Rabu, 15 Juni 2016

AS Perkuat Kehadiran di Asia Timur, Ketegangan Pun Meningkat


 
 
Reuters/Joseph Okanga Sebuah senapan mesin dipasang di kapal perusak USS Momsen (DDG 92) ketika sedang berlabuh di Mombasa, Kenya, 7 Mei 2008. 
 
WASHINGTON, CB - Armada Ketiga Angkatan Laut Amerika Serikat akan mengerahkan kapal-kapalnya lagi ke Asia Timur.
Mereka  akan beroperasi di luar kawasan normalnya di sepanjang Armada Ketujuh yang berkedudukan di Jepang.
Seorang pejabat AS mengatakan hal itu pada Selasa (14/6/2016) di Washington DC. Apa yang dilakukan AS itu terjadi pada saat ketegangan dengan China sedang meningkat.
Kelompok Aksi Permukaan Pasifik Armada Ketiga, yang mencakup kapal-kapal perusak USS Spruance dan USS Momsen, dikerahkan ke Asia Timur pada April.
Menurut seorang pejabat AS, semua kapal perusak itu berpeluru kendali atau rudal.
Kapal-kapal Armada Ketiga dikerahkan lagi di kawasan itu di masa mendatang.
Dia dan dan seorang pejabat lainnya mengatakan, kapal-kapal itu akan melakukan operasi-operasi, tetapi mereka tidak mengungkapnya secara rinci.
Pemerintah China telah mengklaim sebagian besar wilayah sengketa Laut China Selatan.
Setiap tahun kapal-kapal niaga internasional melintasi kawasan itu dengan membawa barang-barang senilai lebih dari lima triliun dollar AS.
Di luar China, juga ada Filipina, Vietnam, Malaysia, Taiwan, dan Brunei yang terlibat saling klaim atas wilayah yang sama di Laut China Selatan.
Empat negara anggota ASEAN dan Taiwan itu juga mengklaim memiliki hubungan militer dengan AS.
China juga marah besar ketika militer AS melakukan patroli dan latihan militer dengan sekutunya di perairan sengketa.
Tindakan AS itu oleh Beijing disebut sebagai provokasi  karena berlayar di dekat pulau -pulau buatan China. AS menyatakan kehadirannya itu untuk melindungi kebebasan navigasi.
Armada Ketiga, yang berpusat di San Diego, California, biasanya melakukan operasi ke sisi timur garis batas internasional Samudera Pasifik.
Nikkei Asian Review, Jepang, mengutip Panglima Armada Pasifik AS Laksamana Scott Swift, Selasa,  mengatakan, operasi tersebut terjadi dalam "konteks ketaktentuan dan perasaan tak nyaman di kawasan."
Sekalipun tidak menyebut dengan jelas tentang China dalam penjelasannya, namun Swift jelas mengarahkannya kepada perilaku China.
Swift berargumentasi, AL hendaknya memanfaatkan "kekuatan gabungan secara total" dari 140.000 pelaut, lebih dari 200 kapal dan 1.200 pesawat yang membentuk Armada Pasifik.
Armada Ketujuh meliputi sebuah kelompok serang kapal induk, 80 kapal lainnya, dan 140 pesawat.  Juga memiliki lebih 100 kapal, termasuk empat kapal induk untuk pesawat tempur.
Para pejabat China telah menyalahkan AS atas ketegangan yang meningkat di kawasan.
"Saya pikir sebelum apa yang disebut 'pengimbangan kembali di Asia Pasifik,' oleh pihak BAS, Laut China Selatan sangat, sangat damai," kata Liu Xiaoming, Duta besar China untuk Inggris, pekan lalu.
“China bicara kepada negara-negara tetangga. Kita punya Deklarasi Perilaku (DoC) dan Filipina berbicara kepada kami. Ketika pihak AS datang, dengan membawa apa yang disebut 'pengimbangan' kembali, terjadi perubahan dramatis," katanya.
“Mereka ingin mencari alasan supaya punya kehadiran militer yang kuat di Laut China Selatan dan Asia Pasifik. Kalau tenang, apa alasan mereka untuk hadir di sana?” tanya Liu.
Greg Poling, Direktur Asia Maritime Transparency Initiative di lembaga think tank Pusat Kajian Strategis dan Internasional, mengatakan, langkah itu tampaknya bagian dari rencana Presiden Barack Obama untuk menggeser 60 persen dari aset AL Amerika ke Asia
Pergerseran itu untuk mengimbangi kehadiran dan kebangkitan China di kawasan.





Credit  KOMPAS.com