AS tolak seruan penyelidikan eskalasi kekerasan di perbatasan Gaza-Israel
CB,
WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) kembali memblokir
pernyataan Dewan Keamanan PBB yang menyerukan dilakukannya penyelidikan
terkait eskalasi kekerasan di perbatasan Gaza-Israel. AS telah melakukan
hal serupa pekan lalu.
Pernyataan yang diusulkan Kuwait sebagai wakil negara-negara Arab di
Dewan Keamanan PBB menyatakan kesedihan mendalam atas tewasnya warga
Palestina, yang berunjuk rasa di perbatasan Gaza-Israel. Dalam
pernyataan tersebut, Dewan Keamanan PBB pun didesak menggelar
penyelidikan internal yang transparan terhadap insiden terkait.
Namun
AS kembali memblokir pernyataan yang menyerukan dilakukannya
penyelidikan terhadap Israel. Pekan lalu, AS melakukan hal serupa
setelah 15 warga Palestina di perbatasan Gaza tewas diserang pasukan
keamanan Israel.
Kelompok Hamas mengecam tindakan AS yang
kembali memblokir seruan penyelidikan terkait kekerasan yang dialami
warga Palestina di perbatasan Gaza-Israel. "Dengan memblokir kecaman
Dewan Keamanan pada Jumat (6/4) atas tindakan Israel terhadap demonstran
sipil di Gaza, AS telah mengambil bagian dalam serangan terhadap rakyat
kami,” ujar juru bicara Hamas Hazem Qassem, dikutip laman
Anadolu.
Dalam
aksi demonstrasi lanjutan di perbatasan Gaza-Israel pada Jumat lalu,
sembilan warga Palestina, termasuk seorang jurnalis foto Palestina
bernama Yaser Murtaja, tewas ditembak pasukan Israel. Peristiwa ini
mengundang perhatian serius dunia, termasuk Uni Eropa.
Uni
Eropa, pada Sabtu (7/4), telah merilis pernyataan terkait insiden
terbaru di perbatasan Gaza-Israel. "Kemarin, setidaknya sembilan warga
Palestina, termasuk seorang wartawan mengenakan jaket 'pers' tewas di
Gaza dan ratusan lainnya luka-luka oleh tembakan langsung Israel. Ini
menimbulkan pertanyaan serius tentang penggunaan kekuatan yang
proporsional yang harus ditangani," kata Uni Eropa dalam pernyataannya,
dikutip laman
Haaretz.
Sejak akhir Maret lalu,
ribuan warga Palestina di Gaza menggelar aksi demonstrasi di dekat pagar
perbatasan Israel. Aksi ini digelar guna menuntut Israel mengembalikan
tanah-tanah yang direbutnya saat perang Arab-Israel tahun 1948 kepada
para pengungsi Palestina.
Namun aksi tersebut direspons
secara represif oleh pasukan keamanan Israel. Mereka takragu menyerang,
bahkan menembak mati warga Palestina yang berpartisipasi dalam aksi itu.
Menurut
Kementerian Kesehatan Palestina, setidaknya 31 warga Palestina telah
tewas oleh pasukan Israel sejak aksi dimulai pada akhir Maret lalu.
Sedangkan lebih dari1.400 orang lainnya mengalami luka-luka.
Aksi
demonstrasi di perbatasan Gaza-Israel sendiri rencananya akan dilakukan
selama beberapa pekan. Aksi puncak akan digelar pada 15 Mei mendatang
ketika Israel memperingati hari kelahirannya.