Selama masa krisis, Qatar dan Turki bangun kerja sama strategis di berbagai bidang.
CB,
ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyep Erdogan mengatakan kerja sama
antara Turki dengan Qatar akan terus diperkuat. Tidak hanya di sektor
perdagangan tapi juga di sektor-sektor lain seperti pertahanan,
pariwisata dan energi. Alasannya karena Qatar mendukung Turki dalam
isu-isu terkini.
"Kami tidak akan pernah lupa dan tidak akan pernah melupakan
solidaritas yang ditunjukan kepada negara kami oleh saudara kami Qatar
dalam isu-isu terkini - dari upaya kudeta 15 Juli sampai serangan ke
kurs mata uang bulan Agustus," kata Erdogan di pabrik otomotif BMC, yang
terletak di sebelah barat Provinsi Sakarya, seperti dilansir dari
Aljazirah, Senin (14/1).
Erdogan
menekankan Turki akan terus melanjutkan upaya untuk mengurangi
ketergantungan terhadap negara lain di sektor pertahanan. Erdogan
menambahkan lebih dari setengah ketergantungan terhadap asing turun
drastis, dari sebelumnya mencapai 80 persen pada tahun 2002 menjadi 35
persen saat ini.
"Kapasitas militer dan ekonomi Turki, kapabilitas politik dan diplomatik harus didorong," kata Erdogan.
Ia
mengatakan ketergantungan di sektor pertahanan 'cenderung' tinggi.
Selama masa krisis, Qatar dan Turki membangun kerja sama strategis di
bidang politik, ekonomi dan militer.
Pada bulan Agustus
2018 lalu, Emir Qatar Tamim bin Hamad Al Thani berjanji akan
berinvestasi sebesar 15 miliar dolar AS di Turki. Investasi tersebut
sangat dibutuhkan oleh Turki yang mengalami krisis mata uang yang
nilainya jatuh 45 persen dari dolar AS.
"Kami mendukung
saudara-saudara kami di Turki yang sudah membela kepentingan Muslim di
seluruh dunia dan Qatar," kata Sheikh Tamim di media sosial Twitter kala
itu.
Pada tahun 2017 lalu Ketua Kamar Dagang Qatar
Mohammed bin Twar mengatakan investasi Qatar ke Turki sudah lebih dari
20 miliar dolar AS. Investasi Qatar terbesar kedua ke negara mana pun.
Di
bulan Mei 2017 Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir memutus
hubungan diplomatik dan transportasi dengan Qatar. Mereka menuduh Qatar
menjadi sponsor dan mendukung 'terorisme', sebuah tuduhan yang dibantah
dengan keras oleh Qatar.
Sejak saat itu blok Arab sudah
mengisolasi Qatar di sektor diplomatik dan ekonomi. Pada 7 Juni 2017,
dua hari setelah Qatar mengalami krisis Negara-negara Teluk tersebut,
parlemen Turki meratifikasi dua perjanjian kerja sama yang mengizinkan
pasukan Turki di tempatkan di Qatar.
Hal ini menjadi salah
satu upaya kedua negara meningkatkan kerja sama militer demi keamanan
dan stabilitas Qatar. Sebagai bagian dari upaya menahan serangan
negara-negara Teluk lima kendaraan bersenjata tiba di Doha pada 18 Juni
2018 lalu.
Negara-negara Teluk sudah menawarkan 13
persyaratan kepada Qatar. Negara-negara itu akan memperbaiki hubungan
dengan Qatar asalkan Qatar mau menutup pangkalan militer Turki yang
dapat menampung 5.000 pasukan.
Ketika Arab Saudi menutup
satu-satunya perbatasan darat yang dimiliki Qatar maka banyak
barang-barang vital yang tidak bisa masuk ke Qatar termasuk pasokan
makanan. Untuk mencegah kelaparan tidak lebih dari 48 jam setelah Arab
Saudi memblokade perbatasan tersebut Turki mengirim pesawat kargo yang
diisi dengan susu, yoghurt dan unggas ke Qatar.
Pada Ahad
(13/1) Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo juga
mengatakan negaranya akan membangun kerja sama strategis dengan Qatar.
Dalam konferensi pers di Doha, Pompeo meminta Qatar dan negara-negara
Teluk untuk mengakhiri perselisihan politik diantara mereka.
Qatar
menjadi salah satu dari sembilan negara yang dikunjungi Pompeo di Timur
Tengah. Kunjungan ini dilakukan untuk memperkuat kepercayaan sekutu AS
di kawasan tersebut yang sempat melemah.
"Kerja sama
strategis kami akan diperluas dibanyak bidang dan akan terus tumbuh,"
kata Pompeo di forum dialog strategis AS-Qatar.
AS
memiliki pangkalan udara militer di Qatar yang dinamakan Al Udeid.
Markas dari US Central Command itu adalah pangkalan yang digunakan
sebagai landasan pacu koalisi yang dipimpin AS dalam memerangi ISIS di
Timur Tengah.
Pompeo juga mendorong persatuan
negara-negara Teluk untuk membangun aliansi yang solid dalam memerangi
pengaruh Iran di kawasan itu. "Perselisihan antara negara yang memiliki
tujuan yang sama tidak pernah membantu," kata Pompeo.