Jakarta (CB) - Rudal andalan Amerika Serikat selama 20
tahun terakhir, Tomahawk atau kapak Indian, tiba-tiba menjadi perhatian
dunia militer lagi setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump
memerintahkan militer negaranya untuk menyerang pangkalan udara Suriah
yang dianggap negara itu sebagai asal senjata kimia mematikan
diluncurkan Selasa lalu ke Idlib yang dikuasai pemberontak Suriah.
Serangan mengejutkan AS ke sebuah pangkalan udara Suriah dekat Homs itu dilancarkan Kamis pagi waktu setempat. 59 rudal Tomahawk menghujani pangkalan itu setelah dilepaskan dari dua kapal perang destroyer angkatan laut AS di Laut Tengah, yakni USS Ross dan USS Porter.
Rudal berpanjang 6,25 meter dan berbobot 1.590 kg itu diklaim oleh angkatan laut AS sebagai peluru kendali subsonik jarak jauh yang cocok untuk segala cuaca dan bisa diluncurkan baik dari kapal perang maupun kapal selam.
Rudal ini biasanya membawa hulu ledak sampai 454 kg dan dirancang meluncur pada ketinggian rendah yang bisa menembus sasaran di darat dengan pertahanan tangguh sekalipun, dan tingkat akurasi sangat tinggi.
Keunggulan utama senjata ini adalah rudal ini dikendalikan GPS dalam menyasar target sampai sejauh 1.600 km dengan kecepatan subsonik 885 km per jam.
Yang menjadi sasaran rudal ini di Suriah pagi tadi adalah hanggar pesawat tempur, bunker amunisi dan instalasi radar.
Pembuatnya, Raytheon, menyebut Tomahawk senjata "modern, matang, dan ampuh" yang mampu menghajar sasaran dalam tingkat ketepatan sangat tinggi dengan dampak kolateral yang minimal.
Satu unit rudal ini dihargai sekitar 1,5 juta dolar AS.
Peluru kendali canggih ini menjadi bagian sangat penting militer AS dalam Perang Teluk 1991 yang digadang-gadangkan angkatan laut luar biasa sukses.
Tomahawk menjadi bagian instrumental dalam invasi Nato menumbangkan Muammar Gaddafi di Libya pada 2011, selain berjasa besar untuk AS dalam memerangi ISIS di Timur Tengah.
Pada September 2014, Pentagon meluncurkan 47 peluru kendali dari dua kapal perang --satu di Teluk Persia dan satu di Laut Merah-- ketika perang melawan ISIS meluas ke Suriah.
Menurut Washington Post rudal ini terakhir digelarkan Pentagon Oktober tahun silam dari destroyer-destroyer di Laut Merah dengan membidik tiga sasaran radar di Yaman.
Desember tahun lalu Raytheon mendapatkan kontrak senilai 303,7 juta dolar AS untuk memproduksi 214 Tomahawk Block IV yang digunakan untuk angkatan laut AS, demikian laman The Guardian.
Serangan mengejutkan AS ke sebuah pangkalan udara Suriah dekat Homs itu dilancarkan Kamis pagi waktu setempat. 59 rudal Tomahawk menghujani pangkalan itu setelah dilepaskan dari dua kapal perang destroyer angkatan laut AS di Laut Tengah, yakni USS Ross dan USS Porter.
Rudal berpanjang 6,25 meter dan berbobot 1.590 kg itu diklaim oleh angkatan laut AS sebagai peluru kendali subsonik jarak jauh yang cocok untuk segala cuaca dan bisa diluncurkan baik dari kapal perang maupun kapal selam.
Rudal ini biasanya membawa hulu ledak sampai 454 kg dan dirancang meluncur pada ketinggian rendah yang bisa menembus sasaran di darat dengan pertahanan tangguh sekalipun, dan tingkat akurasi sangat tinggi.
Keunggulan utama senjata ini adalah rudal ini dikendalikan GPS dalam menyasar target sampai sejauh 1.600 km dengan kecepatan subsonik 885 km per jam.
Yang menjadi sasaran rudal ini di Suriah pagi tadi adalah hanggar pesawat tempur, bunker amunisi dan instalasi radar.
Pembuatnya, Raytheon, menyebut Tomahawk senjata "modern, matang, dan ampuh" yang mampu menghajar sasaran dalam tingkat ketepatan sangat tinggi dengan dampak kolateral yang minimal.
Satu unit rudal ini dihargai sekitar 1,5 juta dolar AS.
Peluru kendali canggih ini menjadi bagian sangat penting militer AS dalam Perang Teluk 1991 yang digadang-gadangkan angkatan laut luar biasa sukses.
Tomahawk menjadi bagian instrumental dalam invasi Nato menumbangkan Muammar Gaddafi di Libya pada 2011, selain berjasa besar untuk AS dalam memerangi ISIS di Timur Tengah.
Pada September 2014, Pentagon meluncurkan 47 peluru kendali dari dua kapal perang --satu di Teluk Persia dan satu di Laut Merah-- ketika perang melawan ISIS meluas ke Suriah.
Menurut Washington Post rudal ini terakhir digelarkan Pentagon Oktober tahun silam dari destroyer-destroyer di Laut Merah dengan membidik tiga sasaran radar di Yaman.
Desember tahun lalu Raytheon mendapatkan kontrak senilai 303,7 juta dolar AS untuk memproduksi 214 Tomahawk Block IV yang digunakan untuk angkatan laut AS, demikian laman The Guardian.
Credit antaranews.com