BRUSSELS
- Dewan Rohingya Eropa mendesak adanya penyelidikan secara independen
dan menyeluruh terhadap koordinator PBB di Myanmar. Dewan itu menyebut
koordinator PBB di Myanmar memiliki peran dalam "pembersihan etnis" yang
dilakukan terhadap komunitas Muslim Rohingya.
"PBB harus menyelidiki insiden tersebut secara independen," ujar ketua Dewan Rohingya Eropa, Hla Kyaw dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Anadolu Agency pada Senin (2/10).
Pekan lalu, kantor berita Inggris, BBC menerbitkan sebuah berita yang berjudul "Muslim Rohingya takut PBB mengecewakan mereka", yang merinci tuduhan terhadap pejabat PBB asal Kanada, Renata Lok-Dessallien.
BBC mengutip sumber-sumber di dalam PBB dan komunitas bantuan, baik di Myanmar maupun di luar negeri yang mengatakan bahwa Lok-Dessallien mencoba untuk menghentikan aktivis HAM yang bepergian ke daerah yang didiami Rohingya, berusaha untuk menghentikan advokasi publik mengenai masalah ini, dan menghentikan staf yang mencoba untuk memperingatkan bahwa pembersihan etnis mungkin sedang dalam perjalanan.
Mengenai laporan ini, Kyaw mengatakan, Dewan Rohingya Eropa sepenuhnya setuju dengan apa yang telah muncul ke media tentang kegagalan PBB untuk menghentikan genosida Rohingya di Myanmar.
"PBB turut terlibat atau mengabaikan secara sadar kejahatan terhadap kemanusiaan atau pembantaian yang lamban terhadap Rohingya, di negara bagian Rakhine," ucapnya.
"PBB tidak melakukan sesuatu yang efektif untuk menghentikan kematian, bahkan satu kehidupan Rohingya. PBB hanya melakukan satu hal, yakni dokumentasi sistematis tentang genosida dan mendesak, serta mengutuk genosida Rohingya oleh Myanmar," sambungnya.
Dia mengatakan, insiden di Myanmar bisa jadi sesuai kepentingan pribadi dari perwakilan PBB, atau kepentingan kekuatan besar dengan mengorbankan lebih dari satu juta nyawa Rohingya. "Ini bukan tentang takut pada pejabat Myanmar, tapi mereka tidak ingin mengecewakan pejabat Myanmar dengan bersikap vokal menentang pemecatan Myanmar terhadap Rohingya, saya berasumsi," tukasnya.
"PBB harus menyelidiki insiden tersebut secara independen," ujar ketua Dewan Rohingya Eropa, Hla Kyaw dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Anadolu Agency pada Senin (2/10).
Pekan lalu, kantor berita Inggris, BBC menerbitkan sebuah berita yang berjudul "Muslim Rohingya takut PBB mengecewakan mereka", yang merinci tuduhan terhadap pejabat PBB asal Kanada, Renata Lok-Dessallien.
BBC mengutip sumber-sumber di dalam PBB dan komunitas bantuan, baik di Myanmar maupun di luar negeri yang mengatakan bahwa Lok-Dessallien mencoba untuk menghentikan aktivis HAM yang bepergian ke daerah yang didiami Rohingya, berusaha untuk menghentikan advokasi publik mengenai masalah ini, dan menghentikan staf yang mencoba untuk memperingatkan bahwa pembersihan etnis mungkin sedang dalam perjalanan.
Mengenai laporan ini, Kyaw mengatakan, Dewan Rohingya Eropa sepenuhnya setuju dengan apa yang telah muncul ke media tentang kegagalan PBB untuk menghentikan genosida Rohingya di Myanmar.
"PBB turut terlibat atau mengabaikan secara sadar kejahatan terhadap kemanusiaan atau pembantaian yang lamban terhadap Rohingya, di negara bagian Rakhine," ucapnya.
"PBB tidak melakukan sesuatu yang efektif untuk menghentikan kematian, bahkan satu kehidupan Rohingya. PBB hanya melakukan satu hal, yakni dokumentasi sistematis tentang genosida dan mendesak, serta mengutuk genosida Rohingya oleh Myanmar," sambungnya.
Dia mengatakan, insiden di Myanmar bisa jadi sesuai kepentingan pribadi dari perwakilan PBB, atau kepentingan kekuatan besar dengan mengorbankan lebih dari satu juta nyawa Rohingya. "Ini bukan tentang takut pada pejabat Myanmar, tapi mereka tidak ingin mengecewakan pejabat Myanmar dengan bersikap vokal menentang pemecatan Myanmar terhadap Rohingya, saya berasumsi," tukasnya.
Credit sindonews.com