Turki menilai Amerika Serikat turut
'bertanggungjawab' atas bentrokan di jalur Gaza-Israel yang menewaskan
puluhan warga Palestina. (Foto: REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa)
Dilansir dari AFP, ribuan orang berbaris melalui Istanbul dalam sebuah protes untuk mengecam pertumpahan darah ketika AS memindahkan kedutaan Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem, pada Senin (14/5).
"Amerika Serikat, sayangnya, 'mengambil tempat' bersama pemerintah Israel dalam pembantaian penduduk sipil ini, dan menjadi pihak yang bertanggungjawab terhadap kejahatan terhadap kemanusiaan ini," kata Perdana Menteri, Binali Yildirim kepada wartawan di Ankara.
"Ini adalah pembantaian keji dan kami sangat mengutuknya," tambahnya.
Yildirim mengatakan peristiwa itu "tidak sesuai" dengan AS yang mestinya bertindak sebagai mediator atau pelindung perdamaian dunia.
Para pengunjuk rasa di Istanbul berbaris di jalan Istiklal meneriakkan slogan-slogan termasuk "ibukota Israel adalah Gedung Putih", menanggapi seruan protes dari kelompok bantuan pro-pemerintah IHH.
Sementara beberapa orang lainnya mendesak Turki untuk menutup kedutaan Israel di negara itu, sembari berteriak: "Tutup kedutaan Zionis."
Wakil Perdana Menteri dan juru bicara pemerintah, Bekir Bozdag menulis di Twitter bahwa kekerasan terjadi setelah "keputusan yang tidak adil dan melanggar hukum", mengacu pada langkah kedutaan dari Tel Aviv ke Yerusalem.
"Pemerintah AS bertanggung jawab sebagai pemerintah Israel atas pembantaian ini," katanya.
Bentrokan sengit meletus di sepanjang perbatasan Gaza menjelang pembukaan kedutaan AS di Yerusalem, yang dihadiri oleh delegasi Gedung Putih dan para pejabat Israel.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan pejabat lainnya berulang kali mengutuk keputusan AS untuk memindahkan kedutaan, memperingatkan pihaknya mempertaruhkan ketegangan.
"Pemerintah AS yang memindahkan kedutaannya ke Yerusalem menghancurkan peluang untuk perdamaian, dan menyulut api yang akan menyebabkan lebih banyak kerugian dan cedera manusia serta kehancuran dan bencana di kawasan itu," kata Bozdag.
"Mulai sekarang, situasi tak lagi akan sama antara Palestina dan Yerusalem."
Tangguhkan hubungan Israel
Erdogan menganggap dirinya sebagai pejuang Palestina dan tahun lalu mengadakan pertemuan negara-negara Islam di Istanbul untuk mengecam langkah Presiden AS Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Namun Turki juga mempertahankan perdagangan penuh dan hubungan diplomatik dengan negara Yahudi tersebut setelah kesepakatan rekonsiliasi 2016 mengakhiri perselisihan mengenai serangan mematikan sebuah kapal Turki oleh pasukan komando Israel.
"Muslim dunia mengangkat senjata melawan tindakan Israel yang didukung oleh Amerika," kata pemrotes Istanbul, Sidika Aydin.
Omer Faruk, seorang pensiunan, menambahkan: "Kami ingin pemerintah Turki membatalkan dan menangguhkan semua perjanjian dengan Israel. Kami juga mengharapkan pemerintah untuk lebih berhati-hati dalam hubungan masa depannya dengan Israel."
Credit cnnindonesia.com