Rabu, 05 Oktober 2016

Ahli biologi Jepang Yoshinori Ohsumi terima Nobel Kedokteran

Yoshinori Ohsumi  
Yoshinori Ohsumi bekerja di Institut Teknologi Tokyo sejak 2009. 
 
Komite Nobel mengumumkan bahwa Hadiah Nobel Kedokteran 2016 diberikan kepada ahli biologi dari Jepang, Yoshinori Ohsumi.
Dia dianggap berjasa atas penemuannya tentang degradasi dan daur ulang sel dalam proses yang disebut sebagai autofagi.
Penemuan Dr Ohsumi ini dianggap penting karena membantu menjelaskan banyak hal yang menyebabkan sejumlah penyakit, mulai dari kanker hingga Parkinson.
Pemahaman akan proses tersebut mencakup mutasi sel dan infeksi yang dapat menyebabkan penyakit Parkinson, diabetes dan juga penyakit saraf. Kesalahan pada gen-gen menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit tersebut.
    Konsep autofagi sudah diketahui selama 50 tahun terakhir, tetapi Dr Ohsumi membuat terobosan pemahaman dalam penelitiannya pada ragi yang biasa digunakan oleh pembuat roti pada tahun 1980-an dan 1990-an.

    Nobel Kedokteran 
     Setidaknya 270 ilmuwan dari berbagai negara dicalonkan sebagai penerima hadiah Nobel Kedokteran tahun ini. 
     
    Ketika mengetahui ia mendapat Hadiah Nobel Kedokteran 2016, ia dilaporkan terkejut tetapi 'benar-benar merasa terhormat'.
    Dalam wawancara dengan televisi Jepang NHK, Dr Ohsumi mengatakan tubuh manusia, "Selalu mengulang proses membusuk otomatis, atau kanibalisme, dan ada keseimbangan sempurna antara formasi dan pembusukan. Itulah hidup."
    Yoshinori Ohsumi telah bekerja di Institut Teknologi Tokyo sejak 2009.
    Lebih dari 270 ilmuwan dicalonkan untuk mendapatkan hadiah ini dengan pemenangnya mendapat hadiah sekitar Rp12 miliar.
    Pemenang bidang fisika, kimia, dan perdamaian akan diumumkan beberapa hari mendatang.



    Credit  BBC


    5 Fakta Menarik Seputar Peraih Nobel Kedokteran 2016

     
    AP/Noriaki Sasaki Yoshinori Ohsumi (71), peraih Nobel Kedokteran 2016.
     
    CB - Pakar biologi sel dari Jepang Yoshinori Ohsumi, dianugerahi hadiah Nobel Kedokteran 2016. Ia mendapatkan hadiah bergengsi dalam dunia penelitian itu berkat penemuannya pada mekanisme Autophagy.

    Autophagy, yang berarti "memakan diri sendiri" adalah mekanisme sel sebagai upaya untuk menjaga kesehatannya melalui program daur ulang internal, di mana mereka menghancurkan komponen dirinya, yang bertujuan untuk membuat sel baru dan juga melawan serangan bakteri serta virus.

    Selama hampir 30 tahun Ohsumi (71) tekun melakukan penelitian tentang autophagy ini. Ia akan diganjar hadiah sekitar 8 juta kronor Swedia atau sekitar 12 miliar rupiah pada acara penyerahan hadiah Nobel di bulan Desember mendatang.

    Berikut adalah fakta-fakta menarik dari peraih Nobel Kedokteran ini:

    1. Ohsumi adalah ilmuwan Jepang keempat yang mendapat Nobel Kedokteran.

    Menurut The Japan Times, Ohsumi adalah orang Jepang ke-25 yang mendapatkan Hadiah Nobel, dan yang ke-4 untuk kategori Nobel Kedokteran.

    Lahir pada tahun 1945 di Fukuoka, Jepang, ia sempat bekerja selama tiga tahun di Universitas Rockefeller New York kemudian melanjutkan studinya di Universitas Tokyo dan meraih gelar PhD. Ia kemudian mendirikan pusat penelitian. Saat ini Ohsumi masih menjadi peneliti yang aktif bekerja di laboratoriumnya.

    2. Peneliti pertama yang menguak daur ulang sel

    Sel membutuhkan daur ulang untuk bertahan hidup. "Ketika nutrisi tak mencukupi, sel punya sistem untuk memecah komponen yang sudah tua dan tidak diperlukan, lalu memanen bagian itu agar tetap terus hidup," kata Ivan Semeniuk, peneliti seperti dikutip The Globel and Mail.

    Sistem memakan diri sendiri ini disebut dengan autophagy, ditemukan oleh Ohsumi dalam sel-sel ragi roti di tahun 1988. Sejak saat itu Ohsumi menyebut dirinya sebagai "peneliti dasar ragi", meski sebenarnya penemuannya ini dikenal secara luas karena sangat penting dalam kelangsungan hidup sel manusia.

    3. Penelitiannya bermanfaat pada sejumlah penyakit

    Beberapa kondisi seperti kanker dan penyakit saraf terjadi akibat mutasi gen autophagy. Penelitian mengenai autophagy bisa menjelaskan, bahkan membantu mencegah, terjadinya penyakit-penyakit.

    4. Dapat menjelaskan bagaimana kita beradaptasi pada kelaparan

    Autophagy sebenarnya adalah mekanisme alami tubuh kita untuk bertahan hidup. Dengan mempelajari ini para ilmuwan berusaha memahami bagaimana kita menghadapi situasi ekstrim.

    "Penemuan Ohsumi membuka jalan untuk memahami pentingnya authophagy dalam berbagai proses fisiologis, misalnya adaptasi pada kelaparan atau respon infeksi," kata komite juri Nobel dalam siaran persnya.

    5. Pesan untuk ilmuwan muda
    Ohsumi terkejut dengan terpilihnya dirinya sebagai pemenang Nobel, tetapi ia merasa sangat terhomat. "Saya hanya bisa mengatakan merasa terhormat. Saya ingin menyampaikan kepada orang-orang muda bahwa tidak semua akan sukses dalam sains, tetapi penting untuk menerima tantangan," katanya seperti dikutip oleh NHK dan The New York Times.



    Credit  KOMPAS.com