Jumat, 29 September 2017

China dan AS Bahas Nasib Korut setelah Kim Jong-un Tumbang



China dan AS Bahas Nasib Korut setelah Kim Jong-un Tumbang
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menyambut para ilmuwan nuklirnya di Pyongyang 10 September 2017. Foto/REUTERS



WASHINGTON - China dan Amerika Serikat (AS) sudah berdiskusi membahas kehidupan di Korea Utara (Korut) setelah Kim Jong-un tumbang suatu hari nanti. Pembahasan ini langka, karena topik soal tumbangnya rezim Kim Jong-un merupakan tabu besar bagi Beijing.

Selama bertahun-tahun, China telah menolak usaha AS untuk mengangkat topik tersebut. Pembahasan itu diungkap Bonnie Glaser, penasihat senior untuk Asia di Centre for Strategic and International Studies (CSIS) di Washington.

Glasser memimpin pihak AS dalam diskusi “Track 2” yang melibatkan akademisi kebijakan luar negeri kedua negara, perwira militer dan lembaga penelitian yang berafiliasi dengan pemerintah China.

Dari perspektif China, diskusi masalah tersebut dapat memicu kekhawatiran Korut, sekutu yang menikmati dukungan Beijing sejak Perang Korea tahun 1950-an. Ada juga ketakutan bahwa hal itu akan memberi AS keuntungan untuk menyatukan kembali semenanjung Korea dengan persyaratannya.

”Ketika kami pertama kali memulai usaha ini, orang-orang China memberi tahu kami—dan banyak orang lainnya, termasuk pejabat AS—bahwa jika mereka terlibat dalam diskusi seperti itu dengan AS, itu akan keluar, akan dibocorkan, Korut akan mengetahui dan mereka akan membalas,” ujar Glaser, seperti dikutip dari The Washington Post, Kamis (28/9/2017).

Namun, karena ancaman aksi militer AS dan Korut, serta Kim Jong-un yang mengembangkan senjata nuklir, para pengamat mulai memainkan skenario terburuk.

Pemerintah maupun militer China belum mengomentari bocoran laporan adanya diskusi pembahasan nasib penggulingan rezim Kim Jong-un tersebut. Beijing selama ini berupaya melindungi sekutunya setelah situasi di Semenanjung Korea memanas.

Namun, China juga berulang kali tidak menyukai aksi provokasi Korut termasuk uji coba rudal dan senjata nuklir yang membuat Beijing pada akhirnya mendukung penjatuhan sanksi oleh Dewan Keamanan PBB.

Presiden Donald Trump sebelumnya menegaskan kepada wartawan bahwa AS siap untuk menggunakan kekuatan militer yang ”menghancurkan” terhadap Korut meskipun itu bukan pilihan yang lebih baik. 





Credit  sindonews.com






Hawaii dan California Diminta Siaga Serangan Nuklir Korut


Hawaii dan California Diminta Siaga Serangan Nuklir Korut


Ilustrasi ledakan bom nuklir. Otoritas Hawaii dan California, AS, melakukan persiapan untuk mengantisipasi bahaya serangan nuklir Korea Utara. Foto/REUTERS




LOS ANGELES - Warga Hawaii dan California, Amerika Serikat (AS), menerima pemberitahuan untuk siaga dari potensi serangan nuklir Korea Utara (Korut) seiring dengan memanasnya ketegangan kedua negara. Pemberitahuan itu sudah muncul sejak awal pekan ini.

Di Hawaii, pemerintah negara bagian telah menyarankan penduduk untuk bersiap menghadapi serangan karena dampaknya bisa memicu tsunami yang menerjang sejumlah pulau di wilayah tersebut.

Gene Ward, seorang pejabat perwakilan Negara Bagian Hawaii, mengatakan bahwa dia tidak ingin menjadi ”alarmis”, tapi ingin agar orang-orang dipersiapkan. Surat kabar lokal melaporkan, para pejabat telah melakukan pertemuan tertutup untuk membahas kemungkinan dampak serangan nuklir dari rezim Kim Jong-un, penguasa Korut.

Ward melanjutkan, orang-orang muda Hawaii mungkin khawatir karena berbicara tentang tempat penampungan dan latihan yang mereka hadapi. “Ini mungkin lebih nyata bagi generasi muda,” katanya. Namun, Washington Post melaporkan semalam (27/9/2017), bahwa warga di kepulauan tersebut tidak panik.

Persiapan menghadapi tsunami dan badai bukanlah hal baru bagi orang Hawaii dengan persiapan persediaan makanan, air dan kebutuhan medis darurat selama tujuh hari. Namun, terkait pemberitahuan untuk mengantisipasi serangan nuklir Pyongyang, warga diberitahu agar menyediakan berbagai kebutuhan itu dalam jumlah dua kali lipat.

Surat kabar Honolulu Civil Beat memperoleh salinan dokumen pertemuan tertutup para pejabat. ”Tingkatkan proses notifikasi peluncuran rudal antara Komando Pasifik AS dan Titik Peringatan Negara,” bunyi judul salah satu bab dokumen yang dari pertemuan pejabat.

”Publikasikan kompetisi rudal balistik baru hingga rencana operasi darurat negara bagian,” bunyi bab lain dari dokumen tersebut.

Hawaii akan mulai menguji sistem peringatan sirene pada bulan November mendatang. Alarm ini akan memberi orang sekitar 12 sampai 15 menit untuk sampai ke tempat yang aman, setelah itu mereka diharuskan tinggal di dalam rumah selama 48 sampai 72 jam.

Hawaii sendiri tidak memiliki tempat penampungan umum untuk saat ini. Dalam dokumen tersebut muncul daftar yang kerap ditanyakan, yakni perkiraan korban manusia berdasarkan ukuran hasil teknologi senjata nuklir Korut.

Sementara itu, di California para pejabat setempat didesak untuk membiasakan diri dengan rencana tanggap darurat dari dampak nuklir. Desakan ini dikeluarkan oleh Pusat Intelijen Regional Los Angeles dalam sebuah memo setebal 16 halaman.

Laporan terbitnya memo itu pertama kali diterbitkan oleh Foreign Policy pada hari Senin lalu. Memo itu mengacu pada uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) Korut yang berpotensi menjangkau Pantai Barat AS. ”Jika terjadi serangan, hal itu akan menyebabkan korban yang sangat buruk dan kerusakan infrastruktur yang kritis,” bunyi memo untuk para pejabat California. 


Namun para pejabat di Los Angeles mengatakan bahwa memo tersebut hanyalah sebuah pengingat dan usaha yang serupa dengan memo lain untuk menghadapi gempa bumi dan bencana lainnya.

Laporan tersebut juga mengutip satu skenario di mana sebuah bom nuklir meledak di Long Beach, sekitar 25 mil selatan Los Angeles. Skenario itu mencakup risiko radiasi dan perkiraan korban jiwa antara 60.000 hingga 3 juta orang.






Credit  sindonews.com





Korut Klaim 4,7 Juta Pemuda Gabung Militer untuk Lawan AS


Korut Klaim 4,7 Juta Pemuda Gabung Militer untuk Lawan AS 
Pemerintah Korea Utara mengklaim ada 4,7 pemuda yang mendaftarkan diri ke militer untuk melawan Amerika Serikat. (KCNA via REUTERS)


Jakarta, CB -- Korea Utara mengklaim sekitar 4,7 juta pemuda yang terdiri dari pelajar dan pekerja telah mengajukan diri bergabung dengan militer untuk melawan Amerika Serikat.

Selama enam hari terakhir, surat kabar pemerintah Korut melaporkan, jutaan pemuda, termasuk 1,22 juta perempuan, terus mendaftar dan mengungkapkan keinginan untuk bergabung dengan angkatan bersenjata.

Aksi yang dianggap sebagai bentuk solidaritas warga Korut ini muncul di tengah silih ancam perang antara Pyongyang dan Washington yang semakin memanas dalam satu bulan terakhir.


Pekan lalu, pemimpin tertinggi Korut, Kim Jong-un, bersumpah akan mengambil tindakan "paling keras" guna merespons pernyataan AS yang sebelumnya mengancam akan menghancurkan Korut.

Korut bahkan menuturkan rezimnya bisa mempertimbangkan untuk meledakkan bom hidrogen di perairan Pasifik atau menembak jatuh jet pengebom AS jika terus diancam.

Hal itu dilontarkan Korut sebagai respons terhadap manuver sejumlah jet tempur dan pesawat pengebom AS yang sempat terbang di lepas pantai Korut pada akhir pekan lalu.

Selama ini, Korut dikenal kerap membuat propaganda dengan mengklaim banyak dari warganya yang telah bergabung dengan militer.


Hal tersebut dilakukan Pyongyang guna memperkuat solidaritas bangsanya di tengah ancaman AS dan para sekutunya.

Sekitar pertengahan Agustus lalu, Pyongyang juga melakukan hal serupa, dengan menyatakan negaranya telah mempersiapkan 3,5 juta pasukan untuk berperang melawan AS dan sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Sejauh ini, berdasarkan data yang terkumpul, Korut diperkirakan memiliki sekitar 16 juta pasukan dengan rincian 10 juta personel siap tugas, 945 ribu pasukan aktif, dan 5 juta pasukan cadangan. 






Credit  cnnindonesia.com






Cekcok Trump dan Kim Bisa Sebabkan Konflik Tak Disengaja


Cekcok Trump dan Kim Bisa Sebabkan Konflik Tak Disengaja 
Provokasi Kim Jong-un yang terus ditimpali oleh AS disebut bisa berujung pada pertempuran sesungguhnya. (KCNA via REUTERS)


Jakarta, CB -- Presiden Donald Trump dan Kim Jong-un seolah tiada henti silih melontarkan ancaman dan hinaan belakangan ini. Perang mulut antara pemimpin Amerika Serikat dan Korea Utara itu bisa jadi mendorong situasi di kawasan ke arah konflik yang tak disengaja.

Meski kedua negara tidak secara langsung mengambil posisi berperang, pamer kekuatan militer yang diwarnai silih ancam kemungkinan besar mengakibatkan hasil yang buruk, kata Rodger Baker, Wakil Presiden Analisis Strategis Stratfor.

"Korea Utara berasumsi ancaman itu bisa cukup untuk menahan AS beraksi, tapi AS bisa jadi sama-sama berpikir demikian, jadi akhirnya terjadi situasi di mana provokasi dari satu sisi dipandang sebagai langkah nyata menuju perang," ujarnya, Rabu (28/9).


Korea Utara baru-baru ini memindahkan sejumlah pesawat tempurnya ke pesisir timur untuk merespons jet pengebom B1-B milik AS yang terbang di ruang udara internasional dekat Korut. Sementara itu, Menteri Luar Negeri Ri Yong-ho mengatakan pihaknya siap menembak pesawat Amerika yang mengancam wilayahnya.

Baker khawatir langkah apapun yang diambil Korea Utara untuk membayangi atau menyerang pesawat Amerika Serikat bisa berujung pada konflik yang tak disengaja.

"Mereka tidak tahu bagaimana cara menghadapi satu sama lain dalam situasi ini, mereka tidak tahu cara membaca tindakan masing-masing pihak, jadi konflik tak disengaja bisa saja terjadi dan Korea Utara, lagi-lagi, mungkin terlalu jemawa."

Namun, Baker menambahkan bahwa kedua pihak belum melakukan pergerakan besar-besaran atau mengevakuasi warga sipil sehingga kemungkinan perang skala penuh masih belum terlihat.

"Kami tidak melihat AS mengambil langkah untuk dengan cepat mengurangi jumlah warga sipil dan personel militer di Korea Selatan ... di saat yang sama, retorika mereka terus meningkatkan potensi konflik tak disengaja," ujarnya kepada CNN.

Sementara itu, Euan Graham, direktur Program Keamanan Internasional di Institut Lowy Sydney, mengatakan AS kemungkinan besar tidak akan lebih dulu menyerang Korut. Sementara itu, setiap ancaman yang dilontarkan Trump hanya akan memperburuk citranya di mata internasional.

"Ketika ancaman yang dilontarkan tidak direalisasi, kredibilitas AS tercoreng, baik di mata Korea Utara maupun para sekutunya," kata Graham.

"AS kemungkinan tidak akan mau terlibat dalam perang pencegahan melawan Korea Utara, jadi masalahnya lebih pada risiko tak sengaja berperang karena Korea Utara memutuskan untuk mengeskalasi atau mereka meyakini hal AS ingin melakukan serangan pencegahan atau penyingkiran kekuasaan."

Hanya saja, Korea Utara dinilai tidak bisa merealisasikan ancaman-ancaman yang terus dilontarkannya itu. Bruce Bennett, pakar militer dari Rand Corporation, menyoroti ancaman menembak jet pengebom AS yang dia sebut berada di luar kapasitas pasukan Kim Jong-un.


Kim Jong-un dinilai bakal jadi orang yang lebih dulu memicu pertempuran
Kim Jong-un dinilai bakal jadi orang yang lebih dulu memicu pertempuran. (KCNA via REUTERS)
Dia mengatakan jet supersonik B-1B itu dilengkapi peralatan elektronik untuk mencegah serangan dan biasanya dikawal oleh empat pesawat tempur F-15 yang kemungkinan besar bakal jauh lebih unggul dari angkatan udara Korut.

"Jika Korea Utara mencoba untuk mengepung pengawal F-15 itu dengan mengirim puluhan jet tempur mereka, Amerika Serikat bakal tahu hal itu terjadi dan menjauh dari Korea Utara menuju Jepang," kata Benett sebagaimana dikutip Reuters.

Korea Utara bisa saja menembakkan rudal dari darat ke udara untuk menembak pesawat-pesawat itu. Namun, sistem pertahanan mereka dinilai tidak cukup kuat untuk mencapai sasaran yang berada di luar wilayahnya.

"Jika pesawat AS tetap berada di lepas pantai, mereka cukup aman," kata Michael Elleman, pakar rudal di Institut Studi Strategis Internasional.




Credit  cnnindonesia.com








Parlemen Korsel: AS Ajak Presiden Moon Ambil Opsi Militer


Parlemen Korsel: AS Ajak Presiden Moon Ambil Opsi Militer 
Seorang anggota parlemen menyebut AS mengajak Presiden Moon Jae-in mengambil opsi militer melawan Korut. (Reuters/Jung Yeon-Je)


Jakarta, CB -- Anggota parlemen dari partai berkuasa di Korea Selatan menyebut Amerika Serikat menawarkan Presiden Moon Jae-in opsi militer untuk menghadapi ancaman Korea Utara.

"Presiden mengatakan AS berbicara mengenai opsi militer dan juga diplomatik. Tapi Korsel tidak bisa berperang lagi," ucap Park Wan-ju yang juga menjabat sebagai juru bicara Partai Demokrat, Kamis (28/9).

Park menghadiri rapat bersama Presiden Moon dan Penasihat Keamanan Nasional Korsel Chung Eui-yong. Dalam pertemuan itu, tutur Park, Chung mengatakan Seoul dan Washington telah sepakat mengerahkan sejumlah aset militer strategis AS ke Negeri Ginseng, secepatnya akhir tahun ini.


Chung tidak menjelaskan aset militer apa yang dimaksud. Dia hanya mengatakan langkah ini diambil menyusul kekhawatiran Seoul atas kemungkinan provokasi baru Pyongyang, menyambut perayaan Kongres Partai Komunis yang diselenggarakan lima tahun sekali.

Menurut Park, Chung memperkirakan Korut akan kembali melakukan aksi provokasi sekitar 10 hingga 18 Oktober mendatang. "Laporan Chung juga memaparkan adanya kekhawatiran akan konflik militer yang dipicu oleh insiden tak disengaja," kata Park seperti dikutip Reuters.

Selama ini, AS dan Korsel secara teknis masih berperang dengan Korut lantaran Perang Korea pada 1950-1953 lalu hanya berakhir dengan kesepakatan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.

Sejak awal tahun ini, Korut terus meluncurkan uji coba rudal dan nuklir meski masyarakat internasional telah menjatuhkan serangkaian sanksi yang sebagian besar bertujuan untuk mengisolasi ekonomi negara itu.

Dalam sebulan terakhir, tensi antara AS dan Korut memanas menyusul uji coba nuklir yang dilakukan Pyongyang untuk keenam kalinya pada 3 September lalu. Sejak itu, silih ancam dan penghinaan antara Presiden Donald Trump dan Kim Jong-un terus terjadi.

Pyongyang baru-baru ini bahkan mengklaim AS telah mendeklarasikan perang melalui pernyataan Trump yang mengancam akan menghancurkan Korut dan menganggap rezim Kim Jong-un tidak akan bertahan lama lagi.

Meski begitu, sejumlah pihak seperti Rusia, China, bahkan Korsel sendiri masih menginginkan jalan damai dan dialog untuk menyelesaikan konflik tersebut.






Credit  cnnindonesia.com






Warga Kurdistan Sepakat Lepas dari Irak, Pemerintah Menentang


Warga Kurdistan Sepakat Lepas dari Irak, Pemerintah Menentang 
Hasil akhir referendum Kurdistan menunjukkan masyarakat mutlak sepakat merdeka dari Irak. (Reuters/Ako Rasheed)


Jakarta, CB -- Baghdad meminta warga Kurdi untuk membatalkan pemungutan suara referendum kemerdekaannya dari Irak, sementara parlemen mendorong pemerintah pusat untuk mengirim pasukan mengendalikan ladang minyak vital yang dikuasai pasukan Kurdi.

Meningkatkan upaya untuk mengisolasi wilayah Kurdistan di utara Irak, pemerintah Baghdad juga meminta negara-negara asing menutup perwakilannya di Erbil. Warga setempat dengan mutlak memutuskan untuk memerdekakan diri dan membuat marah negara-negara sekitarnya.

Diberitakan Reuters, hasil akhir referendum yang diungkap semalam, Rabu (27/9), menunjukkan nyaris 93 persen warga memilih untuk merdeka dan 7,3 persen menentang. Lebih dari 3,3 juta orang, atau 72 persen warga yang berhak memilih, memberikan suaranya pada Senin lalu.


Referendum ini memicu kekhawatiran akan konflik regional. Delegasi pasukan bersenjata Irak bergerak menuju ke Iran untuk mengoordinasikan upaya militer yang mungkin dilakukan untuk membalas langkah memerdekakan diri tersebut.

Iran dan Turki juga menentang gerakan apapun menuju pemisahan Kurdistan dan pasukannya sudah memulai latihan bersama di dekat perbatasan dengan wilayah tersebut. Irak dan Turki juga menggelar latihan bersama.

Sejumlah maskapai asing mulai menunda penerbangan ke bandara-bandara Kurdi setelah Otoritas Penerbangan Sipil Irak menyatakan penerbangan internasional ke Erbil dan Sulaimaniya mesti dihentikan sementara.

Otoritas Kurdi menolak tuntutan Baghdad untuk menganulir referendum sebagai syarat menggelar dialog dan menyerahkan kendali atas bandara internasionalnya.

Pada Rabu malam, Rudaw TV melaporkan bahwa Pemerintah Regional Kurdistan telah menawarkan untuk menggelar pembicaraan dengan Baghdad soal kemungkinan menerima pengamat Irak di bandara Erbil dan Sulaimaniya demi menyelesaikan krisis.

Turki, yang telah mengancam untuk menjatuhkan sanksi bagi masyarakat Kurdi, menyatakan perbatasannya dengan wilayah utara Irak tetap terbuka. Namun hal itu bisa berubah dan jumlah truk yang melintas terpantau berkurang.





Credit  cnnindonesia.com


Erdogan Buka Opsi Militer Respons Referendum Kurdi

Erdogan Buka Opsi Militer Respons Referendum Kurdi 
Presiden Erdogan menyatakan Turki tengah mempertimbangkan opsi militer untuk menanggapi referendum kemerdekaan Kurdistan. (AFP Photo/Adem Altan)


Jakarta, CB -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan semua opsi, mulai dari langkah ekonomi hingga militer, dipertimbangkan untuk menanggapi referendum kemerdekaan Kurdistan dari Irak.

Dalam pidato di istana kepresidenan, Erdogan mengatakan Turki tidak akan segan menggunakan semua langkah yang bisa dilakukan jika jalan menuju perdamaian tidak bisa tercapai.

Diberitakan Reuters pada Selasa (26/9), dia mengatakan langkah-langkah yang dimaksud kemungkinan bisa melibatkan operasi darat dan udara.


Erdogan berharap Pemerintah Regional Kurdistan bisa berubah pikiran.

Dia juga sempat menyatakan Turki akan menutup perbatasan dengan Irak bagian utara.

Warga etnis minoritas Kurdi menggelar referendum kemerdekaan itu menentang peringatan dari Irak dan negara-negara tetangga.

Pemungutan suara yang tidak mempunyai kekuatan mengikat itu digagas oleh pemimpin veteran, Massud Barzani, sehingga memicu kemarahan Irak, Turki dan Iran.

Kedua negara tetangga khawatir kemerdekaan daerah semi-otonom itu akan memicu pemberontakan dari etnis minoritas Kurdi yang ada di wilayahnya.

Sementara itu, pemerintah Irak menolak berdialog dengan Kurdistan mengenai hasil referendum kemerdekaan karena dianggap tidak sesuai konstitusi.

Penolakan disampaikan setelah hasil penghitungan sementara menunjukkan sebagian besar suara jatuh ke pilihan "ya" atau merdeka.

Hasil resmi referendum ini sendiri baru akan diumumkan 72 jam setelah pemungutan suara berakhir pada 18.00 waktu setempat, Senin.





Credit  cnnindonesia.com











Catalonia Ingin Merdeka, Walkot Barcelona Minta Mediasi Eropa


Catalonia Ingin Merdeka, Walkot Barcelona Minta Mediasi Eropa 
Ilustrasi bendera Spanyol. (Efraimstochter/Pixabay)


Jakarta, CB -- Wali Kota Barcelona Ada Colau meminta Uni Eropa untuk memediasi ketegangan terkait rencana referendum kemerdekaan Catalonia melalui artikel opini di surat kabar Inggris.

"Ini merupakan kewajiban saya sebagai wali kota ... untuk meminta Komisi Eropa membuka ruang mediasi antara pemerintah Spanyol dan Catalonia untuk mencari solusi ternegosiasi dan demokratis," tulisnya di harian Guardian, sebagaimana dikutip AFP, Kamis (28/9).

"(Barcelona) tidak ingin terjadi benturan dengan konsekuensi yang tak terduga. Saya yakin kebanyakan rekanan Eropa kami tidak menginginkan hal itu juga," kata dia.


Colau adalah salah satu orang yang menentang kemerdekaan Catalonia, tapi dia juga mengecam sikap "cuek" Perdana Menteri Marino Rajoy di Madrid. Menurutunya, hal tersebut memperburuk ketegangan dengan pemerintah regional Catalan.

Langkah hukum melawan pejabat Catalan "hanya akan meningkatkan ketegangan sosial dan menghalangi kemungkinan mencari cara keluar dari konflik," kata Colau.

"Pemerintah Spanyol telah membiarkan konflik Catalan tereskalasi dari masalah internal menjadi konflik Eropa," kata dia. Karena itu, Eropa tidak boleh "pasif" dalam persoalan Catalan.

"Mempertahankan hak fundamental warga Catalan melawan represi dari negara Spanyol sama dengan mempertahankan hak Spanyol dan warga Eropa."

Pemerintah Catalan telah bersumpah untuk tetap melakukan pemungutan suara Minggu ini, meski Madrid terus melancarkan tindakan tegas.

Peristiwa ini menjadi salah satu krisis terbesar Spanyol sejak akhir kediktatoran Jenderal Francisco Franco empat dekade silam.

Referendum ini pun memecah-belah Catalonia, daerah yang menjadi rumah bagi 7,5 juta warga sekaligus penyumbang seperlima ekonomi negara.





Credit  cnnindonesia.com







Kelompok Bersenjata Rohingya Bantah Tudingan Pembantaian


Kelompok Bersenjata Rohingya Bantah Tudingan Pembantaian 
Ilustrasi pengungsi Rohingya. (Reuters/Mohammad Ponir Hossain)


Jakarta, CB -- Kelompok bersenjata Pasukan Penyelamat Rohingya Arakan (ARSA) membantah tudingan pemerintah Myanmar terkait pembunuhan massal di Rakhine.

Tuduhan itu muncul setelah tentara Myanmar menemukan kuburan massal yang diduga berisi sekitar 100 jasad warga Hindu di Rakhine, pekan lalu.

Dalam pernyataan resmi perdananya itu, ARSA juga membantah kelompoknya memicu krisis kemanusiaan yang diperkirakan telah menewaskan 1.000 orang sejak akhir Agustus lalu.


"ARSA secara mentah membantah bahwa anggota kami melakukan pembunuhan, kekerasan seksual, atau rekrutmen paksa di Rakhine pada 25 Agustus lalu," kata kelompok bersenjata itu melalui akun Twitter, Kamis (28/9).

Mereka meminta tentara berhenti menjadikan kelompoknya sebagai kambing hitam kekerasan dan mendesak pemerintah membuka akses penyelidikan terhadap dugaan pelanggaran HAM di Rakhine.

"Rezim militer dan pemerintah Myanmar harus berhenti menyalahkan [ARSA].

"Arsa akan melakukan penyelidikan menyeluruh dan mengeluarkan pernyataan rinci dari waktu ke waktu sehubungan dengan kejahatan perang dan genosida serta pembersihan etnis yang tengah dilakukan rezim militer brutal Myanmar terhadap warga Arakan [Rohingya]," kicau ARSA.

Selama ini, pemerintah Myanmar menuding ARSA sebagai dalang di balik kekerasan dan krisis kemanusiaan yang terjadi di Rakhine sejak akhir Agustus lalu.

Serangan kelompok bersenjata terhadap sejumlah pos polisi pada 25 Agustus lalu di Rakhine dijadikan alasan militer untuk melakukan operasi pembersihan di wilayah itu.

Alih-alih menangkap pelaku penyerangan, militer diduga malah menyiksa, membunuh, hingga membakar desa-desa warga Rohingya di Rakhine.

Selain diperkirakan telah menewaskan 1.000 orang, konflik ini juga menyebabkan ratusan ribu lainnya melarikan diri keluar Myanmar.






Credit  cnnindonesia.com



Guterres: Kekerasan di Myanmar bisa meluas


Guterres: Kekerasan di Myanmar bisa meluas
Pengungsi Rohingya berjalan di jalan berlumpur setelah menyebrangi perbatasan Bangladesh-Myanmar di Teknaf, Bangladesh, Minggu (3/9/2017). (REUTERS/Mohammad Ponir Hossain)
... Kegagalan untuk menangani kekerasan sistematis ini bisa berakibat pada meluasnya (kekerasan) ke Rakhine pusat, tempat 250.000 Muslim kemungkinan terpaksa mengungsi...

Markas Besar PBB, New York (CB) - Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, Kamis, memperingatkan, kekerasan terhadap muslim Rohingya Myanmar di Rakhine utara bisa meluas ke Rakhine tengah, tempat 250.000 orang terancam kehilangan tempat tinggal.

Guterres berbicara pada sidang untuk membahas masalah Myanmar, yang pertama kalinya selama delapan tahun digelar secara terbuka.

Pada kesempatan itu, Guterres mengatakan, masalah Rohingya telah berubah menjadi "darurat pengungsi yang paling cepat meningkat, juga suatu mimpi buruk terhadap kemanusiaan dan hak asasi manusia."

"Kami telah menerima gambaran mengerikan (berdasarkan pengakuan, red) dari mereka yang lari menyelamatkan diri, sebagian besar perempuan, anak-anak dan manula," tutur Guterres.

"Pengakuan yang mereka berikan ini mengarah pada kekerasan yang sangat parah serta pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia, termasuk penembakan tanpa pandang bulu, penggunaan ranjau darat terhadap warga sipil serta kekerasan seksual."

Sudah lebih dari 500.000 Muslim Rohingya pergi mengungsikan diri ke Bangladesh bulan lalu sejak para pemberontak menyerang pos-pos keamanan di dekat perbatasan. Serangan itu memicu pembalasan sengit dari militer Myanmar, yang disebut Perserikatan Bangsa-bangsa sebagai pembersihan etnis.

Swedia, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Mesir, Senegal, dan Kazakhstan adalah negara-negara yang meminta agar Dewan Keamanan bersidang pada Kamis untuk membahas masalah Myanmar.

Guterres menuntut agar akses segera dibuka bagi bantuan kemanusiaan ke daerah-daerah yang terdampak kekerasan.

"Kegagalan untuk menangani kekerasan sistematis ini bisa berakibat pada meluasnya (kekerasan) ke Rakhine pusat, tempat 250.000 Muslim kemungkinan terpaksa mengungsi," kata Guterres.

"Krisis ini telah menimbulkan berbagai implikasi bagi negara-negara bagian tetangga Rakhine serta ke wilayah lebih luas, termasuk risiko kemunculan konflik antarmasyarakat. Jangan kaget kalau diskriminasi yang telah berlangsung berpuluh-puluh tahun serta standar ganda dalam perlakuan terhadap Rohingya akan membuka peluang bagi praktik radikalisasi," katanya. 


Credit  antaranews.com



PBB lihat kemungkinan terobosan dalam pengiriman bantuan buat Rohingya


PBB lihat kemungkinan terobosan dalam pengiriman bantuan buat Rohingya
Stephane Dujarric (un.org)



PBB, New York (CB) - Para pejabat PBB berharap kunjungan yang dijadwalkan oleh kepala lembaga PBB di Myanmar ke Negara Bagian Rakhine di Myanmar Utara, tempat tinggal pengungsi Rohingya, akan menjadi terobosan bagi pengiriman bantuan kemanusiaan ke wilayah itu.

Juru Bicara PBB Stephane Dujarric pada Rabu (27/9) mengatakan kepala beberapa lembaga PBB di Myanmar dijadwalkan ikut dalam perjalanan yang ditaja pemerintah ke Negara Bagian Rakhine di Myanmar Utara pada Kamis.

"Kami sejak dulu selalu menggaris-bawahi dan menekankan keprihatinan kami mengenai akses kemanusiaan terbatas di daerah itu," kata Dujarric kepada wartawan di Markas Besar PBB, New York, sebagaimana dikutip Xinhua, di Jakarta, Kamis.

"Jadi, kami menyambut baik gagasan ini sebagai langkah pertama dan kami benar-benar berharap itu akan mengarah kepada akses yang jauh lebih luas dan lebih lebar."

Beberapa badan PBB telah dihalangi sejak 25 Agustus melakukan pekerjaan di daerah tersebut, sehingga mereka tak bisa mengatur serta membagikan bantuan, kata Komisaris Tinggi PBB Urusan Pengungsi Filippo Grandi kepada wartawan di Markas PBB di Jenewa, Swiss, pada Rabu pagi. Ia baru saja kembali dari kunjungan ke Bangladesh, yang menampung lebih dari 700.000 pengungsi Rohingya.

Sejak 25 Agustus pekerjaan PBB telah dipercayakan kepada Komite Palang Merah Internasional sebagai tindakan sementara, kata Grandi. Namun, Palang Merah juga memiliki masalah untuk memasuki daerah yang paling memerlukan bantuan, katanya.





Credit  antaranews.com











Sri Lanka kecam biksu yang menyerang warga Rohingya


Sri Lanka kecam biksu yang menyerang warga Rohingya
Seorang perempuan pengungsi Rohingya yang kelelahan menyentuh pantai setelah menyebrangi perbatasan Bangladesh-Myanmar dengan kapal melalui Teluk Bengal, di Shah Porir Dwip, Bangladesh, Senin (11/9/2017). (REUTERS/Danish Siddiqui)



Kolombo (CB) - Pemerintah Sri Lanka, Rabu (27/9), mengecam sekelompok biksu Buddha radikal yang menyerang pengungsi Rohingya dan menyebutnya "binatang".

Juru bicara kabinet Rajitha Senaratne mengatakan bahwa pemerintah mengecam serangan pada Selasa ke sebuah rumah perlindungan PBB tempat 31 pengungsi Rohingya, termasuk 16 anak dan tujuh perempuan, diberi tempat tinggal.

"Sebagai seseorang yang beragama Buddha, saya malu atas apa yang terjadi," ujar Senaratne kepada wartawan.

"Ibu yang membawa anak-anak kecil dipaksa keluar dari tempat perlindungan mereka yang diserang oleh gerombolan yang dipimpin segelintir biksu," katanya.

Massa tersebut menghancurkan pintu bangunan bertingkat di dekat ibu kota Kolombo, memecahkan jendela dan perabotan saat pengungsi yang ketakutan berkumpul di lantai atas.

Tidak ada laporan korban jiwa di antara pengungsi, yang kemudian dibawa ke lokasi lain, tetapi dua petugas kepolisian mengalami cedera dan dibawa ke rumah sakit.

Senaratne mengatakan bahwa polisi telah diperintahkan untuk mengambil tindakan pendisiplinan terhadap petugas yang tidak berusaha mengendalikan massa.

"Ini bukan yang diajarkan Buddha. Kita harus menunjukkan belas kasihan kepada para pengungsi ini. Biksu yang melakukan serangan itu sebenarnya bukan biksu, tetapi binatang," katanya.

Biksu Buddha Sri Lanka memiliki hubungan dekat dengan rekan ultranasionalis mereka di Myanmar. Keduanya telah dituding mendalangi aksi kekerasan terhadap minoritas muslim di kedua negara, demikian AFP.





Credit  antaranews.com






Senator desak Trump bertindak soal muslim Rohingya


Senator desak Trump bertindak soal muslim Rohingya
Seorang pengungsi pria Rohingya menarik seorang anak kecil saat mereka berjalan ke pantai setelah menyebrangi perbatasan Bangladesh-Myanmar dengan kapal melalui Teluk Bengal, di Shah Porir Dwip, Bangladesh, Minggu (10/9/2017). (REUTERS/Danish Siddiqui)
...

Washington (CB) - Sekelompok senator dari Partai Republik dan Partai Demokrat, Kamis, mendesak pemerintahan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, agar menggunakan pengaruhnya untuk membantu penanganan krisis Rohingya di Myanmar dan Bangladesh.

Dalam krisis itu, lebih dari 480.000 orang terpaksa mengungsi dari Myanmar.

Sepucuk surat yang sempat dibaca Reuters menunjukkan, empat senator asal Republik dan 17 Demokrat dari Senat, yang beranggotakan 100 orang, membubuhkan tanda tangannya untuk mendesak pemerintahan Trump.

Para anggota itu juga meminta Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Rex Tillerson, serta Kepala Badan Amerika Serikat untuk Pembangunan Internasional, Mark Green, agar memberikan bantuan kemanusiaan lebih banyak.

"Walaupun sudah dikecam dunia internasional, pihak berwenang Burma (Myanmar) masih saja membantah (melakukan) kekejaman," demikian bunyi surat itu.

Surat juga mencatat bahwa undang-undang Amerika Serikat yang berlaku saat ini, termasuk UU Global Magnitsky, memungkinkan Trump untuk mengeluarkan sanksi terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab atas pelanggaran hebat terhadap hak asasi manusia. 




Credit  antaranews.com








Korea Utara bantah tuduhan kematian mahasiswa AS akibat penyiksaan


Korea Utara bantah tuduhan kematian mahasiswa AS akibat penyiksaan
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un. (KCNA via REUTERS)



Seoul (CB) - Korea Utara, menyatakan, mahasiswa Amerika Serikat, Otto Warmbier, tidak disiksa selama 17 bulan ditahan. Mereka katakan ini sehari setelah dokter koroner Ohio menyatakan kematian Warmblier diakibatkan kekurangan oksigen dan darah ke otak oleh cedera yang tidak diketahui.

Warmbier dihukum 15 tahun kerja paksa karena mencoba mengambil barang yang mengandung slogan propaganda dari hotelnya, kemudian mahasiswa Universitas Virginia tersebut ditahan oleh Korea Utara sejak Januari 2016 sampai dibebaskan pada 15 Juni.

Warmbier meninggal beberapa hari setelah tiba di Amerika Serikat, dan orangtuanya mengatakan anak mereka telah disiksa saat berada di Korea Utara.

Korea Utara telah memberikan perawatan medis kepada Warmbier meskipun sedang menyatakan permusuhannya dengan Amerika Serikat, dan mengklaim tindakan penyiksaan merupakan fitnah tanpa dasar yang ditujukan untuk melawan Korut, demikian juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara, seperti yang dikutip kantor berita negara KCNA.


Credit  antaranews.com


Trump tuduh Korut siksa mahasiswa AS Otto Warmbier


Trump tuduh Korut siksa mahasiswa AS Otto Warmbier
Mahasiswa Amerika Serikat Otto Warmbier menangis di ruang sidang di sebuah lokasi tak disebutkan di Korea Utara, dalam foto yang dirilis Kantor Berita Pusat Korea Utara (KCNA) di Pyongyang, Rabu (16/3/16). Mahkamah Agung Korea Utara menhukum Warmbier, mahasiswa Universitas Virginia berusia 21 tahun, yang ditahan saat sedang berkunjung tersebut, 15 tahun kerja paksa atas kejahatan menentang negara. (REUTERS/KCNA/djo/16)



Washington (CB)  - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Selasa (26/9) menuduh Korea Utara (Korut) menyiksa mahasiswa AS yang ditahan di sana, mengatakan bahwa pemuda itu "disiksa di luar batas".

Otto Warmbier (22) meninggal pada Juni beberapa hari setelah dipulangkan dalam kondisi koma secara misterius, menyusul penahanan lebih dari setahun di penjara Korea Utara.

Trump sebelumnya menyalahkan rezim brutal Pyongyang atas penderitaan Warmbier, namun itu pertama kalinya sang presiden secara publik menuduh Korea Utara melakukan penyiksaan dalam kasus tersebut.

Para pejabat AS mengatakan Trump secara pribadi terkejut dengan kematian Warmbier dan komentarnya pada Selasa menambah tekanan terhadap rezim Kim Jong-Un.

Warmbier terbukti bersalah atas pelanggaran terhadap negara karena mencoba mencuri poster propaganda dari sebuah hotel Pyongyang dan dijatuhi hukuman kerja paksa 15 tahun.

"Otto disiksa di luar batas oleh Korea Utara," ujar Trump di Twitter.

Pesannya diunggah menyusul penyiaran wawancara dengan orangtua Warmbier.

"Mereka menculik Otto, mereka menyiksanya, mereka sengaja melukainya. Mereka bukan korban, mereka teroris," kata Fred Warmbier ayah Otto pada Selasa dalam acara "Fox and Friends", demikian AFP.





Credit  antaranews.com











Trump tak layak jadi presiden, kata mayoritas responden sebuah survei


Trump tak layak jadi presiden, kata mayoritas responden sebuah survei
Donald Trump (REUTERS/David Becker)



Washington (CB) - Menurut sebuah survei oleh Quinnipiac University, mayoritas responden mengaku Donald Trump tidak layak menjadi presiden Amerika Serikat dan hanya 36 persen setuju dengan kinerja sang kepala negara di Gedung Putih.

Opini rakyat AS sangat ditentukan oleh partai, jenis kelamin dan ras terkait apakah Trump layak menjabat sebagai presiden, menurut survei yang dirilis pada Rabu (27/9) waktu setempat.

Sebagian besar dari mereka sepakat Trump harus berhenti mengeluarkan pernyataan melalui Twitter.

Sebanyak 69 persen dari 1.412 pemilih yang disurvei secara nasional oleh Quinnipiac menyatakan Trump harus berhenti menggunakan Twitter, sementara 26 persen pemilih mengaku mendukung sang presiden untuk terus melontarkan pernyataan di jejaring sosial tersebut.

Secara keseluruhan, 56 persen responden mengatakan Trump tidak layak menjabat sebagai presiden sementara 42 persen berpendapat ia layak memimpin.

Sebanyak 94 persen pendukung Partai Demokrat mengatakan Trump, yang merupakan kader Republik, tidak layak menjadi presiden sementara lima persen koresponden mengaku ia layak.

84 persen pendukung Republik mengatakan Trump layak memimpin AS sementara 14 persen mengatakan tidak layak.

Sejumlah 49 persen pria AS mengaku Trump layak memimpin sementara 49 persen lainnya mengaku tidak layak. Margin untuk koresponden perempuan yakni 63 persen mengaku layak dan 35 persen mengaku tidak layak.

Sebanyak 50 persen koresponden masyarakat kulit putih mengaku Trump layak menjadi presiden sementara 48 persen mengaku ia tidak layak.

Mayoritas warga kulit hitam mengatakan Trump tidak layak menjadi pemimpin mereka, dengan margin 94 persen berbanding empat persen.

Sebagian besar warga Hispanik dengan margin 60 berbanding 40 persen mengaku Trump tidak layak berada di Gedung Putih.

57 persen dari mereka yang disurvei mengatakan tidak setuju dengan pekerjaan yang dilakukan Trump sebagai presiden dengan 36 persen mengatakan setuju.

Sejumlah 51 persen mengatakan malu memiliki Trump di Gedung Putih sementara 27 persen mengatakan  bangga.

"Tidak ada yang terbalik," kata Tim Malloy, asisten direktur Poll Universitas Quinnipiac.

"Presiden Donald Trump harus menghadapi kenyataan keras bahwa mayoritas pemilih Amerika merasa bahwa dia tidak layak untuk bertugas di kantor tertinggi di negeri ini," imbuhnya.

Jajak pendapat tersebut, yang dilakukan pada 21 hingga 26 September memiliki margin error plus atau minus 3,1 poin persentase, demikian AFP.




Credit  antaranews.com







Dua panda raksasa bertolak dari Chengdu ke Jakarta


Dua panda raksasa bertolak dari Chengdu ke Jakarta
Giant Panda (Reuters)



Chengdu (CB) - Dua panda raksasa telah berangkat dari Wolong National Nature Reserve di Provinsi Sichuan, China barat daya, untuk sebuah proyek kerja sama penelitian selama 10 tahun dengan Indonesia.

Dua panda berusia tujuh tahun itu diterbangkan dari Chengdu ke Jakarta dengan maskapai penerbangan Garuda Indonesia pada Kamis pukul 04.00 waktu setempat, menurut laporan Xinhua.

Panda tersebut lahir di Ya'an Bifengxia, bagian dari Pusat Penelitian dan Konservasi China untuk Panda Raksasa di Sichuan.

Caitao, panda jantan, memiliki berat 127 kilogram, sementara panda betina, Huchun, berbobot 120 kilogram.

Petugas penjaga panda dan dokter hewan akan menemani mereka ke Indonesia.

Caitao dan Huchun akan tinggal di taman panda seluas 4.00 meter persegi di Taman Safari Indonesia, Jawa Barat.

Taman panda terletak 1.700 meter di atas permukaan laut untuk memastikan mereka berada pada ketinggian yang sama dengan tempat asal mereka, kata Jansen Manansang, direktur Taman Safari Indonesia.

Taman hewan tersebut mengirimkan beberapa dokter hewan terlatih dan penjaga hewan ke Wolong pada Agustus untuk mengenal panda.

Pembicaraan mengenai panda dimulai pada tahun 2010 saat China dan Indonesia merayakan hubungan diplomatik yang ke-60.

Sebuah nota kesepahaman ditandatangani oleh perwakilan China Wildlife Conservation Association dan Taman Safari Indonesia pada 1 Agustus tahun lalu di Guiyang, China.

Pusat Penelitian dan Konservasi China telah menjalin hubungan kerja sama penelitian dengan 14 kebun binatang di 12 negara dan wilayah.

Saat ini, sebanyak 33 panda raksasa telah berpartisipasi dalam proyek kerja sama penelitian dan 18 anak panda telah lahir di luar negeri, dengan 11 di antaranya telah dikembalikan ke China, demikian Xinhua.



Credit  antaranews.com




Panda Cai Tao-Hu Chun dikarantina di TSI


Panda Cai Tao-Hu Chun dikarantina di TSI
Seekor giant panda betina bernama Hu Chun berada di dalam kandang saat tiba di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (28/9/2017). Pemerintah Indonesia melalui Taman Safari Indonesia mendapatkan peminjaman pengembangbiakan (breading loan) sepasang Giant Panda dari pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) untuk sepuluh tahun ke depan. Sepasang panda tersebut bernama Cai Tao (jantan) dan Hu Chun (betina). (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)



Tangerang (CB) - Badan Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani Kementerian Pertanian akan memantau panda Cai Tao (jantan) dan Hu Chun (betina) asal Negeri Tirai Bambu yang baru tiba di Indonesia selama sebulan untuk proses karantina di Taman Safari Indonesia (TSI) 1 Bogor.

"Iya dokter hewan dari Taman Safari Indonesia yang melakukannya dan kita ikut memantau selama masa karantina di TSI Bogor. Ada tim yang memang disipakan untuk karantina kedua panda ini," kata Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani Kementerian Pertanian Mulyanto di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Kamis.

Karantina panda Cai Tao yang berbobot 128 kilogram (kg) dan Hu Chun yang berbobot 113 kg ini, menurut Mulyanto, memang tidak dilakukan di bandara seperti satwa-satwa lainnya, tetapi langsung dilakukan di Rumah Panda Indonesia yang disiapkan TSI 1 Bogor:

Menurut Mulyanto, tim karantina setidaknya tiga hari sekali dalam satu bulan ke depan akan mendatangi TSI 1 Bogor.

Namun demikian ia mengatakan lamanya waktu karantina juga bisa berubah, tidak musti satu bulan. Bisa lebih lama sangat tergantung dengan kondisi fisik maupun psikis satwa endemik yang menjadi lambang satwa dari Negeri Tiongkok ini.

"Karantina pada dasarnya untuk mencari tahu kondisi satwa tersebut, mungkin saja panda jadi anoreksia atau tidak nafsu makan, atau mencret. Itu harus diantispasi," ujar dia.

Panda Cai Tao dan Hu Chun oleh pihak Taman Safari Indonesia telah disiapkan fasilitas Rumah Panda Indonesia yang berada di ketinggian 1.800 mdpl, di sebuah lingkungan alami terpadu yang meniru habitat alami panda raksasa di Tiongkok.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya yang menyambut langsung kedatangan sepasang panda di Terminal Kargo Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta bersama perwakilan Kedutaan Besar Republik Rakyat Tiongkok mengatakan Pemerintah menunjuk TSI untuk menjalankan peminjaman pengembangbiakan (breeding loan) ini karena percaya lembaga konservasi ini mampu melakukannya.

"TSI sebelumnya juga mampu mengembangbiakkan Komodo, kita percaya juga mampu mengembangbiakkan panda," ujar dia.

Menurut dia, TSI sudah sangat baik mempersiapkan rumah bagi dua panda yang sama-sama lahir pada 2010 ini, dengan areal kurang lebih 1.300 meter persegi ditambah 10 hektare (ha) kebun bambu dengan 20 spesies sebagai pakan panda sejak 2014.





Credit  antaranews.com









Tujuh orang tewas dalam serangan bom mobil di Mogadishu


Tujuh orang tewas dalam serangan bom mobil di Mogadishu
Ilustrasi - Masyarakat menonton sisa mobil yang dipasangi bom dan menewaskan seorang pegawai pemerintah Somalia di Kota Mogadishu, Minggu (9/4/2017). (Reuters)



Mogadishu, Somalia (CB) - Tujuh orang tewas dan 10 orang lagi cedera pada Kamis malam (28/9), dalam ledakan bom mobil di satu pasar padat pengunjung di Mogadishu, Somalia, demikian konfirmasi beberapa pejabat.

Juru Bicara Pemerintah Kota Mogadishu Abditifitah Halane mengatakan kepada wartawan, mobil itu meledak di sebelah satu kendaraan layanan umum di Pasar Hamarweyne.

"Tujuh orang telah tewas dalam serangan tersebut. Semua korban berada di satu kendaraan umum ketika ledakan menghantam kendaraan mereka dan menewaskan mereka," kata Halane, sebagaimana dikutip Xinhua.

Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan paling akhir di negara Tanduk Afrika tersebut.

Namun, kelompok Ash-Shabaab --yang bersekutu dengan Al-Qaida-- biasanya berada di belakang serangan semacam itu.

Anggota Ash-Shabaab diusir dari Ibu Kota Somalia, Mogadishu, oleh pasukan pemelihara perdamaian Uni Afrika (AMISOM) pada 2011, tapi masih melancarkan serangan setiap hari terhadap pangkalan AMISOM dan pemerintah termasuk tempat umum.





Credit  antaranews.com







Kamis, 28 September 2017

Maduro Perintahkan Militer Venezuela Siaga di Tengah Ancaman AS



Maduro Perintahkan Militer Venezuela Siaga di Tengah Ancaman AS
Presiden Venezuela Nicolas Maduro meminta militernya siaga di tengah ancaman AS. Foto/Istimewa



CARACAS - Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, telah mendesak angkatan bersenjata nasional "siap" untuk mempertahankan kedaulatan dan rakyat negara tersebut. Hal itu dilakukan di tengah ancaman oleh Amerika Serikat (AS).

"Kami secara terang-terangan terancam oleh kerajaan kriminal paling banyak dalam sejarah umat manusia," kata Maduro, merujuk pada AS seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (28/9/2017).

Pemimpin Venezuela tersebut menyampaikan sebuah pidato di parade militer yang diadakan di pangkalan udara El Libertador di negara bagian Aragua. Parade itu dilakukan  dalam rangka memperingati pembentukan Komando Strategis Operasional angkatan bersenjata Venezuela.

Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa Angkatan Darat Venezuela harus menjamin perlindungan dan memiliki senapan, rudal serta tank yang siap "diminyaki" untuk melindungi setiap inci wilayah Venezuela.

"Masa depan kemanusiaan tidak bisa terletak pada ancaman serangan nuklir atau invasi militer," kata pemimpin Venezuela tersebut dalam pidatonya. Sebaliknya, hubungan internasional harus didasarkan pada rasa hormat dan solidaritas.

Maduro juga mengatakan bahwa negaranya tidak mengebom siapa pun atau mencampuri urusan dalam negeri negara manapun.

Komentar tersebut muncul di tengah cukup rendahnya hubungan antara kedua negara. Ketegangan memuncak menyusul pemilihan Majelis Konstituante Venezuela pada bulan Juli lalu. AS menyebut pemilihan tersebut tidak sah, menuduh kepemimpinan Venezuela "meremehkan demokrasi."

Meskipun pemilihan diadakan setelah berbulan-bulan demonstrasi jalanan dan bentrokan, lebih dari 8 juta orang berpartisipasi di dalamnya, memberikan suara mereka untuk 545 kandidat yang bertugas menyusun undang-undang dasar baru. Di tengah demonstrasi, Maduro dan juga pejabat lainnya mengklaim bahwa kerusuhan tersebut sebagian disebabkan oleh AS.

Setelah pemilihan, AS memberlakukan beberapa putaran sanksi terhadap Venezuela, terutama yang menargetkan sektor energi di negara kaya minyak ini. Baru-baru ini, Presiden AS Donald Trump menambahkan negara Amerika Selatan itu melakukan larangan terbang baru bersama Korea Utara (Korut), dengan alasan "ancaman terorisme".

Pada hari Selasa, Trump juga meminta Uni Eropa untuk bergabung dalam menjatuhkan sanksi kepada pemerintah Maduro. Tindakan AS memicu kemarahan Venezuela, yang menyebut tindakan Washington sebagai terorisme politik dan psikologis serta agresi.

Menteri luar negeri Venezuela, Jorge Arreaza, mencerca Trump dalam sebuah postingan di Twitter. Arreaza menuduh Trump mendedikasikan dirinya secara obsesif untuk menyerang Venezuela alih-alih menangani kebutuhan orang-orang di Puerto Rico yang dilanda badai. 


Dia juga mengkritik presiden AS karena posisi intervensi dan dukungannya terhadap elemen kekerasan dan ekstrimis di Venezuela.



Credit  sindonews.com





Rusia Hancurkan Senjata Kimia, Putin Sindir AS



Rusia Hancurkan Senjata Kimia, Putin Sindir AS
Rusia menghancurkan cadangan terakhir senjata kimia miliknya. Foto/Istimewa



MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin memimpin langsung penghancuran senjata kimia terakhir yang dideklarasikan negaranya pada hari Rabu. Ia menggambarkannya sebagai sebuah peristiwa bersejarah.

Dalam kesempatan yang sama, Putin mengeluhkan bahwa Amerika Serikat (AS) telah gagal untuk membersihkan gudang senjata kimia miliknya sendiri.

Baik Rusia dan AS menyimpan stok terbesar senjata kimia di dunia. Kedua negara itu seharusnya menghancurkan semua senjata kimia mereka pada tahun 2012 berdasarkan kesepakatan internasional, Konvensi Senjata Kimia, yang mereka tandatangani pada tahun 1993 dan mulai berlaku pada tahun 1997. Batas akhir untuk penghapusan senjata kimia pada awalnya ditetapkan pada tahun 2007. Namun, dengan kedua negara yang tidak mendekati tujuan tersebut, tenggat waktu diperpanjang hingga 2012.

Baik Rusia maupun Amerika Serikat juga tidak memenuhi tenggat waktu tersebut, walaupun Putin pada hari Rabu menyatakan bahwa Rusia tiga tahun lebih cepat dari tenggat waktu 2020 yang ditetapkan untuk dirinya sendiri.

Televisi pemerintah menunjukkan Putin memerintahkan pejabat di sebuah pusat penghancuran di desa Rusia Tengah Kizner untuk membongkar roket terakhir yang mengandung zat kimia mematikan. Roket hijau, masing-masing dihancurkan oleh mesin di dalam wadah tertutup, berisi kata-kata "Perpisahan, senjata kimia" yang ditulis dengan warna putih dalam bahasa Rusia.

"Amerika Serikat sayangnya tidak memperhatikan batas waktu untuk menghancurkan senjata kimia berdasarkan kewajiban perjanjian. Mereka telah mendorong tanggal tersebut tiga kali, dengan alasan kekurangan dana anggaran. Terus terang, ini terdengar aneh, tapi terserah mereka," kata Putin seperti dikutip dari New York Times, Kamis (28/9/2017).

Valery Kapashin, kepala agen Rusia yang bertanggung jawab atas penyimpanan dan penghancuran senjata kimia, mengatakan kepada Putin melalui link video ke rumah presiden di luar Moskow: "Kamerad komandan! Senjata kimia Federasi Rusia sekarang telah sepenuhnya dihancurkan. "

Di Washington, seorang pejabat Departemen Luar Negeri mengatakan bahwa AS sepenuhnya mematuhi perjanjian tersebut dan terus menghancurkan sisa persediaannya, yang disimpan di Pueblo, Colorado, dan Richmond, Ky. "Amerika Serikat tetap berkomitmen untuk penghancuran total stok senjata kimia yang diumumkan pada akhir tahun 2023," kata pejabat tersebut.

Hamid Ali Rao, Wakil direktur Organisasi Larangan Senjata Kimia, sebuah badan yang berbasis di Den Haag yang mematuhi konvensi 1993, menyatakan bahwa tindakan tersebut sebuah peristiwa yang benar-benar penting.

Dia mengatakan bahwa itu menandakan penghapusan semua stok bahan kimia yang diumumkan oleh Federasi Rusia. 




Credit  sindonews.com







Gudang Senjata Terbesar Ukraina Meledak, 30 Ribu Orang Dievakuasi




Gudang penyimpanan amunisi tank meledak di pangkalan militer di kota Balaklia, Ukraina, 24 Maret 2017. Sebanyak 20.000 orang diungsikan ke tempat yang lebih aman. AP/Ministry of Emergency Situations

CBKyev - Lebih dari 30 ribu orang di kota Kalinovka, wilayah Vinnytsia, dievakuasi karena kebakaran besar-besaran yang melanda gudang senjata militer Ukraina.
Kobaran api terlihat di gudang, yang menampung sekitar 188.000 ton amunisi selain  meriam serta senjata ringan dengan beberapa roket terlihat terbang setelah dipicu api.

Sedikitnya dua wanita yang tinggal di dekat gedung senjata ini dirawat di rumah sakit karena terkena peluru. Lebih dari seribu petugas pemadam kebakaran dengan penjaga nasional mencoba mengendalikan api.
"Banyak rumah telah hancur, ada korban jiwa," kata seorang wanita setempat, menambahkan bahwa banyak ternak terbunuh dalam insiden itu.

Kebakaran gudang yang berdiri di area seluas 60 hektar, yang merupakan gudang senjata  terbesar di Ukraina, terjadi pada Selasa, 26 September 2017, sekitar pukul 10 malam waktu setempat.
Seorang juru bicara polisi, Yaroslav Trakalo, mengatakan kepada portal berita Pravda, lebih dari 30.000 orang di sekitar kamp militer dipindahkan dan 180 diantaranya mendapat perawatan di sebuah rumah sakit terdekat.
Sebagai tindakan pencegahan, pihak berwenang Ukraina telah menutup wilayah udara dalam radius 50 km di kota itu.
Pihak berwenang telah memerintahkan petugas polisi dari daerah Vinnytsia, Zhytomyr dan Khmelnytsky untuk bergegas ke lokasi kejadian . Polisi menutup jalan menuju Kalinovka dan sekarang membersihkan penduduk kota dan desa-desa sekitarnya karena amunisi terus meledak.
Media setempat melaporkan seorang pejabat senior pemerintah Ukraina mengklaim kebakaran itu kemungkinan disebabkan bom, yang jatuh dari pesawat tidak berawak.
Vinnytsia terletak jauh dari bagian timur Ukraina di mana pasukan Kyev telah memerangi pemberontak separatis pro-Rusia sejak tahun 2014 dalam sebuah konflik yang telah menyebabkan sepuluh ribu orang tewas.
Maret lalu, ledakan selama beberapa hari mengguncang depot senjata di dekat kota Balakliya di timur Ukraina di provinsi Kharkiv, yang berbatasan dengan Rusia. Satu orang terbunuh.
Pada saat itu, pihak berwenang Ukraina menuding Moskow dan separatis memicu ledakan itu dari bom yang dijatuhkan pesawat tidak berawak (drone).




Credit  tempo.co








Begini Isi dan Fungsi War Bag di Korea Selatan





Warga menonton sebuah program berita TV yang melaporkan peluncuran rudal Korea Utara, di Stasiun Kereta Seoul di Seoul, Korea Selatan, 29 Agustus 2017. Ini merupakan rudal Korea Utara pertama yang berhasil melintasi Jepang sejak April 2009 saat Pyongyang

CB, Seoul - Dengan adanya penngkatan terhadap kemungkinan terjadinya perang di Semenanjung Korea, warga Korea Selatan telah mengantisipasinya dengan membeli alat perlengkapan untuk bertahan hidup atau WarBag.
WarBag berisi berbagai keperluan dasar untuk jangka waktu tertentu yang dibutuhkan saat terjadi perang.

Biasanya di dalam WarBag terdapat ransum, selimut, kantung tidur ultra ringan, peralatan medis, masker gas, helm, radio portabel, lentera, kompas, jas hujan, hot pack dan pisau Swiss Army. Tipe-tipe WarBag disesuaikan ukuran waktu untuk 72 jam hingga 2 minggu tergantung kebutuhannya.
Untuk WarBag ukuran besar harganya di e-Bay Korea bisa mencapai US$ 459 atau Rp 6,1 juta.

Minat terhadap WarBag dan persiapan perang juga meningkat di kalangan masyarakat umum.
Seperti yang dilansir Korea Times pada 26 September 2017, pencarian "tas kelangsungan hidup" di situs portal belanja online terbesar Korea Selatan e-Bay meningkat.
Pencarian dengan tanda pagar atau tagar #survivalbackpack menjadi trending di Instagram Korea dengan menghasilkan gambar perangkat serta informasi terkait.
Video penggunaan WarBag juga banyak dibagikan di YouTube.
Beberapa warga Korea Selatan mengatakan bahwa video itu dapat membantu mendidik orang tentang apa yang harus dilakukan jika terjadi perang, sementara yang lain pesimis, mengatakan bahwa tas sederhana tidak akan membantu jika ada bom nuklir yang dijatuhkan di negara ini.
Situs belanja online, Auction, juga melaporkan permintaan perlengkapan pertolongan pertama saat pertempuran di Korea Selatan meningkat 77 persen. Sementara radio portabel melonjak 46 persen antara 2-5 September, waktu Korea Utara melakukan uji coba nuklir keenam dan terkuatnya.




Credit  tempo.co







Khawatir Perang Pecah, Warga Korea Selatan Borong WarBag




Sejumlah warga Korea Selatan berunjukrasa menolak penempatan THAAD, sistem pertahanan udara paling canggih Amerika Serikat, di Seoul, 28 April 2017. Korea Selatan memerlukan THAAD untu menghadapi ancaman rudal balistik korea Utara. AP/Ahn Young-joon

CB, Jakarta - Warga Korea Selatan memborong  perlengkapan pertahanan darurat menyusul meningkatnya ancaman perang nuklir di Semenanjung Korea. Beberapa di antaranya bahkan membeli ransel untuk kelangsungan hidup dari perang nuklir atau WarBag.
Warga Korea Selatan termasuk artis yang telah membeli WarBag itu, lantas memamerkannya di media sosial, termasuk video tutorialnya di YouTube. Pencarian untuk WarBag di situs berbagi video itu menghasilkan lebih dari 7.400 video yang diunggah sejak awal tahun.

Kang Yoo-mi, komedian Korea Selatan yang terkenal, mempostingvideo berjudul, "Saya telah membeli sebuah WarBag!". Postingannya itu ditayangkan lebih dari 560.000 kali hanya dalam waktu kurang dari sebulan.
Dalam video,  Yoo-mi terlihat berlari mengelilingi rumahnya sebelum menjelaskan beberapa isi tasnya yang unik.
"Alasan saya membeli tas kelangsungan hidup adalah karena saya tidak bisa menggali tempat perlindungan bom," kata Yoo-Mi, seperti yang dilansir 9News.com.au pada 26 September 2017. "Tapi setidaknya saya bisa melakukan banyak persiapan ini, dan juga (jika perang pecah), saya benar-benar bisa bertahan."
Beberapa warga Korea Selatan mengatakan,  video-video ini sangat membantu dalam mendidik orang tentang apa yang harus dilakukan jika terjadi perang. Namun yang lain pesimis, mengatakan tidak banyak yang bisa mereka lakukan jika bom itu adalah nuklir.
WarBag biasanya mengandung ransum makanan, perlengkapan pertolongan pertama, alas tidur ringan dan radio yang dioperasikan dengan tangan. Namun ada juga yang berisi masker gas beracun, tergantung harganya.

Situs belanja online, Auction, juga melaporkan permintaan jatah tempur meningkat 77 persen, sementara radio portabel melonjak 46 persen antara 2-5 September. Ini terjadi setelah Korea Utara melakukan uji coba nuklir keenamnya.
Warga Korea Selatan, yang terjebak di tengah perang antara Korea Utara dan Amerika bersikap pesimis mengenai risikonya. Tapi dengan meningkatnya perang kata-kata yang menghasut antara Pyongyang dan Washington, pembelian persediaan bertahan hidup di Seoul merupakan tanda-tanda mulai adanya kekhawatiran.
Saran dari Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan Korea Selatan juga mendorong peningkatan pembelian WarBag. Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan Korea Selatan menyarankan warga untuk menyiapkan setidaknya satu WarBag per keluarga, yang dapat mempertahankan mereka setidaknya selama 72 jam. Ketegangan memuncak di Semenanjung Korea, sejak uji coba nuklir keenam dan terbesar Pyongyang pada 3 September 2017.


Credit  tempo.co



Hadapi Perang, Manajemen Gedung di Korea Selatan Berikan Tips




Tower Palace di Dogok-dong, Gangnam-gu, Seoul. koreatimes.co.kr

CB, Jakarta - Ancaman perang yang dilancarakan Korea Utara terhadap Korea Selatan membuat rakyat Negeri Gingseng tersebut gelisah. Untuk itu, Seoul menyiapkan sejumlah tips kepada penghuni hotel, kompleks permukiman dan kawasan komersial mewah menghadapi berbagai kemungkinan, termasuk perang di Semenanjung Korea.
Korea Times dalam laporannya Selasa, 26 September 2017, menyebutkan, kantor manajemen Tower Palace di Dogok-dong, Gangnam-gu, telah menggelar pertemuan dengan para penghuni pada 18 September 2017.
Mereka memberikan tips terhadap warga yang tinggal di kompleks terkaya di Seoul itu, apa yang harus mereka lakukan bila ada peringatan dini.
Warga diminta belajar apa yang perlu dikerjakan ketika mereka mendengar alarm serangan udara, gas beracun atau peringatan perang ketika mereka berada di dalam kota.
Warga juga diminta belajar apa saja yang perlu dikemas untuk menghadapi peristiwa darurat, termasuk menyiapkan ransel ukuran besar, masker gas, cadangan makanan selama dua minggu, menyiapkan dua botol air berisi dua literan, foto keluarga yang sudah dilaminasi, paspor dan uang kontan.
Penghuni kompleks yang tinggal di tujuh gedung terdiri dari 2.600 kamar mewah meminta kepada menajemen gedung di Korea Selatan selalu memberikan informasi kepada mereka.


Credit  tempo.co