ANKARA - Turki dilaporkan berencana untuk bergabung dengan Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) yang dipimpin oleh Rusia dan China, setelah terus menerus mendapat ketidakpastian dari Uni Eropa (UE). Rencana bergabungnya Turki ke SCO disampaikan langsung oleh Presiden Tayyip Erdogan.
Erdogan mengatakan, ia sudah membahas mengenai kemungkinan bergabungnya Turki ke SCO dengan Rusia dan Kazakhstan. Kedua negara tersebut, lanjut Erdogan, menyambut baik rencana bergabungnya Turki ke SCO.
"Pertama-tama, Turki harus merasa santai tentang UE dan tidak terpaku tentang bergabung dengan organisasi tersebut," kata Erdogan dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Russia Today pada Senin (21/11).
"Beberapa orang mungkin mengkritik saya, tapi saya mengungkapkan pendapat saya. Sebagai contoh, saya telah mengatakan mengapa kita tidak bergabung saja dengan kelompok Sanghai 5?" sambungnya merujuk pada SCO.
Sebelum tahun 2001 SCO disebut sebagai Shanghai Five. Organisasi ini berganti nama menjadi SCO setelah Uzbekistan bergabungpada tahun 2001. Pakistan diberikan status keanggotaan awal tahun ini, bersama dengan saingannya, India. Islamabad dan Delhi diharapkan menjadi anggota penuh pada tahun 2017 setelah pertemuan SCO di Astana, Kazakhstan.
Credit Sindonews
Erdogan Mengaku Kecewa dengan Pemerintahan Obama
ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengaku kecewa dengan Amerika Serikat (AS) di bawah pemerintahan Barack Obama. Kekecewaan Erdogan ini terkait dengan sikap AS yang sampai saat ini enggan mengekstradisi Fethullah Gulen."Apakah saya kecewa karena saya mengharapkan ini? Saya menjabat, baik sebagai Perdana Menteri dan Presiden Turki, dan setiap kali AS meminta ekstradisi orang-orang diduga teroris, saya menyerahkan mereka. Obama juga harus melakukannya dan menyerahkan orang itu (Gulen) kepada kami," kata Erdogan merujuk pada Gulen.
Seperti dilansir newsweek pada Senin (21/11), Erdogan mengatakan, penolakan Washington untuk memenuhi permintaan Turki memunculkan kecurigaan dalam pemerintah Turki, kalau AS memang melindungi Gulen.
"Mengapa dia (Gulen) masih berada di sana (AS)? Berikan dia ke saya atau keluarkan dia dari negara Anda. Ini adalah kelompok teror internasional. Selama Anda, saya mohon maaf mengatakan ini, melindungi dia, Turki dan persepsi bangsa Turki tidak akan berbeda jauh dengan apa yang saya pikirkan," sambungnya.
Dia juga menyatakan ketidakpuasan atas dukungan Washington untuk milisi Kurdi Suriah yang memerangi ISIS di Suriah utara. Turki khawatir, Kurdi yang mereka katakan terkait dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), mungkin mencoba untuk merebut wilayah dan memperluas kehadirannya di sepanjang perbatasan antara Suriah dan Turki.
"Anda tidak bisa membela kelompok teroris hanya karena mereka berperang melawan ISIS. Semua kelompok teror adalah buruk dan kami akan melawan mereka semua. Kami belum memiliki kesepahaman dengan AS mengenai ini," tukasnya.
Credit Sindonews