Anna Shapiro mengaku merasa diracun oleh Rusia karena meninggalkan negara itu.
CB, MOSKOW -- Pemerintah Rusia membantah terlibat kasus peracunan terbaru
di Salisbury, Wilthshire, Inggris. Pada 16 September, Kepolisian
Wilthshire menutup dan menyegel sebuah restoran setelah Alex King dan
istrinya yang berasal dari Rusia, Anna Shapiro sakit saat makan di sana.
"Saya pikir tidak ada gunanya mengomentari laporan seperti itu," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, seperti dilansir dari
TASS, Rabu (19/9).
Kepolisian
menutup area sekitar restoran tersebut setelah kejadian itu. Kepolisian
Wiltshire pun sempat mengumumkan penutupan ini di akun resmi media
sosial
Twitter mereka.
Anna Shapiro mengatakan ia
merasa diracun oleh pemerintah Rusia karena meninggalkan negara
tersebut. Tapi menurut Peskov apa yang dikatakan Shapiro tidak masuk
akal. "Sebagian besar informasi dari Salisbury yang
absurd menjadi buktinya," kata Peskov.
Pada
Maret lalu mantan mata-mata Rusia Sergei Skripal dan putrinya Yulia
diduga diracun menggunakan gas syaraf dikenal dengan Novichok. Sebuah
senjata kimia berupa gas yang dikembangkan oleh Uni Soviet dan Rusia
pada 1971 sampai 1993.
Penyidik Inggris menuduh badan
intelijen Rusia yang bertanggungjawab pada kasus ini. Mereka menuduh
Alexander Petrov dan Ruslan Boshirov sebagai orang yang berusaha
membunuh Skripal dan Yulia.
Shapiro yang menjadi warga
negara Israel pada 2006 dan pindah ke Inggris pada 2008 yakin
pemerintahan Vladimir Putin yang berusaha merancunnya di Salisbury.
Shapiro mengatakan, ia menemukan suaminya Alex King pingsan dengan mulut
berbusa di kamar mandi pria di Salisbury.
"Saya menjadi
target kaki tangannya Putin, mereka ingin saya mati karena saya
menentang Putin dan berpaling dari negara saya, Rusia bisa melakukan apa
pun," kata Shapiro, seperti dilansir dari
The Sun.