Operasi itu membutuhkan waktu berjam-jam sebelum mempunyai dampak nyata. Setelah itu, hanya butuh beberapa menit dari ledakan pertama hingga terakhir dari 105 serangan peluru kendali presisi terhadap tiga sasaran senjata kimia Suriah, kata para pejabat AS.
Direktur Staf Gabungan, Kenneth McKenzie, mementahkan pernyataan dari Rusia dan Suriah bahwa sejumlah rudal Barat berhasil ditembak jatuh.
Ia mengatakan pertahanan udara Rusia tidak menyala, sementara pertahanan udara Suriah benar-benar tidak efektif. Serangan bergelombang datang dari berbagai arah yang melibatkan tidak hanya pesawat AS, Inggris dan Perancis tetapi juga kapal perusak angkatan laut AS, kapal penjelajah serta kapal fregat Prancis dan bahkan kapal selam AS.
McKenzie mengatakan pertahanan udara Suriah tidak hanya kecolongan rudal yang berhasil menembus pertahanan, tetapi mereka juga terus menembak bahkan setelah serangan trio AS, Inggris, Prancis selesai.
Beberapa dari lebih 40 pencegat rudal Suriah, katanya, mungkin telah mencapai sasaran sipil.
"Ketika Anda menembak besi ke langit tanpa petunjuk, itu pasti akan jatuh ke bumi," kata McKenzie seperti dikutip dari Reuters, Minggu (15/4/2018).
AS, Inggris, dan Prancis meluncurkan serangan udara terhadap Suriah pada Sabtu (14/4/2018) pagi sebagai tanggapan atas dugaan serangan kimia di Douma pada akhir pekan lalu. Sekitar 110 rudal menghantam sasaran di ibu kota Suriah, Damaskus dan wilayah lainnya.
Meski begitu banyak rudal ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara buatan Soviet. Sistem pertahanan udara S-125, sistem pertahanan udara S-200, Buk dan Kvadrat digunakan dalam menangkis serangan rudal yang diluncurkan AS dan sekutunya.
Namun laporan ini dengan tegas dibantah oleh Pentagon. Juru bicara Pentagon Dana White memperingatkan bahwa Rusia secara aktif berusaha menabur kebingungan tentang serangan itu.
“Kampanye disinformasi Rusia sudah dimulai. Ada peningkatan 2.000 persen troll Rusia dalam 24 jam terakhir,” kata White.
Credit sindonews.com