Kamis, 20 September 2018

Rusia Bantah Tebar Racun di Salisbury


Police Line (ilustrasi)
Police Line (ilustrasi)
Foto: www.nbcmiami.com

Anna Shapiro mengaku merasa diracun oleh Rusia karena meninggalkan negara itu.



CB,  MOSKOW -- Pemerintah Rusia membantah terlibat kasus peracunan terbaru di Salisbury, Wilthshire, Inggris. Pada 16 September, Kepolisian Wilthshire menutup dan menyegel sebuah restoran setelah Alex King dan istrinya yang berasal dari Rusia, Anna Shapiro sakit saat makan di sana.

"Saya pikir tidak ada gunanya mengomentari laporan seperti itu," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, seperti dilansir dari TASS, Rabu (19/9).

Kepolisian menutup area sekitar restoran tersebut setelah kejadian itu. Kepolisian Wiltshire pun sempat mengumumkan penutupan ini di akun resmi media sosial Twitter mereka.

Anna Shapiro mengatakan ia merasa diracun oleh pemerintah Rusia karena meninggalkan negara tersebut. Tapi menurut Peskov apa yang dikatakan Shapiro tidak masuk akal. "Sebagian besar informasi dari Salisbury yang absurd menjadi buktinya," kata Peskov.

Pada Maret lalu mantan mata-mata Rusia Sergei Skripal dan putrinya Yulia diduga diracun menggunakan gas syaraf dikenal dengan Novichok. Sebuah senjata kimia berupa gas yang dikembangkan oleh Uni Soviet dan Rusia pada 1971 sampai 1993. 

Penyidik Inggris menuduh badan intelijen Rusia yang bertanggungjawab pada kasus ini. Mereka menuduh Alexander Petrov dan Ruslan Boshirov sebagai orang yang berusaha membunuh Skripal dan Yulia.

Shapiro yang menjadi warga negara Israel pada 2006 dan pindah ke Inggris pada 2008 yakin pemerintahan Vladimir Putin yang berusaha merancunnya di Salisbury. Shapiro mengatakan, ia menemukan suaminya Alex King pingsan dengan mulut berbusa di kamar mandi pria di Salisbury.

"Saya menjadi target kaki tangannya Putin, mereka ingin saya mati karena saya menentang Putin dan berpaling dari negara saya, Rusia bisa melakukan apa pun," kata Shapiro, seperti dilansir dari The Sun.


Credit  republika.co.id