Rusia telah menyita tiga kapal angkatan laut Ukraina di Laut Azov.
CB,
KIEV -- Pejabat Keamanan Ukrania mengatakan, Ukrania akan mengirim
kembali kapal perang ke pelabuhan Laut Azov-nya. Hal itu dilakukan meski
Rusia telah menyita tiga kapal angkatan laut beserta awak mereka di
daerah tersebut bulan lalu.
"Agresi Rusia tidak akan menghentikan rencana kami untuk membentuk
kelompok angkatan laut di Laut Azov," ujar Sekretaris Dewan Keamanan dan
Pertahanan Nasional Pemerintah Ukraina, Oleksandr Turchynov dalam
wawancara dengan cabang BBC lokal seperti dikutip
Reuters, Kamis (20/12).
"Jika
kita berhenti dan mundur, Rusia akan benar-benar memenuhi tugasnya
terus menangkap kita di Laut Azov, menghadirkan dunia dengan batas laut
baru yang ditentukan sendiri di Laut Hitam, yang secara de facto
melegalkan pendudukan Krimea," kata dia.
Turchynov
mengatakan, Kiev akan mengundang perwakilan aliansi militer
transatlantik Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO dan Organisasi
untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) untuk membuktikan Ukraina
tidak melanggar peraturan apa pun.
Meski demikian, dia
tidak mengatakan kapan waktu kapal yang direncanakan mencoba untuk
lewat, meskipun mengisyaratkan seharusnya tidak lama.
Menanggapi
komentar tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria
Zakharova mengatakan, niat Ukraina untuk mengirim kembali kapal perang
melalui Selat Kerch adalah "provokasi".
Ukraina dan Rusia
berselisih sejak pengambil alihan Krimea pada 2014 di Moskow. Akibat
ketegangan itu, lebih dari 10 ribu orang tewas dalam pertempuran antara
pasukan Ukraina dan separatis yang didukung Rusia.
Perselisihan
itu semakin mendalam ketika Moskow bulan lalu menyita dua kapal perang
kecil Ukraina dan satu kapal tunda dengan 24 awak gabungan memasuki
wilayah Krimea. Rusia menuduh mereka memasuki perairan Rusia secara
ilegal ketika mereka berangkat dari Laut Hitam melalui Selat Kerch.
Amerika
Serikat (AS) dan Uni Eropa telah menuntut pembebasan para awak kapal.
Presiden AS Donald Trump pun telah membatalkan pembicaraan dengan
Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai bagian dari protes itu.