Di tengah proses Brexit, Uni Eropa juga dihantui krisis politik Spanyol menyusul desakan pemerintahan separatis Catalonia yang ingin merdeka usai digelarnya referendum pada akhir pekan lalu. (Reuters/Juan Medina)
Namun, Catalonia hanyalah satu dari beberapa wilayah di Eropa yang menuntut kemerdekaan dari negara induknya di kawasan tersebut.
Skotlandia, Inggris
Keinginan memisahkan diri dari Inggris sudah lama terbenam dalam benak sebagian warga Skotlandia.
Referendum kemerdekaan juga pernah dilakukan di Skotlandia pada 2014 lalu, upaya yang cukup mengguncang Inggris lantaran hampir setengah dari pemilih mendukung pemisahan diri dari negara di utara Eropa itu.
Keinginan bercerai ini semakin besar setelah disahkannya undang-undang Brexit sekitar Maret lalu. Wakil Perdana Menteri Nicola Sturgeon mengatakan, Inggris gagal menanggapi suara warganya yang ingin tetap bergabung dengan Uni Eropa.
Coretan dukungan untuk tetap bergabung dengan Uni Eropa terlihat di dekat Istana Edinburgh menjelang referendum Brexit di Skotlandia. (Reuters/Clodagh Kilcoyne) |
Edinburgh diberi kewenangan untuk mengatur sendiri masalah pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan keadilan, sementara sektor diplomasi dan pertahanan masih dikontrol oleh pemerintah pusat.
Flanders, Belgia
Flanders dibentuk pada 1830 sebagai negara independen yang bertujuan menjadi wilayah pembatas antara Jerman dan Perancis. Kini, Flanders masuk dalam wilayah kedaulatan Belgia dengan mayoritas penduduknya berbahasa Flemish.
Dalam beberapa tahun terakhir, sentimen nasionalis Flemish kembali mencuat. Gerakan separatis Aliansi Baru Flemish (N-VA) pun berhasil menjadi salah satu partai politik terbesar di Belgia dan mitra utama dalam koalisi pemerintah.
Pendukung N-VA percaya bahwa tujuan pembentukan negara republik Flanders bisa mulai terwujud saat pemilihan umum 2019 mendatang.
Basque, Spanyol
Selain Catalonia, Spanyol juga menghadapi gerakan separatisme di wilayah Basques.
Demonstrasi untuk menuntut pembebasan tahanan politik dari kelompok ETA. (Vincent West) |
Namun, kelompok itu berbelok menjadi gerakan separatisme dengan menggelar kampanye kemerdekaan dengan penuh kekerasan hingga menewaskan 829 orang.
Sejumlah mantan anggota ETA kini bergabung dengan partai politik Basques yang bernama Sortu dan memiliki visi misi "kebebasan penuh" bagi 2,2 juta penduduk di wilayah itu.
Credit cnnindonesia.com