Tidak hanya Uni Eropa peretas juga masuk jaringan beberapa organisasi dunia lainnya
CB, NEW YORK -- Surat kabar Amerika Serikat (AS)
New York Times
mempublikasikan laporan tentang jaringan Uni Eropa yang telah direntas
selama bertahun-tahun. Para peretas mengunduh kawat diplomatik rahasia
yang salah satunya berisi kekhawatiran Uni Eropa terhadap pemerintahan
Donald Trump.
"(Kami) menyadari tuduhan potensi kebocoran informasi sensitif ini
dan secara aktif menyelidiki kasus ini," kata Sekretariat Uni Eropa,
seperti dilansir dari
New York Times, Rabu (19/12)
Dalam
kawat-kawat diplomatik yang diunduh para peretas tersebut juga
menggambarkan Uni Eropa yang kesulitan membuat kesepakatan dengan Rusia
dan Cina serta khawatir Iran akan kembali menjalankan program nuklir
mereka. New York Times mengatakan mereka menerima lebih dari 1.100 kawat
diplomatik dari perusahaan keamanan Area 1.
Para penyidik
dari Area 1 yakin pelanggaran ini dilakukan para perentas yang bekerja
untuk Pasukan Pembebas Rakyat Cina atau China People Liberation Army.
Kawat-kawat diplomatik juga berisi tentang percakapan dengan
pemimpin-pemimpin Arab Saudi, Israel dan beberapa negara lainnya.
Area
1 mengatakan teknik yang digunakan para peretas selama tiga tahun ini
sama seperti teknik yang digunakan tim elit tentara Cina. Kawat-kawat
diplomatik itu disalin dari jaringan yang privat dan diunggah ke situs
internet terbuka yang dibuat oleh para peretas.
"Mengungkapkan
rasa lapar para peretas untuk menyapu (seluruh informasi) bahkan sampai
rincian negosiasi internasional yang paling tidak jelas," tulis New
York Times dalam laporan mereka.
Salah satu kawat
menyebutkan para diplomat-diplomat Uni Eropa menggambarkan pertemuan
antara Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Finlandia berjalan
'sukses' (setidaknya bagi Putin). Kawat diplomatik pada bulan Maret
mengungkapkan kepala deputi Uni Eropa untuk AS, Caroline Vicini meminta
para diplomat untuk bekerja di sekitar Trump agar berhubungan langsung
dengan Kongres.
Vicini juga menyarankan diplomat-diplomat
perdagangan menyebut AS sebagai 'mitra terpenting kami'. Meski di
beberapa hal Uni Eropa tidak sepakat dengan pemerintahan Trump seperti
isu perubahan iklim, perdagangan dan kesepakatan nuklir Iran.
Kawat
diplomatik yang ditulis usai pertemuan pada 16 Juli berisi analisis dan
laporan detail tentang pembicaraan antara pejabat Uni Eropa dengan
Presiden Cina Xi Jinping. Dalam laporan tersebut tercantum kata-kata Xi
yang mengatakan 'perundungan' yang dilakukan Trump terhadap Cina seperti
'pertandingan tinju tanpa aturan'.
Tidak hanya Uni Eropa
para peretas juga masuk jaringan beberapa organisasi dunia lainnya.
Seperti PBB, American Federation of Labor and Congress of Industrial
Organizations (AFL-CIO) serta kementerian luar negeri dan keuangan di
seluruh dunia.
"Peretasan AFL-CIO fokus pada isu
negosiasi atas kesepakatan perdagangan Kemitraan Trans-Pasifik
(Trans-Pacific Partnership) yang mana Beijing tidak masuk di dalamnya,"
tambah
New York Times.
Materi-materi yang
diretas dari PBB kebanyakan diambil pada tahun 2016 di saat Korea Utara
sedang aktif melancarkan uji coba rudal nuklir mereka. Termasuk
pertemuan pribadi sekretaris jenderal PBB dan para deputinya dengan
pemimpin-pemimpin negara Asia.
Sekitar lebih dari 100
organisasi dan institusi menjadi target selama bertahun-tahun. Tapi
banyak dari mereka yang tidak menyadarinya sampai akhirnya beberapa hari
lalu pelanggaran ini ditemukan Area 1. Perusahaan keamanan tersebut
didirikan tiga mantan pejabat Badan Keamanan Nasional AS.
Kawat-kawat
diplomatik ini juga berisi laporan panjang diplomat-diplomat Eropa
tentang pergerakan Rusia dalam menyerang Ukraina. Termasuk peringatan
Krimea yang diduduki Rusia empat tahun lalu telah menjadi 'zona panas di
mana hulu ledak nuklir mungkin sudah dipasang' di sana. Pejabat-pejabat
Amerika mengatakan mereka tidak menemukan bukti ada hulu ledak nuklir
di Krimea.
Diplomat-diplomat Eropa mencatat pertemuan
pribadi mereka dengan Xi Jingpin yang digelar pada bulan Juli lalu.
Dimana presiden Cina tersebut bersumpah tidak akan membiarkan gertakan
Amerika mempengaruhi negaranya meski perang dagang akan berimbas pada
semua pihak.
"Cina bukan negara terbelakang lagi," kata Xi dalam catatan para diplomat Eropa.
Dalam
pembicaraan mereka dengan pejabat-pejabat AS usai pertemuan di Helsinki
pada bulan Juli lalu, diplomat-diplomat Uni Eropa menduga Gedung Putih
berusaha mengurangi dampak buruk keputusan Trump mendukung beberapa
sikap Putin. Salah satunya memperbolehkan Rusia menginterogasi mantan
diplomat-diplomat Amerika.
Sebagai gantinya AS boleh
menginterogasi pejabat-pejabat Rusia yang didakwa oleh Jaksa Khusus
Robert Mueller. Dokumen yang bertanggal 20 Juli menggambarkan secara
rinci pertukaran tersebut. Gedung Putih berusaha menyakinkan Uni Eropa
kesepakatan yang dibuat Trump akan 'dibatalkan' untuk mencegah ada warga
Amerika yang diinterogasi Rusia.
Pada kawat diplomatik
yang bertanggal 7 Maret terangkum sulitnya hubungan Amerika dengan Uni
Eropa sejak Donald Trump berkuasa. Di dalamnya pejabat tinggi Eropa di
Washington berbicara tentang 'upaya mengirim pesan' untuk mengakhiri
sikap negatif Trump yang diarahkan ke Uni Eropa sejak awal pemerintahnya
yang telah menyebabkan banyak ketidaknyamanan.
Meski sudah
menyatakan akan menyelidiki dugaan kebocoran ini tapi sekretariat Uni
Eropa tidak mau memberi komentar tentang isi kawat-kawat diplomatik yang
bocor ini. Harta karun kawat-kawat diplomatik ini seperti ketika
WikiLeaks membocorkan 250 ribu kawat diplomati Kementerian Luar Negeri
pada tahun 2010 lalu.
Tapi kawat-kawat diplomatik Uni
Eropa ini tidak seluas dan sedalam kawat diplomatik yang dibocorkan
WikiLeaks. WikiLeaks dapat mengakses berbagai dokumen yang berlebel
terbatas dan rahasia.
Pejabat Uni Eropa mengatakan
komunikasi-komunikasi rahasia termasuk komunikasi dengan level 'sangat
rahasia' di simpan di sistem yang terpisah. Sistem itu sedang
diperbaharui dan diganti. Kawat diplomatik yang fokus membahas
percakapan negara-negara maju tentang perjanjian nuklir Iran pada tahun
2015 juga disimpan di sistem yang berbeda.
Seorang ahli
spionase yang tidak disebutkan namanya mengatakan kasus ini tidak
seperti ketika WikiLeaks membocorkan kawat diplomatik Kementerian Luar
Negeri AS atau Rusia meretas Komite Nasional Partai Demokrat pada tahun
2016. Di mana dalam dua kasus tersebut para peretas memang berniat
mempublikasikan dokumen-dokumen rahasia. Serangan siber terhadap Uni
Eropa ini murni tindakan spionase.
Kasus ini juga
menunjukan betapa buruknya perlindungan jalur komunikasi antara
negara-negara di Uni Eropa. Kebocoran yang terjadi selama bertahun-tahun
ini, menurut ahli spionase tersebut, telah mempermalukan pemerintahan
seluruh dunia.