Minggu, 15 April 2018

Putin: Serangan Rudal Terhadap Suriah Tindakan Agresi



Putin: Serangan Rudal Terhadap Suriah Tindakan Agresi
Presiden Rusia Vladimir Putin mengecam serangan AS dan sekutunya ke Suriah. Foto/Istimewa

MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Rusia akan menyerukan pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB. Itu dilakukan setelah Amerika Serikat (AS), Prancis, dan Inggris melakukan serangan rudal terkoordinasi terhadap Suriah.

Menyebut serangan udara itu sebagai tindakan agresi, pemimpin Rusia mengatakan serangan itu merusak seluruh sistem hubungan internasional dan akan memperburuk bencana kemanusiaan di Suriah. Begitu bunyi pernyataan yang diposting ke situs web Kremlin.

Putin juga menegaskan kembali pandangan Rusia bahwa dugaan serangan kimia di kota Douma, Suriah, yang memicu serangan tersebut palsu seperti dikutip dari USA Today, Sabtu (14/4/2018).

Presiden Trump mengumumkan bahwa serangkaian serangan diluncurkan oleh AS, Perancis dan Inggris pada fasilitas senjata kimia Assad di Suriah. Trump mengatakan serangan itu akan dipertahankan guna memastikan bahwa Suriah tidak menggunakan senjata kimia untuk menyerang warga sipil.

Setelah Pentagon mengatakan serangan itu berakhir, duta besar Rusia untuk AS, Anatoly Antonov, mengeluarkan pernyataan di Twitter menuduh sekutu telah merancang skenario sebelumnya untuk melawan Rusia dan Suriah.

Ia pun memperingatkan bahwa serangan tersebut akan membawa konsekuensi yang belum ditentukan.

"Sekali lagi, kami sedang diancam. Kami memperingatkan bahwa tindakan seperti itu tidak akan dibiarkan tanpa konsekuensi," kata Antonov.

"Semua tanggung jawab untuk mereka ada di Washington, London, dan Paris," imbuhnya.

"Menghina presiden Rusia tidak dapat diterima dan tidak dapat ditoleransi. AS - pemilik gudang senjata kimia terbesar - tidak memiliki hak moral untuk menyalahkan negara lain," tukasnya.

Presiden Suriah Bashar al-Assad pun bereaksi atas serangan militer AS. "Jiwa yang baik tidak akan dipermalukan," kata Assad di akun Twitter resminya.



Credit  sindonews.com