiarkan di televisi dan radio nasional yang kemudian diikuti oleh hening cipta selama dua menit.

"Selandia Baru berduka dengan Anda, kami adalah satu," ujar Ardern kepada umat Muslim Selandia Baru seperti disitir dari BBC, Jumat (22/3/2019).

Sementara Imam Gamal Fouda, yang memimpin salat Jumat, mengatakan pria bersenjata itu menghancurkan hati jutaan orang di seluruh dunia.

"Hari ini, dari tempat yang sama, aku melihat keluar dan aku melihat cinta dan kasih sayang," katanya.

"Kita patah hati, tetapi kita tidak hancur. Kita hidup, kita bersama, kita bertekad untuk tidak membiarkan siapa pun memisahkan kita," imbuhnya.

Banyak masjid di seluruh Selandia Baru diharapkan membuka pintu bagi pengunjung dan rantai manusia akan dibentuk di luar sebagai salah satu tindakan perlindungan dan solidaritas simbolis.

Sebelumnya, Ardern mendorong sebanyak mungkin warga Selandia Baru untuk menggunakan hari ini untuk berhenti sejenak dan berefleksi. 


"Saya tahu banyak warga Selandia Baru ingin menandai minggu yang telah berlalu sejak serangan teroris dan mendukung komunitas Muslim ketika mereka kembali ke masjid," katanya.

"Bagaimana kita memilih untuk berefleksi selama keheningan akan berbeda bagi kita masing-masing. Setiap orang harus melakukan apa yang terasa benar bagi mereka, di mana pun mereka berada - di rumah, di tempat kerja, di sekolah," sambungnya.

Satu kampanye media sosial telah mendesak perempuan non-Muslim di Selandia Baru untuk mengenakan jilbab untuk hari ini.

Sementara itu, pejabat pemerintah bekerja pada malam hari untuk mempersiapkan masjid dan tubuh para korban untuk pemakaman massal di Christchurch pada hari Jumat nanti.

Seorang yang ikut serta mengatakan: "Semua tubuh dimandikan. Kami selesai sekitar pukul 01.30 pagi. Itu adalah tugas kami. Setelah kami selesai ada banyak emosi, orang-orang menangis dan berpelukan."

Lima puluh orang terbunuh dan puluhan lainnya terluka dalam aksi penembakan brutal yang dilakukan oleh serangan warga negara Australia Brenton Tarrant.

Tarrant, seorang pendukung supremasi kulit putih, telah didakwa dengan dakwaan tunggal pembunuhan dan diperkirakan akan menghadapi dakwaan tambahan.


Credit  sindonews.com



PM Selandia Baru Pimpin Peringatan Jumat Kelabu Hari Ini


PM Selandia Baru Pimpin Peringatan Jumat Kelabu Hari Ini
Masjid Linwood di Christchurch, Selandia Baru yang menjadi lokasi penembakan pada 15 Maret 2019. (ANTARA FOTO/Ramadian Bachtiar)




Jakarta, CB -- Tepat pada hari ini adalah peringatan satu pekan aksi teror yang terjadi di dua masjid di Kota Christchurch, Selandia Baru. Sejumlah warga non-Muslim di Negeri Kiwi, termasuk Perdana Menteri Jacinda Ardern, disebut akan hadir untuk memimpin upcara peringatan dan melihat pelaksanaan ibadah.

Seperti dilansir Reuters, Jumat (22/3), peringatan itu bakal dipusatkan di Taman Hagley, yang terletak di seberang Masjid Al Noor yang menjadi salah satu lokasi kejadian teror. Ardern dan segenap warga Selandia Baru baik Muslim dan non-Muslim akan berkumpul di sana.

Pada pukul 13.30 waktu setempat, kumandang azan akan disiarkan ke seluruh Selandia Baru. Setelah itu, mereka akan mengheningkan cipta secara nasional selama dua menit, kemudian dilanjutkan ibadah Salat Jumat.


Dalam kegiatan itu, Ardern akan ditemani oleh sejumlah tokoh masyarakat dan perwakilan negara-negara sahabat.

Sejumlah warga Selandia Baru sudah terlihat berdatangan ke Taman Hagley. Sedangkan sejumlah polisi bersenjata lengkap berjaga di sekitar Masjid Al Noor.

Di media sosial diramaikan dengan tagar gerakan #headscarffharmony. Tujuannya mengajak warga non-Muslim perempuan menunjukkan rasa simpati terhadap warga Muslim dengan mengenakan kerudung.

Dilaporkan sejumlah perempuan non-Muslim di Selandia Baru terlihat mulai mengenakan kerudung pada hari ini. Mereka juga terlihat berdatangan ke masjid-masjid yang ada di sekitar lingkungan mereka.

Robyn Molony (65), salah satu warga Christchurch, datang bersama sejumlah temannya ke Taman Hagley sembari mengenakan kerudung. Dia menyatakan rutin berkunjung ke lokasi itu setiap hari.

"Kami mengenakan kerudung untuk menunjukkan dukungan, kasih sayang, dan solidaritas kami dan berharap semuanya bisa melakukan hal yang sama terhadap para muslimah, mereka adalah bagian dari kami," kata Molony.

Anggota polisi yang berjaga di Christchurch juga mengenakan pita hijau di dada mereka sebagai simbol perdamaian. Seluruh korban meninggal dalam insiden itu juga telah selesai dimandikan. Pemakaman mereka dijadwalkan digelar selepas salat Jumat hari ini.

Aksi teror yang dilakukan Brenton Tarrant, seorang warga Australia, terjadi di dua masjid di Kota Christchurch pada 15 Maret. Yakni Masjid Al Noor dan Masjid Linwood. Dia menggunakan senapan serbu AR-15 dan shotgun dalam aksinya.

Tarrant merekam perbuatannya dan disiarkan langsung melalui akun Facebook-nya. Tarrant berhasil ditangkap setelah menyerang Masjid Al Noor, ketika hendak pergi menggunakan mobil.

Jumlah korban meninggal dalam kejadian itu mencapai 50 orang. Sedangkan korban luka tercatat juga 50 orang.

Salah satu korban meninggal adalah warga Indonesia, mendiang Lilik Abdul Hamid.

Sedangkan WNI yang menjadi korban luka adalah Zulfirmansyah dan anaknya.


Tarrant, yang merupakan penganut ideologi supremasi kulit putih, menyatakan tidak mengajukan keberatan atas seluruh dakwaan. Persidangan lelaki Australia itu bakal dilanjutkan pada 5 April mendatang, dan kemungkinan besar dia bakal menghadapi dakwaan berlapis.

Ardern melarang penjualan senapan serbu dan semi-otomatis sebagai respons terhadap penembakan di dua masjid Kota Christchurch pada pekan lalu. Dia memaparkan siapa pun yang menyimpan senjata ke depannya akan menghadapi denda hingga NZ$4.000 dan terancam tiga tahun penjara.




Credit  cnnindonesia.com




Viral, Siluet Jamaah Salat Membentuk Pakis Perak



Viral, Siluet Jamaah Salat Membentuk Pakis Perak
Foto/Ilustrasi/Istimewa


CANBERRA - Seorang seniman asal Australia mempunyai cara tersendiri untuk mengingat aksi penembakan brutal dua masjid di Christchurch pekan lalu. Ia membuat siluet jamaah salat yang membentuk pakis perak, lambang tradisional Selandia Baru.

Ilustrasi itu pun menjadi viral dalam beberapa hari terakhir, dengan banyak netizen memuji gambar tersebut.

Sang seniman, Pat Campbell, dikenal kerap membuat kartun untuk surat kabar Canberra Times Australia. Dalam sebuah wawancara dengan CNN, ia mengatakan bahwa ia menggambar ilustrasi itu untuk mengenang mereka yang terbunuh dalam penembakan di masjid Christchurch.

"Awalnya saya menggambar 49 angka. Ketika jumlahnya direvisi menjadi 50, saya menambahkan siluet lain," kata Campbell kepada kantor berita yang berbasis di Amerika Serikat itu.

Campbell mengaku ide untuk membuat ilustrasi pakis itu datang sehari setelah penembakan massal.

"Saya memikirkan pakis, simbol penting bagi Selandia Baru, bentuknya yang secara alami cocok untuk merepresentasikan orang," terangnya. 

"Dari sana itu adalah langkah singkat untuk menggambarkan para korban ketika mereka berdoa (salat)," imbuhnya.

"Banyak orang mengatakan kepada saya bagaimana gambar itu menyentuh mereka, atau memberi mereka hiburan, atau meyakinkan bahwa masyarakat luas peduli. Itu hadiah yang menyedihkan tapi luar biasa," tuturnya seperti dikutip dari The Hill, Jumat (22/3/2019).

Campbell mengatakan, bagaimanapun, dia tidak berharap gambar itu menjadi viral. 

"Responsnya merendahkan," katanya. "Seperti yang dapat Anda bayangkan, ini adalah pengalaman yang pahit," tukasnya.

Credit  sindonews.com



Polisi Selandia Baru Keliru Buat Dakwaan Pelaku Teror


Polisi Selandia Baru Keliru Buat Dakwaan Pelaku Teror
Proses pemakaman jenazah korban penembakan di Selandia Baru. (AP Photo/Mark Baker)



Jakarta, CB -- Kepolisian Selandia Baru mengakui mereka melakukan kekeliruan ketika menyusun berkas perkara terdakwa teror penembakan, Brenton Tarrant (28). Sebab, salah satu nama korban meninggal yang tercantum dalam berkas ternyata masih hidup.

"Ada kekeliruan yang kami buat ketika mempersiapkan berkas dakwaan terdakwa teror Christchurch," kata juru bicara Kepolisian Selandia Baru, seperti dilansir AFP, Kamis (21/3).

"Kesalahan itu karena kami keliru menuliskan nama korban dalam berkas dakwaan. Kami telah menghubungi orang yang dimaksud dan meminta maaf," lanjut dia.


Aksi teror yang dilakukan Tarrant terjadi di dua masjid di Kota Christchurch pada 15 Maret. Yakni Masjid Al Noor dan Masjid Linwood. Dia menggunakan senapan serbu AR-15 dan shotgun dalam aksinya.

Tarrant merekam perbuatannya dan disiarkan langsung melalui akun Facebook-nya. Tarrant berhasil ditangkap setelah menyerang Masjid Al Noor, ketika hendak pergi menggunakan mobil.

Jumlah korban meninggal dalam kejadian itu mencapai 50 orang. Sedangkan korban luka tercatat juga 50 orang.

Salah satu korban meninggal adalah warga Indonesia, mendiang Lilik Abdul Hamid.

Sedangkan WNI yang menjadi korban luka adalah Zulfirmansyah dan anaknya.

Tarrant, yang merupakan penganut ideologi supremasi kulit putih, menyatakan tidak mengajukan keberatan atas seluruh dakwaan. Persidangan lelaki Australia itu bakal dilanjutkan pada 5 April mendatang, dan kemungkinan besar dia bakal menghadapi dakwaan berlapis.

Kini proses pemakaman seluruh korban masih berlangsung. Hal itu dilakukan setelah seluruh jenazah berhasil diidentifikasi.

Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, melarang penjualan senapan serbu dan semi-otomatis sebagai respons terhadap penembakan di dua masjid Kota Christchurch pada pekan lalu.

Selain senapan serbu dan semi-otomatis, Ardern mengatakan pemerintah juga melarang penjualan magasin berkapasitas tinggi dan popor senapan khusus.

Ardern mengatakan Selandia Baru juga akan menarik senjata-senjata yang selama ini telah dibeli warganya. Pemerintah, paparnya, akan membeli kembali senjata-senjata tersebut dengan harga antara NZ$100 juta hingga NZ$200 juta.

Lebih lanjut, Ardern memaparkan siapa pun yang menyimpan senjata ke depannya akan menghadapi denda hingga NZ$4.000 dan terancam tiga tahun penjara.


Credit  cnnindonesia.com




Kamis, 21 Maret 2019

Resmi, Selandia Baru Larang Senapan Serbu dan Senjata Semi Otomatis



Resmi, Selandia Baru Larang Senapan Serbu dan Senjata Semi Otomatis
PM Selandia Baru Jacinda Ardern mengumumkan larangan penjualan senapan serbu dan semi otomatis. Foto/Ilustrasi/SINDOnews/Ian


WELLINGTON - Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern mengumumkan, larangan penjualan senapan serbu dan semi otomatis pada Kamis (21/3/2019). Larangan itu merupakan reaksi keras atas serangan teror Christchurch yang menewaskan 50 orang.

"Hari ini saya mengumumkan bahwa Selandia Baru akan melarang semua senjata semi-otomatis bergaya militer. Kami juga akan melarang semua senapan serbu," kata Ardern, sambil mengumumkan langkah-langkah sementara yang akan menghentikan serbuan pembelian sebelum undang-undang diberlakukan.

"Efeknya ini berarti bahwa tidak seorang pun akan dapat membeli senjata-senjata ini tanpa izin untuk mendapatkannya dari polisi. Saya dapat meyakinkan orang-orang bahwa tidak ada gunanya mengajukan izin seperti itu," ujarnya seperti dikutip dari France24.

Ia menambahkan bahwa magazine dan perangkat berkapasitas tinggi mirip dengan stock bump - yang membuat senapan menyala lebih cepat - juga akan dilarang.

"Singkatnya, setiap senjata semi-otomatis yang digunakan dalam serangan teroris pada hari Jumat akan dilarang di negara ini," tegasnya.

Sementara untuk senjata yang masih beredar di luar, Ardern mengumumkan skema pembelian kembali yang akan menelan biaya antara USD69 juta dan USD139 juta, tergantung pada jumlah senjata yang diterima.


"Untuk pemilik senjata yang saat ini telah kami telah kami larang, saya mengakui bahwa banyak dari Anda akan bertindak sesuai hukum," kata Ardern.

"Sebagai pengakuan atas hal itu dan untuk memberi insentif pada pengembalian, kami akan membangun skema pembelian kembali," terangnya.

Siapa pun yang menyimpan senjata setelah periode amnesti akan menghadapi denda hingga USD4.000 dan tiga tahun penjara. 

Dalam kesempatan itu, Ardern juga menepis jika larangan itu akan mendapat perlawanan.

"Sebagian besar warga Selandia Baru akan mendukung perubahan ini. Saya merasa sangat yakin akan hal itu," tukasnya.



Credit  sindonews.com



Lembaga Intelijen Global Investigasi Teror di Selandia Baru




PM Jacinda Ardern mengunjungi keluarga korban serangan teror di Selandia Baru pada Senin, 17 Maret 2019 di Kota Christchurch. Meaww
PM Jacinda Ardern mengunjungi keluarga korban serangan teror di Selandia Baru pada Senin, 17 Maret 2019 di Kota Christchurch. Meaww

CBWellington – Kepala Polisi Selandia Baru, Komisioner Mike Bush, mengatakan lembaga intelijen global mengumpulkan informasi mengenai terdakwa serangan teror di Selandia Baru Brenton Harrison Tarrant.

Lembaga intelijen yang terlibat dalam investigasi kasus ini berasal dari Australia, Kanada dan Inggris selain Selandia Baru.
“Saya bisa pastikan kepada Anda bahwa ini adalah investigasi internasional secara penuh,” kata Bush kepada media seperti dilansir Reuters pada Rabu, 20 Maret 2019 waktu setempat.
Tarrant, yang berasal dari Kota Grafton, New South Wales, Australia, melakukan penembakan massal terhadap jamaah salat Jumat di dua masjid yaitu masjid Al Noor dan masjid Linwood.

Sebanyak 50 orang tewas dalam penembakan membabi-buta itu, yang juga menyasar perempuan dan anak-anak. Sebanyak 29 orang masih menjalani perawatan medis di rumah sakit dengan delapan orang dalam kondisi kritis. Seorang WNI bernama Lilik Abdul Hamid termasuk korban meninggal.
Banyak korban yang menjalani operasi berulang karena menderita luka tembak yang kompleks. Pelaku menggunakan dua senapan AR-15 dengan magazine yang berukuran besar serta sebuah shotgun.
Reuters melansir media menanyakan mengenai lemahnya undang-undang senjata, yang akan diperketat oleh pemerintahan PM Jacinda Ardern.
Media juga bertanya kepada Bush apakah otoritas cukup fokus dalam memantau risiko yang muncul dari ekstrimis sayap kanan.

Masyarakat bergegas menghadiri upacara pemakaman bagi para korban penembakan di masjid, di Memorial Park Cemetery di Christchurch, Selandia Baru, Rabu, 20 Maret 2019. Seorang WNI bernama Lilik Abdul Hamid menjadi salah satu korban tewas. REUTERS/Jorge Silva




Bush juga menjelaskan tim koroner sedang berusaha keras mempercepat proses identifikasi serta pemeriksaan penyebab kematian para korban. Ini agar otoritas bisa segera menyerahkan jasad para korban kepada keluarganya untuk dikuburkan.
“Keluarga para korban merasa resah dengan penundaan karena ajaran Islam mengatur jasad agar dikubur dalam waktu 24 jam,” begitu dilansir Reuters.



Orang-orang menghadiri upacara pemakaman bagi para korban penembakan di masjid, di Memorial Park Cemetery di Christchurch, Selandia Baru, Rabu, 20 Maret 2019. Peristiwa terorisme tersebut menewaskan 50 jemaah Salat Jumat dan melukai 50 lainnya. REUTERS/Jorge Silva
“Kita tidak bisa mendakwa pembunuhan jika tidak mengetaui penyebab kematian. Jadi ini proses yang komprehensif yang harus diselesaikan sesuai standar tertinggi,” kata dia.

Pada Rabu, enam orang korban telah dikuburkan termasuk seorang ayah dan putranya yang merupakan pengungsi asal Suriah. Keduanya adalah Khaled dan Hamza Mustafa. Keduanya baru tiba beberapa bulan di Selandia Baru. Anak lelaki kedua, Zaid Mustafa, terluka tembak dan menjalani perawatan dengan duduk di kursi roda. Dia ikut menghadiri upacara pemakaman sambil ditemani sejumlah anggota keluarga korban teror di Selandia Baru.





Credit  tempo.co





PM Australia Scott Morrison Siapkan Segala Opsi Hadapi Erdogan



Perdana Menteri Australia, Scott Morrison. Sumber: Tracey Nearmy/Getty Images/aljazeera.com
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison. Sumber: Tracey Nearmy/Getty Images/aljazeera.com

CB, Jakarta - Perdana Menteri Scott Morrison menyatakan segala opsi sudah disiapkan menanggapi pernyataan sembrono presiden Turki Recep Tayyib Erdogan yang akan memulangkan para pengunjung peringatan Hari Anzac di Gallipoli dalam peti jenazah.
Erdogan mengeluarkan pernyataan itu sehubungan terjadinya serangan teroris terhadap 2 masjid di kota Christchurch, Selandia Baru pada Jumat pekan lalu, menewaskan 50 orang dan melukai puluhan orang. Menurut Scott tidak sepantasnya Erdogan mengeluarkan pernyataan itu.


"Pernyataan yang dibuat Presiden Turki Erdogan saya anggap sangat menyinggung warga Australia dan sangat ceroboh dalam situasi yang sangat sensitif ini," kata Scott seperti dikutip dari News.coma.au, Rabu, 20 Maret 2019.
"Mereka menyakitkan hati karena mereka menghina ingatan tentang Anzac kita dan mereka melanggar janji yang terukir di batu di Gallipoli tentang janji Ataturk kepada ibu-ibu Anzac lainnya."
Peringatan Gollipoli dilakukan setiap tahun oleh warga Australia dan Selandia Baru untuk mengenang para prajurit kedua negara yang tewas dalam pertempuran Perang Dunia Pertama untuk merebut semenanjung Gallipoli guna membuka Dardanelle untuk dilewati pasukan angkatan laut sekutu. Tujuan utama pasukan Australia, Selandia Baru dan Jerman adalah menguasai Constantinople atau Istanbul saat itu yang dulu menjadi pusat pemerintahan Dinasti Ottoman.
Peringatan hari Anzac diadakan setiap tanggal 25 April. Tahun ini juga diperingati sebagai 100 tahun persahabatan dengan Turki.


Scott menyatakan kesiapannya untuk menghadapi memburuknya hubungan kedua negara dipicu pernyataan Erdogan.
Seperti dilansir Sydney Morning Herald, 20 Maret 2019, segala opsi yang dimaksud Scott mulai terlihat. Di antaranya Scott memerintahkan Duta Besar Australia untuk Turki berbciara dengan penashat presiden Erdogan di Ankara guna mencegah perselisihan yang semakin mendalam lantaran pernyataan yang menyerang tersebut.
Jika hasilnya tidak memuaskan, Scott diperkirakan akan mengusir Duta Besar Turki untuk Australia, Korhan Karakoc.
Badan Nasional Keamanan Australia juga mengingatkan warga Australia untuk berhati-hati melakukan perjalanan ke Turki untuk memperingati hari Anzac di Gallipoli.
Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern mengatakan, Menteri Luar Negeri Winston Peters terbang ke Turki hari ini untuk meminta tanggapan atas pernyataan Erdogan.


"Dia pergi ke sana untuk meluruskan, berhadapan muka," kata Ardern seperti dikutip dari Sydney Morning Herald.
Menanggapi serangan teroris di 2 masjid di Christchurch, Selandia Baru Jumat pekan lalu, Erdogan mengatakan serangan itu sebagai ujian bagi umat Muslim dan rakyat Australia dan Selandia Baru akan menderita jika mereka pergi ke Turki.
"Kakek nenekmu datang dan beberapa di antara mereka pulang dalam peti mati. Jika kamu juga datang seperti kakek nenekmu, pastikan anda akan hilang seperti kakak nenek anda," kata Erdogan.
Pemimpin oposisi Australia, Bill Shorten menyesalkan pernyataan Erdogan yang disebutnya sebagai pernyataan bodoh dan menyerang di saat Selandia Baru berduka akibat serangan teroris di 2 masjid di Christchurch.




Credit  tempo.co




Selandia Baru Minta Erdogan Klarifikasi Komentar Soal Teror


Selandia Baru Minta Erdogan Klarifikasi Komentar Soal Teror
Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardens. (Reuters/Ross Setford)




Jakarta, CB -- Wakil Perdana Menteri Selandia Baru, Winston Peters, akan bertolak ke Turki untuk meminta klarifikasi kepada Presiden Recep Tayyip Erdogan, atas pernyataan kontroversialnya terkait teror penembakan di dua masjid Kota Christchurch pekan lalu.

Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardens, menuturkan mengutus wakilnya yang juga merangkap sebagai menteri luar negeri itu ke Turki untuk meminta penjelasan segera kepada Erdogan.

"Wakil PM kami akan menghadapi komentar-komentar (Erdogan) itu di Turki. Dia (Peters) akan meluruskan hal ini secara langsung dalam tatap muka," ucap Jacinda kepada wartawan di Christchurch seperti dikutip Reuters, Rabu (20/3).


Langkah itu dilakukan Selandia Baru sebagai tanggapan atas komentar Erdogan yang mendesak Selandia Baru menerapkan hukuman mati kepada Brenton Tarrant, warga Australia yang menjadi pelaku penembakan Christchurch.


Di hadapan ribuan warganya saat kampanye, Erdogan mengatakan Turki akan menghukum Tarrant jika Selandia Baru enggan melakukannya.

Dalam kampanye itu, Erdogan juga memperingatkan setiap warga Selandia Baru dan Australia yang anti-Muslim di negaranya akan "dipulangkan dalam peti" oleh Turki seperti yang terjadi dengan pendahulu mereka di Gallipoli.

Gallipoli merupakan salah satu pertempuran yang terjadi semasa Perang Dunia I, di mana lebih dari 8.000 pasukan Australia tewas saat menghadapi angkatan bersenjata Kekhalifahan Ottoman, yang saat ini menjadi Turki.

Erdogan juga disebut menggunakan rekaman teror penembakan Christchurch selama kampanyenya, sebagai pengingat akan propaganda anti-Islam.

Sementara itu, di Jakarta, Peters kembali mengecam pernyataan Erdogan tersebut.

Peters menganggap Erdogan tidak cukup memahami situasi sebenarnya yang terjadi di Selandia Baru.

"Saya bisa melihat (reaksi) Presiden Turki ketika berita (terkait pernyataannya) itu keluar. Saya sejujurnya merasa dia tidak tahu terkait masalah ini," kata Peters dalam pernyataan bersamanya dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla usai melakukan pertemuan bilateral di sela-sela High Level Dialogue on Indo-Pacific Cooperation di Hotel Fairmont.

Peters enggan mengomentari lebih banyak lagi pernyataan Erdogan tersebut. Dia mengatakan pemerintahnya sedang berfokus menangani penanggulangan pasca-teror.

Aksi teror yang dilakukan seorang warga Australia, Brenton Tarrant, terjadi di dua masjid di Kota Christchurch pada 15 Maret 2019. Yakni Masjid Al Noor dan Masjid Linwood.

Insiden terjadi ketika umat Islam setempat sedang bersiap untuk melaksanakan salat Jumat. Jumlah korban meninggal akibat peristiwa itu mencapai 50 orang.

Korban luka dalam kejadian itu juga mencapai 50 orang. WNI yang menjadi korban luka adalah Zulfirmansyah dan anaknya, dan yang meninggal dalam insiden itu adalah Lilik Abdul Hamid.

Setelah peristiwa itu terjadi, kepolisian Selandia Baru menangkap empat orang, terdiri dari tiga lelaki dan seorang perempuan. Namun, baru Tarrant yang dijerat dengan dakwaan pembunuhan dan disidangkan.





Credit  cnnindonesia.com



Selandia Baru Akan Siarkan Azan Salat Jumat Secara Nasional


Selandia Baru Akan Siarkan Azan Salat Jumat Secara Nasional
Ilustrasi. (Reuters/SNPA/Martin Hunter)




Jakarta, CB -- Perdana Menteri Jacinda Ardern mengumumkan bahwa Selandia Baru akan mengumandangkan azan salat Jumat pada pekan ini secara nasional sebagai bentuk solidaritas setelah teror penembakan di dua masjid Christchurch.

Ardern mengatakan bahwa sejak teror yang merenggut 50 nyawa pada Jumat pekan lalu itu, banyak warga Selandia Baru ingin menunjukkan dukungan mereka kepada komunitas Muslim agar tetap leluasa beribadah.

Selain itu, menurut Ardern, ada pula keinginan untuk memperingati momen sepekan setelah tragedi Christchurch tersebut.

"Untuk menanggapi ini, akan ada mengheningkan cipta selama dua menit pada Jumat ini. Kami juga akan menyiarkan panggilan untuk salat secara nasional melalui TVNZ dan RadioNZ," ujar Ardern sebagaimana dikutip TVNZ, Rabu (20/3).


Dengan pengumuman ini, Ardern semakin menjadi perbincangan di jagad maya. Sebelumnya, Ardern disanjung karena dianggap sangat cepat menanggapi serangan teror tersebut.

Sehari setelah insiden, Ardern langsung mengumumkan bahwa ia akan berupaya merevisi undang-undang kepemilikan senjata di negaranya.

Ia juga mengucapkan "Assalamualaikum" saat mengawali pernyataan perdananya di parlemen pasca-teror Christchurch pada Selasa (19/3).

Dalam pidato tersebut, Ardern bersumpah tidak akan menyebutkan nama pelaku penembakan massal di Masjid Al Noor dan Masjid Linwood tersebut.


"Anda semua tidak akan pernah mendengar saya menyebut namanya. Dia adalah teroris, dia adalah seorang kriminal, dia adalah seorang ekstremis. Dia tidak akan memiliki nama ketika saya yang berbicara," ucap Jacinda di depan parlemen pada Selasa (19/3) seperti dikutip CNN.

"Kepada Anda semua, saya mohon sebutlah nama-nama mereka yang menjadi korban daripada orang yang mengambil nyawa mereka. Dia (pelaku) mungkin mencari ketenaran, tetapi kami tidak akan memberikan itu, bahkan namanya sekalipun."




Credit  cnnindonesia.com




Warga Kawal Salat Umat Muslim di Depan Masjid Christchurch


Warga Kawal Salat Umat Muslim di Depan Masjid Christchurch
Warga Selandia Baru beramai-ramai menjaga umat Muslim yang salat di depan salah satu masjid lokasi teror penembakan di Christchurch pada Rabu (20/3) petang. (AFP Photo/Anthony Wallace)



Jakarta, CB -- Warga Selandia Baru beramai-ramai menjaga umat Muslim yang salat di depan salah satu masjid lokasi teror penembakan di Christchurch pada Rabu (20/3) petang.

Puluhan warga Selandia Baru tersebut terlihat saling rangkul pundak dalam diam di belakang jajaran umat Muslim yang berdoa sambil bersujud di depan Masjid Al Noor.

Pemandangan ini membuat takjub umat Muslim lainnya yang melintas, salah satunya Omar, seorang warga Sydney, Australia.


"Jantung saya berdegup kencang. Ini adalah sesuatu yang tak dapat dipercaya. Saya hampir tak dapat menggambarkannya. Masyarakat bersatu sedekat ini, sangat menakjubkan," tutur Omar kepada AFP.


Momen ini terjadi tak lama setelah warga Christchurch berbondong-bondong ke tengah kota untuk menari Haka. Tarian tradisional tersebut biasa diperagakan dalam kebersamaan yang menggugah emosi, bisa suka atau duka.

Tarian massal itu diprakarsai oleh sejumlah kelompok pencinta motor. Tak hanya orang dewasa, anak kecil hingga lansia juga ikut serta, menari dan memberikan semangat kepada umat Muslim.

"Kami di sini karena cinta lebih kuat dari kebencian, itu tema besarnya. Kami di sini untuk teman-teman Muslim," ujar seorang anggota kelompok motor yang berprofesi sebagai pastor, Derek Tait.


Salah satu warga yang ikut serta dalam tarian massal itu, Jacob Leo Skilling, memamerkan tato baru di betis kirinya.

Di atas kulit yang masih meradang akibat jarum tato itu, menyembul gambar seorang perempuan Muslim lengkap dengan hijab, dengan tulisan di atasnya, "Mereka adalah kita."

"Pada akhirnya, kita ini satu ras. Tak peduli agama, warna kulit, hitam, putih, itu tak penting. Kita semua manusia, semua punya darah," katanya.

Tak hanya warga, pemerintah Selandia Baru juga terus menunjukkan simpatinya pada umat Muslim di negara itu.

Sehari setelah teror mengguncang pada Jumat lalu, Perdana Menteri Jacinda Ardern langsung mengunjungi keluarga korban. Ia menjamin keamanan Muslim untuk beribadah dan berjanji akan membiayai semua urusan pemakaman.

Pemimpin perempuan termuda di dunia itu bahkan mengumumkan bahwa Selandia Baru akan mengumandangkan azan salat Jumat pekan ini secara nasional.

Melihat semua kepedulian masyarakat Selandia Baru ini, umat Muslim di negara itu mengaku sangat terharu, termasuk Nuha Asad yang kehilangan suaminya, Ali Elmadani, dalam teror tersebut.

"Masyarakat Selandia Baru benar-benar peduli pada kami dan kami benar-benar menjalani ini bersama. Ini semua membuat kami sedikit senang di tengah duka," katanya.




Credit  cnnindonesia.com




Korban ke-50 Penembakan Christchurch Warga Malaysia


 Pemakaman korban teror penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru, Rabu (20/3).
Pemakaman korban teror penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru, Rabu (20/3).
Foto: AP/Mark Baker

Remaja Malaysia tersebut sempat dinyatakan hilang.


CB, CHRISTCHURCH -- Mimpi buruk sebuah keluarga mengenai anaknya yang hilang kini terkonfirmasi. Korban meninggal ke-50 penembakan di masjid di Christchurch, Selandia Baru telah diidentifikasi.

Dilansir di Stuff, Kamis (21/3), dia adalah warga Malaysia Muhammad Haziq Mohd-Tarmizi (17 tahun). Jenazahnya adalah korban terakhir yang diidentifikasi.

Polisi mengatakan Mohd-Tarmizi meninggal dalam penembakan di Masjid Al Noor di Deans Ave. Dia sebelumnya dinyatakan hilang. Mohd-Tarmizi berada di masjid bersama ibu, ayah dan adik laki-lakinya saat itu.

"Kita harus berharap yang terbaik tapi mempersiapkan diri untuk yang terburuk, mari kita semua berdoa," ujar Menteri Lingkungan dan Kesejahteraan Penang Boon Poh Phee, Selasa lalu.

Phee mengatakan ayah Mohd-Tarmizi, Mohammed Tarmizi Shuib ditembak dua kali, namun dalam kondisi stabil di Christchurch Hospital. Dia sebelumnya juga menjalani operasi. ibunya, Marina Binti Zahari dan adik laki-lakinya tidak mengalami luka fisik.

Phee mengatakan komunitas Malaysia di Canterbury memberikan dukungan bagi keluarga yang berduka tersebut. Sejumlah kerabat mereka juga telah datang ke Selandia Baru.




Credit  republika.co.id



Kalimat Horor Teroris Brenton Tarrant saat Ditangkap Polisi



Kalimat Horor Teroris Brenton Tarrant saat Ditangkap Polisi
Aksi dua polisi Selandia Baru saat menangkap teroris pembantai 50 orang di di dua masjid di Christchurch. Foto/The Sun


CHRISTCHURCH - Brenton Harrison Tarrant, 28, teroris asal Australia, yang membantai 50 orang di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, melontarkan kalimat horor kepada dua petugas polisi yang menangkapnya dari sebuah mobil. Dia mengatakan, "Saya punya bom" dan meletuskan tembakan.

Menteri Kepolisian Selandia Baru Stuart Nash mengungkap cerita penangkapan tersangka teroris itu yang dia sebut momen luar biasa. Dia memuji dua petugas polisi pemberani yang beraksi cepat menangkap Tarrant.

"Kami berbicara tentang kota besar...untuk menahan orang itu baik dalam 20 atau 35 menit, saya pikir ini luar biasa," kata Nash, dikutip news.com.au, Kamis (21/3/2019).

Nash mengungkapkan lebih detail tentang penangkapan Tarrant.

"Kedua orang (polisi) ini menarik orang ini (Brenton Tarrant), tetapi pada saat yang sama dia berteriak, 'Saya punya bom' dan menembak pada saat yang sama, jadi kita terlalu sering menggunakan kata pahlawan, tetapi tidak dalam kasus ini," kata Nash.

Ditanya apakah dua petugas polisi pemberani itu akan menerima penghargaan, Nash mengatakan dia tidak bisa mencegah apa pun. "Tetapi ada yang tak terlalu banyak tindakan keberanian lebih tinggi dari itu," ujarnya.

Sebuah video berdurasi 12 detik yang menggambarkan penangkapan Tarrant menunjukkan mobil tersangka teroris itu ditabrak dan diapit oleh mobil polisi di Brougham St.

Tarrant yang dikeluarkan dari mobilnya terlihat mengenakan celana kargo berwarna gelap, rompi amunisi, dan helm. Selain itu, tangannya juga diborgol di belakang.

Kamera video itu kemudian bergerak lagi dan dua petugas polisi terlihat berlari di sepanjang jalan. 

Teroris asal Australia itu membantai 50 orang di Masjid Al-Noor dan Masjid Linwood, Jumat pekan lalu. Dia beraksi dengan senapan semi-otomatis

Komisaris Polisi Mike Bush mengatakan, "Ini benar-benar penyelidikan internasional".

Menurutnya, penyelidikan cepat tersebut melibatkan polisi Selandia Baru, FBI, polisi Australia, dan mitra intelijen Five Eyes.

Bush mengonfirmasi bahwa sejauh ini tercatat baru ada satu penyerang.

"Fokus (penyelidikan) adalah untuk mencari tahu apakah ada orang lain yang mendukungnya dengan cara apa pun," ujarnya.

Tarrant akan dihadirkan di Pengadilan Tinggi pada 5 April."Tidak diragukan lagi akan ada lebih banyak dakwaan," kata Bush.

"Kami sedang berupaya, seperti yang Anda bayangkan, sejumlah besar tuduhan paling serius," imbuh dia.

Polisi sekarang secara resmi mengidentifikasi 21 korban dan tubuh mereka akan diserahkan kepada keluarga mereka.



Credit  sindonews.com



Teroris tak lepaskan satu orang pun dalam serangan di Selandia Baru


Teroris tak lepaskan satu orang pun dalam serangan di Selandia Baru

Rangkaian bunga dan kartu diletakkan di tempat peringatan sebagai penghormatan bagi korban serangan masjid, dekat garis polisi di depan Masjid Al Noor di Christchurch, Selandia Baru, Minggu (17/3/2019). (REUTERS/JORGE SILVA)





Ankara (CB) - Teroris supremasi kulit putih yang melancarkan serangan pekan lalu terhadap dua masjid di Selandia Baru bahkan tidak melepaskan perempuan dan anak kecil saat ia menembaki orang yang sedang Shalat Jumat.

Sedikitnya 50 orang Muslim wafat dan banyak lagi cedera ketika Brenton Tarrant (28), kelahiran Australia, memasuki Masjid An-Nur dan Linwood di Christchurch serta melepaskan tembakan secara membabi-buta di dalam kedua masjid tersebut.

Tarrant telah didakwa melakukan pembantaian dan ditahan di penjara dengan pengamanan maksimal di Auckland tanpa akses ke media cetak atau daring.

Empat anak kecil yang berusia di bawah 18 tahun meninggal dalam pembunuhan darah dingin dan anak-anak lain masih dirawat di beberapa rumah sakit yang berdekatan dengan lokasi penembakan, kata Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi.

Mucad Ibrahim

Mucad Ibrahim, yang berusia tiga tahun dan dilahirkan di Selandia Baru dari keluarga asal Somalia, sejauh ini adalah anak paling kecil yang dikonfirmasi telah meninggal di Masjid An-Nur.

Saudara dan ayahnya selamat dalam penembakan teroris itu dengan berpura-pura mati. Tapi Mucad, yang terlalu kecil untuk memahami apa yang sedang terjadi, berdiri dan berlari.

Ia ditembak dan meninggal di pelukan ayahnya.

"Ia adalah Kiwi yang dilahirkan sebagai Muslim yang penuh energi, cinta dan kebahagiaan," kata keluarganya di dalam satu pernyataan.

Kiwi adalah nama sebutan yang digunakan masyarakat internasional buat orang dari Selandia Baru.

"Ia dikenang di masyarakat kami sebagai anak kecil yang berasal bukan dari apa-apa selain perwujudan belas kasih, kedamaian dan cinta Tuhan, " kata mereka.

"Mengetahui bahwa Selandia Baru dan seluruh dunia berdiri di belakang anak lelaki kami, kembali meyakinkan kami bahwa kekerasan dan rasisme tidak diterima di dunia kami," kata mereka.

Kata-kata kakaknya di Facebook masih berkumandang.

"Merindukanmu saudaraku tercinta," katanya.

Abdullah Dirie

Abdullah (4), yang paling muda di keluarganya, bersama empat saudaranya di dalam masjid yang semuanya selamat dari serangan teroris.

Keluarganya telah menyelamatkan diri dari Somalia, yang dicabik perang, pada pertengahan 1990-an sebagai pengungsi dan menetap di Selandia Baru.

Pamanya, Abdulrahman Hashi, seorang tokoh agama di satu masjid di Kota Minnepolis, AS, mengatakan kepada New Zealand Herald bahwa serangan teror adalah masalah ekstremisme.

"Sebagian orang mengira orang Muslim di negeri mereka adalah bagian dari itu, tapi ini adalah orang yang tak bersalah," katanya.

Sayyad Milne

"Saya mencintai anak lelaki kecil saya. Ia baru berusia 14 tahun," kata ayah Sayyad Milne, John, kepada The New Zealand Herald. Ia menangis sepanjang wawancara.

Sayyad, siswa yang berusia 10 tahun dan mencintai sepak bola, adalah salah satu dari dua siswa Sekolah Menengah Cashmere yang meninggal dalam serangan teroris bersama Hamza Mustafa --siswa yang berusia 12 tahun.

"Ia membuktikan dirinya bukan hanya sebagai penjaga gawang sejati tapi seorang rekan dan teman yang luar biasa, pemain tim sesungguhnya dengan sikap yang luar biasa dan kepribadian yang hangat serta bersahabat," kata St. Albans Shirley Football Club di dalam satu pernyataan di Facebook.

"Sayyad adalah salah seorang dari kami, dan kami akan selalu mengingat dia," katanya.

Hamza Mustafa

Hamza Mustafa, yang berusai 16 tahun, secara insting menelepon ibunya ketika penembakan dimulai di Masjid An-Nur.

"Ia mengatakan 'Ibu, ada seseorang memasuki masjid dan ia menembaki kami'," kata ibunya, Salwa, sebagaimana diberitakan jejaring berita Stuff.

"Saya menelepon 'Hamza, Hamza', dan saya dapat mendengar suara pelannya, dan setelah itu, semuanya hening," katanya.

Wanita itu terus memegang telepon selama 22 menit, dengan harapan Hamza akan menjawab.

"Teleponnya nyala, tapi saya tak bisa ngomong dengan dia. Setelah itu seseorang mengambil telepon tersebut dan memberitahu saya 'anakmu tidak bernafas, saya kira ia meninggal'."

"Hidup kami benar-benar telah berubah," kata Salwa setelah kehilangan suaminya dan "anak yang paling luar biasa" di Rumah Sakit Christchurch, tempat putranya yang lain, Zaid (13), mulai pulih dari dua luka tembak.

Ketika ditanya mengenai teroris supremasi kulit putih yang melakukan pembantaian tersebut, Salwa menjawab, "Tuhan akan menghukum dia."





Credit  antaranews.com


Erdogan Samakan Teroris Brenton Tarrant dengan ISIS



Erdogan Samakan Teroris Brenton Tarrant dengan ISIS
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Foto/REUTERS


ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyamakan Brenton Tarrant, teroris pembantai 50 orang di dua masjid Selandia Baru, dengan kelompok Islamic State atau ISIS. Menurutnya, keduanya memiliki kesamaan dalam hal ideologi.

Pendapat Presiden Turki itu muncul dalam kolom opininya di surat kabar Washington Post edisi Selasa lalu.

Menurut Erdogan, Tarrant dan ISIS memiliki tujuan sama, yakni menaklukkan Istanbul. Dia menulis ISIS pernah menyerukan pengikutnya untuk menaklukkan Istanbul. Sedangkan Tarrant, dalam manifestonya bersumpah menjadikan kota Turki itu kembali dikuasai Kristen.

"Setelah serangan Selandia Baru, pihak berwenang Turki menemukan bahwa Brenton Harrison Tarrant, yang diduga sebagai pria bersenjata, telah mengunjungi Turki dua kali pada 2016 dan menghabiskan waktu di berbagai bagian negara ini," tulis Erdogan dalam kolomnya, dikutip International Business Times, Kamis (21/3/2019).

"Selain itu, kami menetapkan bahwa Tarrant melakukan perjalanan ke sejumlah tempat lain, termasuk Maroko, Israel dan Kroasia. Badan intelijen dan penegak hukum Turki, bekerja sama dengan Selandia Baru dan yang lainnya, melanjutkan upaya mereka untuk menjelaskan apa yang terjadi dan untuk mencegah serangan masa depan," lanjut dia.

Erdogan mengecam ekstremis kulit putih dengan mengatakan bahwa penyerang dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, berusaha untuk melegitimasi pandangannya yang memutarbalikkan dan mendistorsi sejarah dunia dan kepercayaan Kristen. "Dia berusaha menanam benih kebencian di antara sesama manusia," tulis Erdogan.

"Jika ada, apa yang terjadi di Selandia Baru adalah produk beracun dari kebodohan dan kebencian," imbuh dia.

"Sama sekali tidak ada perbedaan antara pembunuh yang membunuh orang tak berdosa di Selandia Baru dan mereka yang telah melakukan teroris di Turki, Prancis, Indonesia dan di tempat lain," paparnya.

Erdogan juga menyalahkan Eropa dan bagian lain dari dunia Barat karena diam terhadap Islamofobia dan xenophobia. 

"Sebagai akibat dari pembantaian Christchurch, Barat memiliki tanggung jawab tertentu. Masyarakat dan pemerintah Barat harus menolak normalisasi rasisme, xenophobia dan Islamofobia, yang telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Sangat penting untuk menetapkan bahwa ideologi yang melenceng seperti itu, seperti anti-Semitisme, sama dengan kejahatan terhadap kemanusiaan," tulis dia.

“Kami tidak bisa membiarkan ini lagi. Jika dunia ingin mencegah serangan di masa depan yang serupa dengan yang terjadi di Selandia Baru, itu harus dimulai dengan menetapkan bahwa apa yang terjadi adalah produk dari kampanye kotor terkoordinasi," sambung Erdogan.

Pemimpin Turki itu telah mengabaikan kritik yang meluas dengan tetap menunjukkan cuplikan video yang direkam oleh penembak di Selandia Baru. Erdogan menggunakan rekaman video itu untuk mengecam apa yang disebutnya sebagai peningkatan kebencian dan prasangka terhadap Islam.

Erdogan juga mengecam Selandia Baru dan Australia karena mengirim pasukan ke Turki dalam kampanye Perang Dunia I Gallipoli, dan mengklaim motif mereka berorientasi pada Islam.

Pada hari Rabu, Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengutuk komentar yang dibuat oleh Erdogan. Menurutnya, komentar pemimpin Turki itu ceroboh dan sangat ofensif.

"Pernyataan Presiden Turki Erdogan dibuat bahwa saya menganggap sangat ofensif kepada Australia dan sangat ceroboh dalam lingkungan yang sangat sensitif ini," kata Morrison, setelah memanggil duta besar Turki dan menolak alasan yang ditawarkan.

"Saya mengharapkan, dan saya telah meminta, agar komentar ini diklarifikasi, untuk ditarik. Saya berharap itu terjadi," kata Morrison.


Credit  sindonews.com




Rabu, 20 Maret 2019

Pembacaan Surat Al-Baqarah Buka Sidang Parlemen Selandia Baru


Pembacaan Surat Al-Baqarah Buka Sidang Parlemen Selandia Baru
Imam Nizam ul haq Thanvi membacakan Surat Al-Baqarah pada pembukaan sidang parlemen Selandia Baru. Foto/Istimewa

WELLINGTON - Parlemen Selandia Baru berduka atas pembantaian di Masjid Christchurch. Untuk menunjukkan rasa duka itu, sidang parlemen dibuka dengan pembacaan doa secara Islam untuk para korban.

Dalam sidang parlemen yang terjadi pada Selasa kemarin, Ketua Parlemen Trevor Mallard memimpin delegasi multi-agama ke ruangan itu, dengan Imam Nizam ul haq Thanvi, membacakan doa dalam bahasa Arab, diikuti oleh versi bahasa Inggris oleh Imam Tahir Nawaz.

Kemudian dilanjutkan dengan doa Te Reo Maori.

Para politisi berdiri dan tampak diam ketika doa dari Imam Nizam ul haq Thanvi bergema di dalam ruangan parlemen. Dalam kesempatan itu, Imam Nizam ul haq Thanvi membacakan Surat Al-Baqarah ayat 153-156.

Para politisi dari kedua sisi DPR juga terlihat bersatu dalam memberikan penghormatan kepada para korban yang tewas dalam serangan mengerikan itu.

"Saya telah meminta sekelompok pemimpin agama untuk datang ke Parlemen dengan saya sebagai tanda persatuan dan kebersamaan. Jadi, periode doa kita hari ini akan sedikit diperpanjang," ujar Ketua DPR Trevor Mallard seperti dikutip dari tvnz.co.nz, Rabu (20/3/2019).

Sementara itu, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern memberikan pernyataan belasungkawa pertama. Ia membuka pidatonya dengan mengucapkan Assalamualaikum.

"Mereka adalah orang Selandia Baru, mereka adalah kami. Karena mereka adalah kami, kami berduka cita untuk mereka," katanya.

"Kami tidak bisa mengetahui kesedihanmu, tetapi kami bisa berjalan bersamamu di setiap tahap," sambungnya. 

Ia pun memberikan penghormatan kepada kepada mereka yang mencoba menghentikan serangan tersangka, dan polisi yang menangkapnya Penangkapan itu sendiri tidak lain dari tindakan keberanian.

Ardern pun menyatakan ia tidak akan pernah menyebut nama pelaku.


Sedikitnya 50 orang tewas dan 50 lainnya terluka setelah seorang warga negara Australia, Brenton Tarrant, memberondong dua masjid di Christchurch saat salat Jumat.




Credit  sindonews.com



Pelaku Teror di Selandia Baru Disebut Punya 3 Sasaran


Pelaku Teror di Selandia Baru Disebut Punya 3 Sasaran
Proses pemakaman korban penembakan di Selandia Baru. (REUTERS/Jorge Silva)




Jakarta, CB -- Menurut hasil penyelidikan Kepolisian Selandia Baru, pelaku teror penembakan pada 15 Maret lalu, Brenton Tarrant (28) ternyata mempunyai tiga sasaran saat beraksi di Kota Christchurch. Beruntung polisi berhasil menangkapnya sehingga jumlah korban tidak bertambah.

Kabar itu disampaikan oleh Komisioner Kepolisian Selandia Baru, Mike Bush. Menurut dia, Tarrant yang berasal dari Australia memang sudah mempersiapkan serangan itu sejak tiga bulan sebelumnya.

"Nyawa berhasil diselamatkan," kata Bush tanpa merinci target ketiga itu, seperti dilansir CNN, Rabu (20/3).


Aksi teror yang dilakukan Tarrant terjadi di dua masjid di Kota Christchurch pada 15 Maret. Yakni Masjid Al Noor dan Masjid Linwood. Dia menggunakan senapan serbu AR-15 dalam aksinya. Tarrant merekam perbuatannya dan disiarkan langsung melalui akun Facebook-nya. Tarrant berhasil ditangkap setelah menyerang Masjid Al Noor, ketika hendak pergi menggunakan mobil.


Bush menyatakan tidak mengungkap sasaran lain Tarrant demi menghindari kekhawatiran masyarakat. Menurut dia, Tarrant menyiapkan lima senjata saat beraksi, dua di antaranya sudah diubah menjadi semi otomatis. Beberapa di antaranya dibeli dari toko senjata di kota itu.

Hari ini proses pemakaman jenazah korban penembakan itu dimulai. Mereka yang dikebumikan pertama kali adalah pasangan ayah dan anak asal Suriah, Khaled Mustafa (44) dan Hamza Mustafa (15).

Mereka dimakamkan di blok khusus Muslim di taman pemakaman Memorial, Kota Christchurch. Bush menyatakan polisi sampai saat ini baru memulangkan 21 jenazah dari 50 korban meninggal dalam peristiwa itu.

Juru Bicara Dewan Kota Christchurch, Jocelyn Ritchie, mengatakan tidak seluruh jasad korban akan dimakamkan di Christchurch karena sebagian keluarga memilih memulangkannya ke negara asal.


Bush menyatakan mereka bisa memahami mereka harus segera menyelesaikan autopsi untuk menghormati ketentuan dalam agama Islam terkait pengurusan jenazah. Sebab, dalam Islam sebuah jasad harus dimakamkan paling lama 24 jam sejak yang bersangkutan meninggal. Sebelum dikebumikan, jenazah itu akan dimandikan, dikafani, kemudian disalatkan.

Jumlah korban meninggal dalam kejadian itu mencapai 50 orang. Sedangkan korban luka tercatat juga 50 orang.

Salah satu korban meninggal adalah warga Indonesia, mendiang Lilik Abdul Hamid.

Sedangkan WNI yang menjadi korban luka adalah Zulfirmansyah dan anaknya.


Tarrant menyatakan tidak mengajukan keberatan atas seluruh dakwaan. Persidangan lelaki Australia itu bakal dilanjutkan pada 5 April mendatang, dan kemungkinan besar dia bakal menghadapi dakwaan berlapis.




Credit  cnnindonesia.com




Otoritas Selandia Baru selidiki kemungkinan pelaku lain penembakan


Otoritas Selandia Baru selidiki kemungkinan pelaku lain penembakan
Wakil Presiden Jusuf Kalla (kanan) bersama Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Negeri Selandia Baru Winston Peters memberikan konferensi pers usai pertemuan bilateral disela Dialog Tingkat Tinggi tentang Kerja Sama Indo-Pasifik di Jakarta, Rabu (20/3/2019). Pertemuan bilateral tersebut membahas terkait peristiwa penembakan di dua masjid kota Christchurch serta kerja sama antara kedua negara. (ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN)





Jakarta (CB) - Otoritas Selandia Baru masih menyelidiki kemungkinan tersangka lain yang terlibat dalam aksi teror di dua masjid di Kota Christchurch, setelah menangkap pria berkewarganegaraan Australia yang melakukan penembakan massal tersebut.

Brenton Tarrant (28) diketahui melakukan aksinya sendiri dengan menggunakan lima senjata api untuk menyerang Masjid Al Noor dan Masjid Linwood di Kota Christchurch. Insiden berdarah ini mengakibatkan 50 korban meninggal dunia dan 20 orang lainnya terluka.

“Secara pribadi saya melihat pelaku melakukan setiap aksinya sendiri, dan sangat sulit bagi kami untuk mencari tahu bagaimana dia melakukan hal itu,” kata Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Negeri Selandia Baru Winston Peters usai pertemuan bilateral dengan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla di sela-sela Dialog Tingkat Tinggi tentang Kerja Sama Indo-Pasifik di Jakarta, Rabu.

Otoritas Selandia Baru, menurut Peters, berharap dapat menemukan orang-orang yang mungkin bekerjasama dengan Tarrant dalam pengungkapan kasus ini.

Orang-orang tersebut, ia melanjutkan, bisa saja ikut mendukung aksi Tarrant yang sejauh ini diketahui dilatarbelakangi prinsip supremasi kulit putih (white supremacy).

“Bukan berarti orang-orang itu tidak memiliki pemikiran yang sama dengannya---idiot, dan pengecut,” tutur Peters.

Peters menggambarkan peristiwa penembakan yang terjadi pada 15 Maret lalu sebagai pukulan bagi negaranya.

Sebagai tanggapan atas serangan tersebut, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern telah menyatakan akan mengubah aturan kepemilikan senjata bagi warga sipil.

Perubahan aturan tersebut, menurut Peters, akan dibahas dalam parlemen Selandia Baru segera setelah seluruh korban tewas dimakamkan dan korban terluka pulih seperti sedia kala.




Credit  antaranews.com



Australia Desak Erdogan Tarik Ucapan Soal Teror Selandia Baru


Australia Desak Erdogan Tarik Ucapan Soal Teror Selandia Baru
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison. (Reuters/David Gray)




Jakarta, CB -- Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, tidak terima dengan pernyataan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, yang menyinggung soal sentimen anti-Islam dalam aksi teror penembakan di Kota Christchurch, Selandia Baru. Dia mengancam akan mempertimbangkan untuk meninjau ulang hubungan Negeri Kanguru dengan Turki jika pernyataan itu tidak dicabut.

"Pernyataan yang disampaikan oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menurut saya sangat menyinggung bangsa Australia dan sangat ceroboh di waktu yang sensitif seperti saat ini," kata Morrison, seperti dilansir AFP, Rabu (20/3).

Morrison menyatakan dia sudah memanggil Duta Besar Turki untuk Australia, guna meminta klarifikasi. Dia menyatakan enggan menerima permintaan maaf dari sang diplomat.


"Saya berharap dan telah meminta supaya pernyataan ini diklarifikasi dan ditarik," ujar Morrison.


Sedangkan Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, enggan menanggapi terlalu jauh pernyataan Erdogan. Namun, dia mengatakan Wakil PM, Winston Peters, akan melawat ke Turki untuk menyampaikan sikap mereka.

"Wakil perdana menteri akan mengkonfrontasi pernyataan itu di Turki. Dia akan menyelesaikannya secara tatap muka," kata Ardern.

Dalam ajang kampanye pemilihan kepala daerah di Antalya, Erdogan menayangkan rekaman teror penembakan di Selandia Baru yang dilakukan warga Australia Brenton Tarrant, dengan alasan sebagai pengingat akan propaganda anti-Islam. Erdogan turut menyitir isi manifesto Tarrant yang ditulis sebelum beraksi yang menyatakan hendak mengusir bangsa Turki dari Eropa.

Erdogan mengancam bakal memerangi pihak-pihak yang hendak menebar teror anti-Islam di Turki. Dia juga menyinggung soal peristiwa Pertempuran Gallipoli pada 1915 dalam Perang Dunia I.

Saat itu pasukan Kekhalifahan Ottoman menaklukkan pasukan Inggris, Australia, dan Selandia Baru yang hendak menguasai kota itu. Tercatat ada delapan ribu pasukan Australia meninggal dalam pertempuran itu.

Erdogan menyatakan warga asing yang hendak menebar teror anti-Islam bakal menghadapi nasib sama seperti pasukan Inggris, Australia, dan Selandia Baru dalam pertempuran Gallipoli.


"Kami sudah berada di sini seribu tahun, dan akan terus di sini hingga kiamat. Insya Allah. Buyut kalian datang dan pulang dalam peti mati. Saya tidak ragu kalian juga bakal bernasib sama seperti itu," ujar Erdogan.




Credit  cnnindonesia.com