LONDON
- Konflik yang dipicu kasus peracunan agen ganda Rusia, Sergei Skripal,
66, terus bergulir dan meruncing. Inggris yang didukung negara-negara
sekutu kini terlibat perang diplomasi terparah setelah perang dingin.
Hingga kemarin tidak kurang dari 25 negara yang beramai-ramai “mengepung” Rusia dengan mengusir diplomat Negeri Beruang Merah tersebut. Sejumlah negara lain seperti Austria, Yunani, Portugal, Selandia Baru juga menunjukkan solidaritasnya kepada Inggris.
NATO pun ikut-ikutan memulangkan 10 diplomat Rusia di Belgia. Setidaknya sekitar 150 diplomat Rusia telah diusir dari negara-negara Barat. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres (29/3) mengkhawatirkan kondisi tersebut.
Dia memperingatkan bahwa hubungan Rusia dan Amerika Serikat (AS) sedang memburuk ke situasi yang agak sama dengan yang berlangsung saat perang dingin. Dia pun menyerukan kedua belah pihak agar tetap menjaga hubungan dan mendesak Washington dan Moskow membangun kembali saluran komunikasi untuk mencegah agar ketegangan tidak meningkat.
“Pada perang dingin ada mekanisme komunikasi dan pengendalian untuk menjaga peningkatan insiden, untuk memastikan keadaan tidak lepas kendali ketika ketegangan meningkat. Mekanisme-mekanisme itu sudah dibongkar. Saya percaya mekanismemekanisme ini kembali penting,” ujar Guterres.
Untuk diketahui, perang dingin sempat mewarnai empat dasawarsa situasi geopolitik dunia pasca-Perang Dunia II. Perang dingin ditandai dengan ketegangan geopolitik AS dan sekutusekutu Baratnya di satu sisi dengan Uni Soviet dan negara-negara lain blok Timur.
Walaupun konflik sudah bergulir begitu cepat, sampai saat ini siapa pelaku yang meracuni Skripalmasih misterius. Inggris menuduh Rusia di belakang kasus tersebut karena racun syaraf bernama Novichok yang digunakan dalam aksi itu hanya diproduksi di Uni Soviet (sekarang Rusia).
Namanya Novichok dan lebih jarang digunakan daripada Sarin dan VX. Adapun Rusia secara tegas membantah tudingan tersebut. Namun mereka mengatakan program pengembangan Novichok tidak ada di Uni Soviet ataupun Rusia. Lewat Kemlu pada Rabu (28/3), Rusia me nantang Inggris untuk mem bukti kan bahwa mata-mata Inggris tidak meracuni Skripal.
Rusia mencurigai intelijen Inggris sebagai pelakunya. Jubir Kemlu Rusia Maria Zakharova menduga kuat peracunan terhadap Skripalmerupakan operasi intelijen asing. “Kami tidak menerima informasi apa pun mengenai kasus ini, kecuali kondisi kesehatan Yulia Skripal (anak perempuan Sergei Skripal) yang membaik.
Kami perlu waktu untuk menuduh Pemerintah Inggris terlibat langsung dalam kasus ini, tapi kami sangat curiga,” katanya. Kemlu Rusia juga menyebut empat negara Eropa memiliki kemungkinan besar sebagai sumber racun syaraf Novichok, yakni Inggris, Slowakia, Republik Ceko, dan Swedia.
Untuk mengungkap kasus tersebut, Rusia juga ingin bertemu dengan para pemimpin Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia (OPCW). OPCW telah mengirim tim menuju Inggris untuk menyelidiki sampel agen saraf tersebut.
Pemerintah Rusia pun mengaku siap melakukan kerja sama bertanggung jawab dan substansial dengan Inggris, baik secara bilateral ataupun dalam mekanisme hukum internasional, untuk mencari pelaku di balik upaya peracunan Skripal.
Pemerintah Inggris me nyata kan hasil pengamatan lab akan memerlukan waktu sedikit nya dua pekan. Polisi menduga kuat korban menga lami kontak dengan agen saraf di rumahnya di Salisbury meng ingat konsentrasi tertinggi di temukan berada di depan pintu.
Hingga kemarin tidak kurang dari 25 negara yang beramai-ramai “mengepung” Rusia dengan mengusir diplomat Negeri Beruang Merah tersebut. Sejumlah negara lain seperti Austria, Yunani, Portugal, Selandia Baru juga menunjukkan solidaritasnya kepada Inggris.
NATO pun ikut-ikutan memulangkan 10 diplomat Rusia di Belgia. Setidaknya sekitar 150 diplomat Rusia telah diusir dari negara-negara Barat. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres (29/3) mengkhawatirkan kondisi tersebut.
Dia memperingatkan bahwa hubungan Rusia dan Amerika Serikat (AS) sedang memburuk ke situasi yang agak sama dengan yang berlangsung saat perang dingin. Dia pun menyerukan kedua belah pihak agar tetap menjaga hubungan dan mendesak Washington dan Moskow membangun kembali saluran komunikasi untuk mencegah agar ketegangan tidak meningkat.
“Pada perang dingin ada mekanisme komunikasi dan pengendalian untuk menjaga peningkatan insiden, untuk memastikan keadaan tidak lepas kendali ketika ketegangan meningkat. Mekanisme-mekanisme itu sudah dibongkar. Saya percaya mekanismemekanisme ini kembali penting,” ujar Guterres.
Untuk diketahui, perang dingin sempat mewarnai empat dasawarsa situasi geopolitik dunia pasca-Perang Dunia II. Perang dingin ditandai dengan ketegangan geopolitik AS dan sekutusekutu Baratnya di satu sisi dengan Uni Soviet dan negara-negara lain blok Timur.
Walaupun konflik sudah bergulir begitu cepat, sampai saat ini siapa pelaku yang meracuni Skripalmasih misterius. Inggris menuduh Rusia di belakang kasus tersebut karena racun syaraf bernama Novichok yang digunakan dalam aksi itu hanya diproduksi di Uni Soviet (sekarang Rusia).
Namanya Novichok dan lebih jarang digunakan daripada Sarin dan VX. Adapun Rusia secara tegas membantah tudingan tersebut. Namun mereka mengatakan program pengembangan Novichok tidak ada di Uni Soviet ataupun Rusia. Lewat Kemlu pada Rabu (28/3), Rusia me nantang Inggris untuk mem bukti kan bahwa mata-mata Inggris tidak meracuni Skripal.
Rusia mencurigai intelijen Inggris sebagai pelakunya. Jubir Kemlu Rusia Maria Zakharova menduga kuat peracunan terhadap Skripalmerupakan operasi intelijen asing. “Kami tidak menerima informasi apa pun mengenai kasus ini, kecuali kondisi kesehatan Yulia Skripal (anak perempuan Sergei Skripal) yang membaik.
Kami perlu waktu untuk menuduh Pemerintah Inggris terlibat langsung dalam kasus ini, tapi kami sangat curiga,” katanya. Kemlu Rusia juga menyebut empat negara Eropa memiliki kemungkinan besar sebagai sumber racun syaraf Novichok, yakni Inggris, Slowakia, Republik Ceko, dan Swedia.
Untuk mengungkap kasus tersebut, Rusia juga ingin bertemu dengan para pemimpin Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia (OPCW). OPCW telah mengirim tim menuju Inggris untuk menyelidiki sampel agen saraf tersebut.
Pemerintah Rusia pun mengaku siap melakukan kerja sama bertanggung jawab dan substansial dengan Inggris, baik secara bilateral ataupun dalam mekanisme hukum internasional, untuk mencari pelaku di balik upaya peracunan Skripal.
Pemerintah Inggris me nyata kan hasil pengamatan lab akan memerlukan waktu sedikit nya dua pekan. Polisi menduga kuat korban menga lami kontak dengan agen saraf di rumahnya di Salisbury meng ingat konsentrasi tertinggi di temukan berada di depan pintu.
Seperti diketahui, Skripal dan Yulia Skripal, 33, ditemukan lunglai di Salisbury pada 4 Maret silam. Sejauh ini, meski kritis, kondisi Skripalsudah stabil. Adapun kondisi Yulia terus mengalami perkembangan positif. Skripalsendiri merupakan eks anggota intelijen militer Rusia berpangkat kolonel.
Dia pernah divonis 13 tahun penjara pada 2006 karena dituduh menjadi agen ganda untuk Inggris. Sebagaimana diungkapkan BBC, Skripalbebas setelah pertukaran tawanan di AS pada 2010. Dia kemudian pindah dan menetap ke Inggris dan mendapatkan pengampunan karena dinilai berjasa dengan membocorkan dokumen rahasia Rusia kepada agen rahasia Inggris (MI6).
Terus Memburuk
Pengusiran pertama dilakukan Inggris terhadap 23 diplomat Rusia. Tindakan ini diikuti sekutu Inggris, termasuk AS yang mengusir 60 diplomat Rusia. Negeri Paman Sam itu juga menutup aktivitas di Konsulat Rusia yang terletak di Seattle. Moskow membalas tindakan tersebut dengan mengusir 23 diplomat Inggris.
Tidak berhenti di situ, Kemlu Rusia kembali memanggil Duta Besar Inggris Laurie Brastow pada Jumat, 30 Maret dan menyampaikan akan mengusir 50 diplomat Inggris dari tanah Negeri Beruang Merah. Terhadap AS, Rusia membalas mengusir 58 diplomat Negeri Paman Sam itu dari Moskow dan memberikan persona non- grata kepada dua diplomat AS di Yekaterinburg.
Rusia juga menutup Kantor Konsulat Jenderal AS di St Petersburg. Dubes Rusia untuk AS, Anatoly Antonov, mengata kan pengusiran besar-besaran diplomat menjadi masalah besar, tapi mereka akan terus bekerja untuk menstabilkan hubungan Rusia-AS. “Saya yakin potensi kedubes telah rusak.
Orang yang bertanggung jawab untuk aspek tertentu seperti di bidang kebudayaan, perdagangan, ekonomi, dan sebagainya telah pergi. Tapi kedubes tidak akan membiarkan efektivitas menurun. Kami akan terus bekerja untuk mencegah kehancuran yang lebih jauh dan buruk,” kata Antonov.
Rusia juga mengusir diplomat Albania, Australia, Kanada, Kroasia, Republik Ceko, Denmark, Estonia, Finlandia, Prancis, Jerman, Irlandia, Italia, Latvia, Lituania, Makedonia, Moldova, Belanda, Norwegia, Polandia, Rumania, Spanyol, Swedia, dan Ukraina sebanyak diplomat Rusia yang mereka usir.
Dubes Belanda untuk Rusia Renee Jones-Bos mengatakan, dua diplomatnya diusir dari Rusia sebagai balasan atas langkah yang diambil Den Haag. “Ini merupakan masalah serius, tapi kedubes akan tetap ber fungsi seperti biasanya,” kata nya seperti dilansir tass.com.
Menlu Jerman Heika Maas mengaku tidak terkejut dengan pengusiran empat diplomatnya dari Rusia. Mereka siap melakukan dialog dengan Rusia meski situasinya sedang tidak kondusif. Maas mengatakan mengusir empat diplomat Rusia sebagai bentuk solidaritas dengan Inggris karena Rusia menolak melakukan klarifikasi.
Kemlu Rusia menyatakan Rusia memiliki hak untuk mengambil tindakan yang sama terhadap Belgia, Hungaria, Georgia, dan Montenegro yang turut mengusir diplomat Rusia pada momenmomen terakhir. Menlu Rusia Sergei Lavrov menyalahkan tekanan kasar oleh AS dan Inggris dengan dalih kasus Skripal.
Aksi provokatif Inggris menyebabkan pengusiran ratusan diplomat Rusia di negara-negara Barat. Penasihat Keamanan Nasional Inggris Mark Sedwill mengatakan pengusiran itu dimaksudkan untuk mencabut jaringan intelijen rahasia Rusia.
Lavrov juga meminta adanya akses kekonsuleran terhadap Yulia, anak Skripal. Yulia me rupa kan warga Rusia sehingga tuduhan kejahatan terhadapnya menjadi kepentingan Pemerintah Rusia. Kemlu Inggris mengatakan menimbang permintaan itu sesuai dengan obligasi negara di bawah hukum domestik dan internasional.
Credit sindonews.com