Foto: Grandyos Zafna/detikcom
Blora - Usai dilantik menjadi Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arcandra Tahar lansung tancap gas, mengupayakan pengurangan cost recovery. Pengeluaran perusahaan migas yang diganti negara tersebut dianggap terlalu mahal, sehingga berimbas pada turunnya penerimaan negara.
Lantas, bagaimana cara Arcandra mengurangi pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan perusahaan migas yang mengebor migas di Indonesia tersebut?
"Nggak bisa katakan menggelumbung (cost recovery), untuk POD (Plan of Development) yang sudah ditandatangani, dan capex (capital expenditure) sudah dikeluarkan lewat cost recovery setelah dia berproduksi, kemudian kita ganti cost itu, untuk yang seperti itu kita harus hormati untuk yang sudah ditandatangani," jelasnya, ditemui di Akamigas, Cepu, Blora, Jawa Tengah, Minggu (23/10/2016).
Dia melanjutkan, untuk proyek-proyek lapangan migas lainnya yang sudah berjalan, pihaknya akan mencari-cari celah di mana saja ongkos operasi yang bisa dihemat.
"Proyek-proyek lain yang POD-nya sudah berlangsung, barangnya sudah jadi, yang bisa kita lihat yakni cost dari sisi opex (operating expenditure) ini apakah benar cost-nya segitu, apa bisa kita lakukan, apakah cost bisa turun apa tidak," ucap Arcandra.
Sementara untuk blok-blok migas yang belum sampai pada kesepakatan POD, mantan konsultan pengeboran lepas pantai di Amerika Serikat (AS) ini akan melakukan penghematan dari sisi yang lebih detil, sampai pada tekhnologi yang dipakai perusahaan-perusahaan minyak.
"Untuk proyek-proyek ke depan kita mulai dari capex, kita nggak bicara dengan opex dulu. Capex itu sangat erat kaitannya dengan pemilihan teknologi, apakah itu pas atau tidak, karena kalau pakai teknologi A cost sekian, tekhnologi B cost-nya sekian, tekhnologi C sekian," terang Arcandra.
"Nah kita harus melihat bahwa mana yang cost-nya lebih efisien, apakah dengan tekhnologi A atau B. Itu yang kita ingin lihat cost recovery ada ruang untuk bisa diturunkan untuk proyek-proyek ke depan," tutupnya.
Credit detikFinance
Arcandra: Cost Recovery RI Naik Terus, Tapi Produksi Minyak Turun
Blora - Ditunjuk jadi Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), program prioritas Arcandra Tahar adalah mengurangi sebanyak mungkin biaya operasi migas yang dikembalikan negara (cost recovery).
Cost Recovery di Indonesia terbilang masih sangat tinggi, sehingga berimbas pada mahalnya investasi di sektor migas.
"Saya katakan bahwa cost recovery kita naik terus, kemudian lifting kita turun, dan itu benar karena itu lapangan-lapangan tua," ucap Arcandra, ditemui usai memberikan ceramah di Masjid Vyatra STEM Akamigas, Cepu, Blora, Jawa Tengah, Minggu (23/10/2016).
Mantan konsultan pengeboran minyak lepas pantai di Amerika Serikat (AS) tersebut mengatakan, dirinya tengah mempelajari bagian-bagian yang bisa dihemat sehingga biaaya cost recovery bisa dipangkas.
"Yang jadi concern kita adalah besaran cost recovery, dan itu yang akan kita lihat, di mana ruang yang bisa kita imporovisasi dan mereduksi cost recovery," jelas dia.
Menurut Arcandra, selain pengurangan cost recovery, fokus program keduanya dengan Menteri ESDM yang baru, Ignasius Jonan, yakni sebisa mungkin mengebut selesainya proyek-proyek migas besar, serta kelanjutan proyek listrik 35.000 megawatt (MW).
"Yang akan kita percepat itu proyek Blok Masela, kedua East Natuna, ketiga Tiung Biru, yang keempat Mahakam, kelima Blok Jangkrik yang sedang berlangsung. Kemudian ada beberapa proyek lain yang nggak bisa kita sebutkan satu per satu," kata Arcandra.
"Kemudian di bidang energi kita tahu programnya selesaikan sebanyak mungkin program 35.000 MW, itu jadi prioritas kita, kemudian perdalam perbaiki bisnis proses seperti perizinan dengan online system, kemudian di SKK Migas kita perbaiki terutama cost recovery," tutupnya.
Credit detikFinance