Senin, 24 Oktober 2016
Letjen Moskow: Rusia dan AS Telah Memasuki Perang Dingin Baru
MOSKOW - Rusia dan Amerika Serikat (AS) telah memasuki Perang Dingin baru yang dapat menyebabkan pecahnya konfrontasi di seluruh dunia. Demikian pendapat seorang Letnan Jenderal (Letjen) Rusia, Evgeny Buzhinsky.
Menurutnya, Presiden Rusia Vladimir Putin sudah menentang hegemoni internasional Amerika. Dia memperingatkan bahwa Rusia dan AS sedang menuju kebuntuan berbahaya seperti era krisis rudal Kuba.
”Jika kita berbicara tentang Perang Dingin terakhir, kami sedang di suatu tempat ketegangan antara Tembok Berlin dan krisis Rudal Kuba,” kata Letnan Jenderal Evgeny Buzhinsky, mantan kepala kementerian Rusia urusan perjanjian pertahanan internasional dan sekarang menjadi Kepala Pusat PIR, sebuah kelompok think tank Moskow.
"Dengan kata lain, (AS dan Rusia) tertatih-tatih di ambang perang, tapi tanpa mekanisme untuk mengelola konfrontasi,” katanya lagi, seperti dikutip Telegraph, semalam (23/10/2016).
Kementerian Luar Negeri Rusia pada Sabtu pekan lalu menuduh Pemerintahan Obama mencoba menghancurkan hubungan AS dengan Rusia.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, mengatakan Moskow akan membalas dalam jika AS tetap melanjutkan sanksi baru terhadap Rusia dalam menanggapi pengeboman di Aleppo.
Kremlin sendiri telah mengisyaratkan memotong jalur diplomasi kedua negara setidaknya sampai Pemilu 8 November 2016, dengan harapan bisa menjalin hubungan yang lebih baik di era pengganti Presiden Barack Obama.
Langkah Kremlin itu muncul setelah Menteri Luar Negeri AS, John F. Kerry, membatalkan semua koordinasi terkait krisis Suriah. Dia menuduh Rusia merobek kerangka kerjasama diplomatik kedua negara.
Presiden Putin juga sudah membuat komentar yang meningkatkan ketegangan ketika ditanya wartawan mengapa hubungan dengan Washington telah runtuh karena Suriah.
”Ini bukan karena Suriah. Ini adalah usaha satu bangsa untuk menegakkan keputusan terhadap seluruh dunia,” sindir Putin yang terang-terangan menentang hegemoni internasional AS.
Credit Sindonews