Perdamaian tersebut mengakhiri konflik perang yang terjadi di Sudan Selatan
CB,
ADDIS ABABA -- Presiden Sudan Selatan Salva Kiir dan pemimpin
pemberontak Riek Machar menandatangani perjanjian perdamaian pada Rabu
(12/9) dalam temu puncak kawasan di Ethiopia. Sudan Selatan terjerumus
ke konflik peperangan sesudah memperoleh kemerdekaan dari Sudan pada
2011.
Perselisihan politik Kiir dengan Machar meledak menjadi bentrok
tentara. Kesepakatan perdamaian sebelumnya, yang ditandatangani pada
2015, berantakan setahun kemudian setelah bentrokan pecah antara pasukan
pemerintah dengan pemberontak, yang memaksa Machar meninggalkan Juba.
Perjanjian
baru itu, ditengahi Sudan, mengembalikan Machar, mantan wakil presiden,
ke perannya semula. Amerika Serikat, Inggris dan Norwegia, yang dikenal
sebagai Tiga Sekawan pengawas upaya perdamaian, menyambut
penandatanganan kesepakatan oleh Kiir, Machar dan kelompok lain itu.
"Kami
mengharapkan pembicaraan tetap terbuka bagi yang belum meyakini
keberlanjutan perjanjian ini," kata pernyataan mereka, "Kita harus
merebut kesempatan kawasan lebih luas ini untuk mendapatkan perdamaian
bagi rakyat Sudan Selatan."