CB, Jakarta - Matthew Hedges, seorang peneliti dari Universitas Durham, Inggris, mengaku mengalami penyiksaan secara mental, bahkan diminta untuk menjadi agen ganda melawan pemerintah Inggris.
Pengalaman itu diceritakannya setelah dia dibebaskan dari hukuman seumur hidup pada 21 November lalu karena mendapat pengampunan dari Uni Emirat Arab. Hedges ditahan di Bandara Dubai pada 5 Mei 2018 atas tuduhan telah melakukan mata-mata. Dia menghabiskan waktu sekitar 6 bulan dalam tahanan.
Dalam wawancara pertamanya setelah bebas dan tiba di Inggris, Hedges mengatakan telah mendapat siksaan secara psikologi. Dia juga menceritakan kedua mata kakinya diborgol setiap kali dia meninggalkan sel penjara untuk ke kamar mandi. Setiap kali hendak pindah ruangan, dia diborgol dan ditutup kedua matanya.
Ketika diinterograsi, petugas mamaksanya berdiri seharian dengan kaki diborgol. Hedges menyangkal tuduhan sebagai mata-mata pemerintah Inggris.
"Secara mental ini sangat melelahkan. Secara fisik, adrenalin mengambil alih semua ini. Ini sangat mempengaruhi apa yang Anda rasakan," kata Hedges, seperti dikutip dari asiaone.com, Kamis, 6 Desember 2018.
Matthew Hedges dan istrinya. Sumber: edition.cnn.com
Hedges mengaku mengalami depresi dan gelisah lewat pengobatan yang diberikan para petugas di penjara. Para interogator menaikkan tekanan psikologi hingga Hedges mengaku sebagai agen mata-mata Inggris, M16, karena tak punya pilihan lain.
Setelah bebas dari penjara, Hedges sekarang mencoba menenangkan diri sebelum memulai upaya untuk memulihkan nama baiknya. Kasus hukum yang telah dikenakan pada Hedges telah membatasinya bepergian.
Dia berkeras menjalankan penelitian di Uni Emirat Arab soal kebijakan keamanan setelah meletupnya revolusi Musim Semi Arab para 2011. Penelitian ini untuk kepentingan pendidikan S3 yang sedang dijalaninya di Universitas Durham, Inggris. Namun Uni Emirat Arab sangat yakin Hedges telah melakukan mata-mata dan dia telah diperlakukan secara adil selama dalam penahanan.
Pengalaman itu diceritakannya setelah dia dibebaskan dari hukuman seumur hidup pada 21 November lalu karena mendapat pengampunan dari Uni Emirat Arab. Hedges ditahan di Bandara Dubai pada 5 Mei 2018 atas tuduhan telah melakukan mata-mata. Dia menghabiskan waktu sekitar 6 bulan dalam tahanan.
Dalam wawancara pertamanya setelah bebas dan tiba di Inggris, Hedges mengatakan telah mendapat siksaan secara psikologi. Dia juga menceritakan kedua mata kakinya diborgol setiap kali dia meninggalkan sel penjara untuk ke kamar mandi. Setiap kali hendak pindah ruangan, dia diborgol dan ditutup kedua matanya.
Ketika diinterograsi, petugas mamaksanya berdiri seharian dengan kaki diborgol. Hedges menyangkal tuduhan sebagai mata-mata pemerintah Inggris.
"Secara mental ini sangat melelahkan. Secara fisik, adrenalin mengambil alih semua ini. Ini sangat mempengaruhi apa yang Anda rasakan," kata Hedges, seperti dikutip dari asiaone.com, Kamis, 6 Desember 2018.
Matthew Hedges dan istrinya. Sumber: edition.cnn.com
Hedges mengaku mengalami depresi dan gelisah lewat pengobatan yang diberikan para petugas di penjara. Para interogator menaikkan tekanan psikologi hingga Hedges mengaku sebagai agen mata-mata Inggris, M16, karena tak punya pilihan lain.
Setelah bebas dari penjara, Hedges sekarang mencoba menenangkan diri sebelum memulai upaya untuk memulihkan nama baiknya. Kasus hukum yang telah dikenakan pada Hedges telah membatasinya bepergian.
Dia berkeras menjalankan penelitian di Uni Emirat Arab soal kebijakan keamanan setelah meletupnya revolusi Musim Semi Arab para 2011. Penelitian ini untuk kepentingan pendidikan S3 yang sedang dijalaninya di Universitas Durham, Inggris. Namun Uni Emirat Arab sangat yakin Hedges telah melakukan mata-mata dan dia telah diperlakukan secara adil selama dalam penahanan.
Credit tempo.co