Senin, 10 April 2017

Ledakan di Gereja Kristen Koptik Mesir, 15 Orang Tewas


Ledakan di Gereja Kristen Koptik Mesir, 15 Orang Tewas 
  Ledakan terjadi tepat ketika umat kristiani mengikuti misa minggu Palma atau jelang perayaan Paskah, menandai Pekan Suci bagi umat Kristen. (Reuters/Mohamed Abd El Ghany).


Jakarta, CB -- Sebuah ledakan dalam ibadah pelayanan Minggu di gereja Kristen Koptik di Tanta, Mesir Utara, Minggu (9/4), dilaporkan menewaskan sedikitnya 15 orang dan membuat 40 jemaat gereja mengalami luka-luka.

Mengutip CNN, dilaporkan oleh media lokal al-Ahram, ledakan terjadi tepat ketika umat kristiani mengikuti misa minggu Palma atau jelang perayaan Paskah, menandai Pekan Suci bagi umat Kristen.

Hingga saat ini, belum diketahui persis kondisi dan siapa pelaku teror bom gereja. Namun, ledakan ini bukan pertama kalinya dialami gereja Kristen Koptik di Mesir.

Pada Desember 2016 lalu, sebuah bom mobil di dekat Katedral Koptik di Kairo juga meledak dan menewaskan sedikitnya 25 orang. Sementara, 45 orang lainnya mengalami luka-luka.

Telegraph melansir, umat Kristen di Mesir yang berjumlah 10 persen dari total 91 juta penduduk kerap menjadi sasaran ekstrimis Islam.

Kristen Koptik mendapatkan serangan penganiayaan dan diskriminasi sejak jatuhnya rezim Hosni Mubarak pada 2011 lalu. Bahkan, puluhan orang tewas dalam bentrokan sektarian



Credit  CNN Indonesia


Korban Tewas Bom Beruntun Mesir Mencapai 36 Orang

Korban Tewas Bom Beruntun Mesir Mencapai 36 Orang 
  Warga mencari korban pemboman yang dilakukan ISIS di gereja Alexandria, Mesir, Minggu (9/4). (REUTERS/Fawzy Abdel Hamied)


Jakarta, CB -- Jumlah korban tewas dua serangan di dua gereja yang ada di Mesir terus bertambah, hingga kini tercatat 36 nyawa melayang.

Ledakan pertama terjadi di Gereja St George di kota Tanta, Minggu (9/4). Sedangkan ledakan kedua terjadi di Gereja Kristen Koptik di Alexandria. Dilaoprkan Reuters pukul 20.30 WIB, melaporkan ada 36 korban tewas dalam dua insiden tersebut.

Serangan di Tanta menewaskan 25 orang dan membuat 78 orang lainnya mengalami luka. Sedangkan serangan di Alexandria menewaskan 11 orang dan mencederai 35 orang lainnya.

Pihak berwenanang mengatakan otak di balik serangan itu juga terkuak. Dua serangan diinisiasi oleh pihak yang sama yaitu Iraq Syria Islamic State atau ISIS.

"Grup yang merupakan bagian dari ISIS melakukan dua serangan di gereja yang ada di Tanta dan Alexandria," demikian pernyataan ISIS melalui agensi berita Amaq.

Paus Tawadros II tengahberada di dalam gereja di Alexandria ketika serangan terjadi. Namun pejabat Kementerian Dalam Negeri Mesir menyatakan, Paus Tawadros II dalam kondisi aman.




Credit  CNN Indonesia




Muslim Mesir Donorkan Darah untuk Korban Bom Gereja

 
Muslim Mesir Donorkan Darah untuk Korban Bom Gereja 
  Ilustrasi. (CNN Indonesia/Safir Makki)


Jakarta, CB -- Umat Muslim di Kota Tanta, Mesir, berbondong-bondong ke masjid pada Minggu (9/4). Mereka mengantre untuk mendonorkan darahnya bagi para korban yang terluka dalam serangan bom di salah satu gereja koptik di kota tersebut.

Salah satu pendonor darah, Mohammed Ahmad Hassan, mengaku mendapatkan informasi mengenai kegiatan ini dari pengumuman melalui pengeras suara yang biasanya mengumandangkan azan.

Melalui pengeras suara tersebut, pihak masjid mengumumkan bahwa stok darah di rumah sakit yang menampung korban bom di Gereja St. George itu berkurang drastis.

 
Hassan mengatakan kepada Al Arabiya bahwa banyak umat Muslim menanggapi pengumuman tersebut dan langsung pergi ke masjid.

Menurutnya, kini kantong-kantong darah itu sudah dikirimkan ke bank darah dan Rumah Sakit Umum tempat para korban dirawat.

Aksi solidaritas ini dianggap sebagai harapan di tengah isu diskriminasi terhadap umat Kristen yang berjumlah 10 persen dari total 91 juta penduduk di Mesir.

Isu ini kian kencang setelah pada Minggu ini, bom meledak di dua gereja koptik. Selain di St. George, satu bom juga meledak di Gereja Gereja St. Mark's di Alexandria. Kedua insiden yang diklaim oleh ISIS ini menelan 44 korban nyawa.

Seorang jurnalis Koptik, Sameh Mahrous, mengatakan kepada Al Arabiya bahwa serangan ini merupakan bukti kegagalan aparat keamanan.

"Mesir sangat serius memerangi ekstremis dan serangan semacam ini selalu meningkat setiap negara meningkatkan pengawasan," kata Mahrous.

Kini, Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi, pun mengajukan penerapan status darurat negara selama tiga bulan yang harus melalui persetujuan parlemen.

Hukum gawat darurat ini memberikan kuasa lebih kepada polisi untuk melakukan penangkapan, pengawasan, penggerebekan, dan pembatasan ruang gerak.






Credit  CNN Indonesia