Ilustrasi korban bom di Kabul, Afghanistan,
pekan lalu. Serangan kembali terjadi di sebuah masjid di provinsi Khost,
akhir pekan kemarin. (REUTERS/Omar Sobhani)
Basir Bina, juru bicara kepolisian daerah setempat, menyatakan orang-orang tengah berkumpul setelah salat ashar di masjid saat insiden terjadi. Tempat beribadah itu juga digunakan sebagai pusat pendaftaran untuk pemilu parlementer yang telah lama tertunda dan bakal digelar pada Oktober.
Dia mengatakan ledakan itu tampaknya diakibatkan bom yang ditinggalkan di masjid dan bukan merupakan serangan bunuh diri.
Jumlah korban dikonfirmasi oleh Habib Shah Ansarai, kepala departemen kesehatan di provinsi yang berbatasan dengan Pakistan itu.
|
Sejauh ini belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan ini, berikut serangkaian aksi teror yang terjadi sejak pembukaan pendaftaran pemilu, April lalu. Taliban, yang sempat mengancam orang-orang agar tak ikut serta dalam pemungutan suara, justru mengaku tak terlibat.
Kelompok bantuan kemanusiaan Dokter Lintas Batas (Medecins Sans Frontieres) menyatakan sudah menyumbangkan pasokan darurat ke rumah sakit daerah Khost, di mana banyak korban dirawat.
Bulan lalu, sekitar 60 orang tewas dalam serangan bunuh diri di tempat pemungutan suara di Kabul. Aksi itu diklaim oleh ISIS dan diikuti sejumlah insiden lebih kecil yang membuat banyak warga enggan ke TPS.
Ledakan terakhir terjadi sementara pertempuran menyebar di seluruh penjuru Afghanistan. Pasukan pemerintah menyatakan sebuah distrik di Provinsi Badakhshan yang dikuasai Taliban pekan lalu sudah direbut kembali.
|
Walau demikian, juru bicara Taliban Zabuhullah Mujahid menampik laporan tersebut. Menurutnya, justru pasukan keamanan telah dipukul mundur.
Dalam insiden terpisah di Provinsi Faryab, tujuh orang tewas ketika mobil yang mereka kendarai terkena bom di tepi jalan pada Minggu pagi. Hal itu disampaikan Mohammad Karim Yuresh, juru bicara kepolisian setempat.
Credit cnnindonesia.com