Jakarta
(CB) - Pihak berwenang di Prancis masih mendalami penyebab
ledakan keras di udara pada mesin nomor empat pesawat komersial gigantis
Airbus A380 maskapai penerbangan Air France nomor penerbangan AF66
memaksa pilot mendarat darurat, Sabtu lalu (30/9).
Dengan
membawa 496 pemakai jasa penerbangan dan 24 awak kabin pada rute
Bandara Internasional Charles de Gaulle, Paris, ke Bandara Internasional
Los Angeles, Amerika Serikat (AS), pilot dapat menyelamatkan sisa
penerbangan itu dengan mendarat darurat secara baik dan selamat di
Pangkalan Udara Goose Bay, di Labrador, Kanada bagian timur.
Pangkalan udara itu dioperasikan Angkatan Udara Kanada, namun biasa disiapkan untuk keadaan darurat.
Dilaporkan
tidak ada korban jiwa pada insiden serius penerbangan itu. Foto-foto
dan video tentang ledakan mesin nomor empat yang ada di ujung kanan
sayap utama A380 itu menyebar di media sosial kemudian. Cuaca dilaporkan
cerah pada siang hari insiden penerbangan itu terjadi.
Dikutip
dari berbagai sumber, pilot menyadari ada ketidakberesan serius pada
salah satu mesinnya seusai melintasi Greenland di Samudera Atlentik dari
arah Eropa.
Pilot pun memutuskan mengubah rute penerbangan dari seharusnya mendarat di Los Angeles, menjadi ke bandara alternatif terdekat.
Dalam
kesaksian banyak pemakai jasa penerbangan yang ada dalam kabin pesawat
terbang berlantai ganda dengan 24 awak kabin itu, diketahui penutup
mesin (cowling) sudah lepas, begitupun daun-daun turbin yang rontok dan sebagian pilon mesin yang rompal ada bagian depan di dekat leading edge sayap utama.
Air France sebagai flag carrier
Prancis, dan menjadi salah satu negara kontributor utama Airbus
Industri dari mana berbagai seri pesawat terbang komersial Airbus
dibuat, mengoperasikan 10 unit A380.
Airbus
A380 bekerja sama dengan beberapa pabrikan mesin dunia. Untuk A380 Air
France nomor penerbangan AF66 ini, pesawat terbang itu ditenagai empat
unit mesin GP7200, mesin jet turbofan hasil kerja sama General Electric
dan Pratt & Whitney, keduanya dari AS.
Credit antaranews.com